Kosta Rika Sukses Pakai Energi Bersih Terbarukan Selama 300 Hari/Tahun

12 Desember 2018 12:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kosta Rika (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Kosta Rika (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Ketika banyak negara, termasuk Indonesia, sedang menjalani negosiasi yang alot di Konferensi Perubahan Iklim PBB Conference of Parties (COP) UNFCCC ke-24, di Katowice, Polandia, dalam membahas masalah pencemaran lingkungan. Kosta Rika, sebuah negara kecil di Amerika Tengah, justru sedang asyik menikmati penggunaan listrik dari sumber energi bersih terbarukan mereka.
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 ini seluruh wilayah di Kosta Rika telah sukses menggunakan energi bersih terbarukan selama 300 hari, memecahkan rekor 299 hari yang mereka buat sendiri pada 2015. Padahal tahun 2018 masih menyisakan belasan hari lagi, jadi catatan jumlah hari ini masih bisa terus bertambah.
Selain itu, menurut Costa Rican Institute of Electricity, sejak 1 Mei 2018 Kosta Rika juga telah berhasil menggunakan energi bersih terbarukan selama 201 hari berturut-turut dari total 300 hari menggunakan energi bersih terbarukan di tahun 2018.
Kosta Rika (Foto: Dennis Tang/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Kosta Rika (Foto: Dennis Tang/Flickr)
Kosta Rika punya beberapa cara untuk menciptakan energi listrik bersih terbarukannya. Mayoritas, yakni sebanyak 78 persen dari total energi terbarukan Kosta Rika, berasal dari pembangkit listrik tenaga air.
Setelah itu ada pembangkit listrik tenaga angin dan panas Bumi yang masing-masing menyumbang 10 persen dari total energi terbarukan mereka. Sementara sisanya berasal dari biomassa dan Matahari.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud penggunaan energi terbarukan di Kosta Rika selama 300 hari ini berlaku untuk pemakaian listrik utama saja. Penggunaan gas untuk kendaraan atau penghangat ruangan tidak termasuk dalam survei ini.
Kosta Rika (Foto: Goodfreephotos)
zoom-in-whitePerbesar
Kosta Rika (Foto: Goodfreephotos)
Monica Araya, pendiri Grup Costa Rica Limpia yang fokus pada energi terbarukan dan penasihat pengembangan energi bersih terbarukan, mengatakan bahwa pencapaian ini memang menakjubkan, tapi menyembunyikan hal menyedihkan lain jika dilihat secara global.
"Pencapaian ini menyembunyikan suatu paradoks, yaitu hampir sekitar 70 persen konsumsi energi kita adalah minyak Bumi," ujar dia dikutip dari Newsweek.
Amerika Serikat, salah satu negara paling maju di dunia, masih bergantung pada batu bara dan gas alam. Berdasarkan laporan The Independent, sekitar dua pertiga sumber energi AS berasal dari batu bara dan gas alam. Pada 2017 hanya sekitar 18 persen dari total energi yang terpakai di AS berasal dari energi bersih terbarukan.
ADVERTISEMENT
Pada Juni 2017, AS di bawah Presiden Donald Trump juga mengundurkan diri dari Paris Climate Change Agreement, sebuah perjanjian global 195 negeri untuk mengurangi kontribusinya terhadap perubahan temperatur Bumi.
Emmanuel Macron dan Trump. (Foto: AFP/Ludovic mARIN)
zoom-in-whitePerbesar
Emmanuel Macron dan Trump. (Foto: AFP/Ludovic mARIN)
Sementara itu, Prancis sudah memulai langkah untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Koran Le Parisien melaporkan bahwa Prancis meningkatkan pajak bahan bakar diesel menjadi sekitar 60 persen.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menetapkan perubahan ini dan menyebabkan terjadinya protes oleh para “Yellow Vests" yang secara simbolis memakai rompi pengaman kuning yang harus ada di setiap mobil di Prancis. Gelombang protes telah terjadi selama empat minggu dan sempat membuat Paris mencekam.
Dua hal yang terjadi di negara adidaya tersebut memperlihatkan betapa masih tingginya ketergantungan umat manusia di seluruh dunia terhadap minyak bumi. Tingginya ketergantungan kedua negara maju adalah sebuah ironi betapa mereka ternyata belum benar-benar maju dalam memanfaatkan sumber energi bersih terbarukan seperti Kosta Rika.
ADVERTISEMENT