LIPI Bikin Plastik dari Limbah Sawit, Lebih Kuat dari Plastik Singkong

1 Mei 2019 12:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelapa Sawit di Provinsi Riau. Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kelapa Sawit di Provinsi Riau. Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini sudah ada banyak jenis bioplastik atau plastik organik yang ramah lingkungan, salah satunya plastik yang terbuat dari singkong. Untuk menambah alternatif jenis plastik organik, LIPI membuat terobosan baru dengan menciptakan plastik yang terbuat dari limbah kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
"Bioplastik sekarang ada yang dari singkong dan kelapa sawit. Keduanya mudah terurai. Tapi plastik dari singkong ada beberapa kekurangannya, yaitu tidak tahan air, lembab, dan kekuatannya lebih lemah," kata Muhammad Ghozali, peneliti di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
"Sedangkan yang kita kembangkan ini dari limbah kelapa sawit, punya sifat tahan air dan punya kekuatan yang lebih baik," sambungnya saat ditemui kumparanSAINS di Pusat Penelitian Kimia LIPI, Selasa (30/4).
Muhammad Ghozali, peneliti di Pusat Penelitian Kimi LIPI, dan purwarupa plastik kelapa sawit. Foto: Sayid Mulki/kumparan
Ghozali mengatakan plastik yang ia kembangkan ini punya potensi besar. Menurutnya, plastik ini bisa dibentuk dengan cetakan.
"Potensinya luas. Plastik ini bisa dibentuk dengan cetakan industri untuk bermacam-macam hal. Misalnya, untuk tempat kue di dalam bungkus plastik," jelas Ghozali. Selain itu, Ghozali juga menuturkan bahwa plastik ini berpotensi untuk digunakan sebagai bahan layar ponsel dan televisi.
ADVERTISEMENT
Selain tahan air dan mudah dicetak, plastik berbahan limbah sawit ini juga memiliki kemampuan anti bakteri. Kemampuan anti bakteri ini berfungsi untuk mencegah plastik agar tidak mudah terurai saat digunakan.
Pilih plastik yang mudah terurai agar ramah lingkungan
Plastik konvensional yang selama ini banyak kita gunakan memiliki sifat sulit terurai. Diperkirakan, plastik yang terbuat dari bahan minyak bumi ini membutuhkan waktu sekitar 500 sampai 1.000 tahun agar bisa terurai di alam.
Sebaliknya, plastik yang terbuat limbah kelapa sawit ini bersifat mudah terurai ketika sudah menjadi limbah di alam. Plt. Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Raden Arthur Ario Lelono, menjelaskan bahwa plastik ini mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Ini membuatnya bisa cepat terurai, berbeda dengan plastik konvensional.
ADVERTISEMENT
Selain itu, plastik ini juga bisa mengatasi masalah limbah dari kelapa sawit. "Sejauh ini tandan kosong kelapa sawit hanya 20 persennya yang dimanfaatkan," ujar Arthur.
Meski menjanjikan, plastik kelapa sawit ini masih dalam tahap pengembangan. Saat ini harganya juga akan lebih mahal dibanding plastik biasa karena masih diproduksi untuk skala penelitian, belum skala industri.
"Untuk pelet plastik singkong saja sekarang harganya dua kali lipat lebih mahal dibanding pelet plastik konvensional. Karena itu kita masih harus mendalaminya (plastik kelapa sawit) lagi," imbuhnya.