Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mayat Pria AS Dikremasi, Ternyata Tubuhnya Mengandung Zat Radioaktif
1 Maret 2019 7:13 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Ada sebuah kisah nyata yang menyeramkan di Arizona, Amerika Serikat. Cerita ini bermula tatkala pada 2017 seorang pria 69 tahun dibawa ke rumah sakit dengan tekanan darah rendah yang tidak normal dan penyakit kanker pankreas. Pria yang tidak disebutkan namanya itu meninggal dua hari kemudian dan jenazahnya dikremasi.
ADVERTISEMENT
Tetapi, apa yang sebelumnya tidak diketahui oleh siapa pun di rumah sakit atau krematorium adalah fakta bahwa pria tersebut membawa hal menakutkan bersama kematiannya. Hanya satu hari sebelum dibawa ke rumah sakit, dia telah disuntik dengan senyawa radioaktif (di rumah sakit lain) untuk mengobati tumornya. Lantas, ketika jenazahnya dibakar, dosis potensial berbahaya dari lutetium Lu 177 dotatate masih ada di dalam tubuhnya.
Kasus mengkhawatirkan yang baru dilaporkan dalam makalah penelitian baru-baru ini, menggambarkan risiko dari radiofarmasi. Rata-rata 18,6 juta prosedur pengobatan radiofarmasi telah dilakukan di AS setiap tahunnya.
"Radiofarmasi menghadirkan tantangan keselamatan postmortem yang unik dan sering diabaikan," tutur para peneliti dari Mayo Clinic, sebagaimana dilansir Science Alert.
"Mengkremasi seorang pasien yang terpapar radiofarmasi akan menguapkan (zat radioaktifnya), yang kemudian dapat dihirup oleh pekerja (atau dilepaskan ke komunitas yang berdekatan) dan menghasilkan paparan yang lebih besar..."
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak ada bukti definitif yang secara spesifik menjelaskan dosis radiofarmasi pasien yang dikremasi itu dengan tingkat radiasi yang terdeteksi di krematorium, jejak lutetium Lu 177 yang ditemukan di sana tak dapat dibantah oleh siapa pun. Ini juga pertama kalinya kontaminasi radioaktif ditemukan di fasilitas krematorium Amerika Serikat.
Nahasnya, kejadian tidak menyenangkan ini telah memberikan dampak buruk bagi orang-orang yang hadir saat proses kremasi. Ketika para peneliti menganalisis urine operator krematorium untuk melihat apakah dia telah terkontaminasi oleh paparan radiasi, memang mereka tidak dapat menemukan jejak lutetium Lu 177. Akan tetapi, mereka menemukan isotop radioaktif berbeda yang disebut technetium Tc 99m.
"Saya tidak berpikir ini adalah masalah yang dapat menimbulkan risiko kanker atau penyakit yang disebabkan radiasi lainnya," tutur peneliti kanker Paolo Boffetta dari Icahn School of Medicine. Jumlah radiasi dibicarakan dalam kasus ini memang sangat rendah, sehingga meskipun dapat tersebar luas di industri kremasi, sebenarnya tidak terlalu berbahaya.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, ada satu hal yang mesti disadari, mengingat lebih dari setengah total penduduk Amerika Serikat akhirnya dikremasi saat meninggal. "... Jelas itu adalah sumber paparan yang mungkin (berbahaya), dan jika seseorang terpapar secara teratur, setiap minggu atau setiap beberapa hari, maka itu mungkin menjadi sumber kekhawatiran," tutup Boffetta.