Mengenal Fenomena Super Blue Blood Moon yang Langka

26 Januari 2018 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bulan Merah (Foto: Dok. NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Bulan Merah (Foto: Dok. NASA)
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lagi masyarakat dapat menyaksikan pemandangan alam yang sangat indah, yakni Super Blue Blood Moon. Fenomena itu bisa disaksikan oleh penduduk Bumi dengan mata telanjang pada 31 Januari 2018.
ADVERTISEMENT
Peristiwa langka ini menarik perhatian ilmuwan dunia untuk menemukan beberapa karakteristik mengenai peristiwa Super Blue Blood Moon. Sejatinya, Super Blue Blood Moon termasuk ke dalam gerhana bulan total yang dapat disaksikan pada 31 Januari 2018 selama kurang lebih 76 menit.
Dilansir Space.com, Jumat (26/1), fenomena alam Super Blue Blood Moon ini hampir sama dengan fenomena alam yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2017 yaitu Great American Solar Eclipse (GASE). Dampak dari fenomena alam itu, bulan menghalangi cahaya matahari dan permukaan tanah menjadi dingin.
Tahapan Super Blue Blood Moon. (Foto: Dok. NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Tahapan Super Blue Blood Moon. (Foto: Dok. NASA)
NASA menjelaskan, pada 31 Januari nanti bulan akan mengalami efek yang sama seperti GASE, karena Bumi menghalangi sinar matahari yang menerangi dan memanaskan bulan sehingga permukaan bulan akan menjadi lebih dingin.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini terbilang sangat langka karena terakhir kali terjadi 152 tahun lalu.
Selain itu, hal menarik lainnya adalah namanya yang unik, Super Blue Blood Moon. Berikut kumparan (kumparan.com) akan menjelaskan nama tersebut satu per satu.
Super
Super diambil dari nama supermoon. Terjadi saat bulan mendekati Bumi di orbitnya --dikenal sebagai perigee-- dan memiliki 14 persen lebih terang dari bulan biasanya. Ini akan menjadi supermoon ketiga dalam trilogi supermoon yang dimulai pada 3 Desember 2017.
Blue
Blue diambil dari nama blue moon yakni bulan purnama yang terjadi selama dua kali dalam satu bulan kalender.
Blood
Blood berasal dari kata blood moon. Terjadi saat gerhana bulan, bulan tampak berwarna seperti merah darah.
Pusaran bulan Reiner Gamma. (Foto: Dok. NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Pusaran bulan Reiner Gamma. (Foto: Dok. NASA)
Noah Petro, seorang ilmuwan dari NASA menjelaskan, fenomena langka ini aman untuk dilihat dengan mata telanjang, layaknya mengamati bulan purnama seperti biasa. Ia juga menjelaskan akan ada perubahan suhu ketika fenomena alam tersebut berlangsung.
ADVERTISEMENT
"Selama gerhana bulan, perubahan suhu permukaan bulan sangat dramatis, seperti peralihan dari oven ke dalam lemari es yang disimpan dalam beberapa jam," ujar Noah Petro.
Petro dan timnya akan melakukan pengamatan selama Super Blue Blood Moon di Observatorium Haleakala, Pulau Maui, Hawaii, Amerika Serikat. Menurutnya, Hawaii merupakan salah satu tempat memiliki pemandangan indah saat fenomena berlangsung dari awal hingga akhir.
Akibat fenomena ini, perubahan panas di berbagai tempat di permukaan bulan akan terjadi, seperti wilayah akan berdebu sepanjang 60 kilometer yang dikenal dengan sebutan Reiner Gamma.