Mengenal Kumimanu Bicae, Penguin Raksasa dari 60 Juta Tahun Lalu

14 Desember 2017 18:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kumimanu bicae, penguin raksasa (Foto: Gerald Mayr/Senckenberg Research Institute via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Kumimanu bicae, penguin raksasa (Foto: Gerald Mayr/Senckenberg Research Institute via AP)
ADVERTISEMENT
Kamu mungkin sudah mendengar berita mengenai penemuan fosil penguin raksasa berukuran manusia dewasa di Selandia Baru. Penguin itu rupanya adalah salah satu leluhur dari penguin-penguin yang ada saat ini. Ia hidup sekitar 60 juta tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Alert, nama ilmiah penguin raksasa itu adalah Kumimanu bicae. Nama kumimanu berasal dari bahasa Maori yang berarti burung monster, sementara bicae berasal dari nama Bice Tennyson, ibu dari penemu fosil tersebut, Alan Tennyson.
Kumimanu bicae memiliki tinggi sekitar 1,7 meter dan berat 100 kilogram, jauh lebih besar dari penguin modern yang tingginya hanya 1,2 meter dan memiliki berat 40 kilogram.
Selain itu, menurut Gerald Mayr, peneliti dari Senckenberg Research Institute yang berhasil mengindentifikasi fosil penguin raksasa tersebut, Kumimanu bicae memiliki paruh yang lebih panjang dibandingkan penguin zaman sekarang.
Meski ukurannya cukup besar untuk ukuran penguin, ternyata Kumimanu bicae bukanlah penguin terbesar yang pernah hidup di dunia.
Masih ada penguin yang lebih besar lainnya, yakni Palaeeudyptes klekowskii. Palaeeudyptes klekowskii yang punah 38 juta tahun lalu merupakan penerus dari Kumimanu bicae. Penguin tersebut sedikit lebih besar dibandingkan Kumimanu bicae dengan tinggi 2 meter dan berat 115 kilogram.
ADVERTISEMENT
Meski Kumimanu bicae bukanlah penguin terbesar, penemu fosil penguin tersebut yang juga kurator dari Museum of New Zealand Te Papa Tongarewa menyatakan, Kumimanu bicae adalah penguin raksasa tertua yang telah berhasil manusia identifikasi.
Kumimanu bicae diperkirakan hidup pada masa sebelum Antartika membeku seperti sekarang. Kala itu Selandia Baru dan Antartika memiliki iklim subtropis, iklim yang memiliki empat musim.
Hal itu membantah mitos bahwa penguin hanya bisa hidup di lingkungan yang sangat dingin seperti wilayah Antartika.
"Sekarang ada penguin Galapagos yang hidup di daerah ekuator, dan juga banyak fosil membuktikan banyak penguin terdahulu hidup di laut yang hangat," jelas Gerald Mayr.