Menyoal Kematian di Gubuk Menstruasi Nepal, Kenapa Haid Dianggap Tabu?

12 Januari 2019 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
ADVERTISEMENT
Seorang ibu dan dua anak laki-lakinya ditemukan tewas setelah diasingkan ke sebuah ‘gubuk menstruasi’ di distrik Bajura, Nepal, pada Rabu (9/12/2019) pekan ini.
ADVERTISEMENT
Ibu bernama Amba Bohara dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu meninggal karena tidur di gubuk tanpa ventilasi. Mereka meninggal akibat keracunan asap dari perapian yang Amba nyalakan karena pada saat itu di Nepal sedang musim dingin.
Sesuai dengan tradisi kuno masyarakat Hindu Nepal, wanita yang sedang menstruasi atau nifas perlu diasingkan dan tidak boleh masuk rumah, menyentuh pria ataupun sapi.
Mereka yang sedang menstruasi dan nifas itu dianggap tidak suci. Bahkan jika perempuan yang sedang menstruasi itu masih sekolah, maka ia tidak diperbolehkan untuk pergi ke sekolah.
Kematian wanita di Nepal karena diasingkan dengan alasan menstruasi bukanlah yang pertama kali terjadi. 2017 lalu, seorang wanita juga meninggal karena keracunan asap saat sedang diasingkan. Selain itu, beberapa wanita meninggal saat sedang diasingkan karena digigit ular.
ADVERTISEMENT
Karena banyaknya korban yang jatuh, pemerintah Nepal sebenarnya telah melarang praktik yang disebut dengan chhaupadi ini. Praktik mengasingkan wanita yang sedang menstruasi karena menstruasi dianggap tabu dan kotor.
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
Anggapan tabu terhadap menstruasi tidak hanya muncul di Nepal. Di India, menurut makalah ilmiah yang diterbitkan di Journal od Family Medicine and Primary Care, wanita yang sedang menstruasi dianggap kotor dan tidak suci. Karena itu, mereka tidak boleh masuk ke tempat ibadah, ke dapur, dan tidak boleh memegang kitab suci atau beribadah.
Menurut laporan dari United Nations Population Fund, wanita yang sedang menstruasi di beberapa negara Afrika juga tidak boleh memasak dan menyentuh air, beribadah, atau mengikuti acara warga. Di Uganda, siswi yang sedang menstruasi merasa takut mereka akan diejek saat mengalami menstruasi di sekolah.
ADVERTISEMENT
Menurut Jane Ussher, dosen psikologi kesehatan wanita di Western Sydney University, tabu terhadap menstruasi adalah sesuatu yang telah berjalan sangat lama dan dilakukan di hampir berbagai budaya dan negara.
“Menstruasi (telah lama) diasosiasikan dengan (sesuatu yang) kotor, dan menjijikan, dan memalukan, bahkan menakutkan bagi beberapa orang,” kata Ussher kepada ABC News.
Ussher mengatakan, hal ini merupakan tanda perilaku misoginis karena menganggap sesuatu yang berhubungan dengan wanita sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan.
Pengaruh dari agama juga memunculkan anggapan bahwa menstruasi adalah hal yang kotor. Agama Islam, Kristen, dan Hindu, misalnya, mengatakan wanita sedang tidak suci saat menstruasi sehingga harus dipisahkan.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, wanita juga diajarkan bahwa menstruasi adalah sesuatu yang bersifat pribadi sehingga harus disembunyikan. Karena itu, wanita menganggap kejadian seperti ‘tembus’ saat menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan.
“Hal ini dapat mempengaruhi seksualitas mereka, pengetahuan mereka soal seksualitas tubuh,” katanya.
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
Sementara itu, penulis dan pendidik Karen Pickering mengatakan, mengucilkan wanita saat sedang mengalami menstruasi membuat pengetahuan mereka soal sistem reproduksi terpengaruh.
“Data kami menunjukkan sedikit perempuan yang paham bahwa menstruasi hanyalah bagian dari siklus dan bila kamu tidak mengalami menstruasi, maka ada perubahan dramatis yang terjadi pada hormonmu,” kata Pickering.
Penelitian yang ia lakukan juga menunjukkan banyak wanita yang berusaha menyembunyikan menstruasinya, bahkan hingga menyembunyikan pembalut dan tampon di bagian bawah keranjang belanja hingga menaruh pembalut bekas di dalam tas ketika tidak ada tempat sampah di kamar mandi.
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
'Gubuk Menstruasi' di Nepal (Foto: Prakash Mathema/AFP)
Ussher juga menemukan, wanita-wanita imigran dari Afghanistan, Irak, Somalia, dan Sudan Selatan mengalami kesulitan berbicara dengan anak-anak mereka mengenai menstruasi karena terlalu malu untuk membahas hal ini.
ADVERTISEMENT
Karena itu, Ussher mengatakan, pendidikan yang lebih baik soal menstruasi akan membawa dampak lebih baik pada kesehatan wanita.
“Menormalkan menstruasi adalah sesuatu yang sehat, dan merupakan bagian yang positif dari kehidupan wanita yang penting,” kata Ussher.