Meteor yang Jatuh ke Bumi Bisa Berubah Jadi Bom Nuklir Mini

18 Desember 2017 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hujan Meteor Geminid (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Hujan Meteor Geminid (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Bumi kita sebenarnya cukup sering dikunjungi oleh meteor. Namun hanya segelintir meteor yang berhasil mendarat ke permukaan Bumi sehingga tak banyak kandungan batuan meteor yang bisa dipelajari.
ADVERTISEMENT
Selama ini kebanyakan meteor yang mendarat ke permukaan Bumi berukuran sangat kecil, bahkan banyak yang telah terbakar habis lebih dulu di atmosfer Bumi.
Hal itu rupanya perlu kita syukuri. Sebab, para peneliti berhasil menemukan bahwa meteor yang masuk dan melewati atmosfer Bumi ternyata memiliki potensi meledak bagaikan bom nuklir kecil.
Dilansir Universe Today, sebuah studi yang dilakukan oleh tim dari Purdue University AS, berhasil menemukan indikasi bahwa meskipun atmosfer Bumi memiliki kemampuan mumpuni untuk melindungi kita dari meteorit, ia juga dapat membuat meteorit tertentu meledak seperti bom nuklir mini di langit kita.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Meteoritics and Planetary Science itu merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshall Tabetah dan Jay Melosh, masing-masing merupakan peneliti serta profesor di Purdue University.
Ilustrasi Meteor (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Meteor (Foto: Pixabay)
Dalam studi tersebut, mereka mempelajari meteorit Chelyabinsk yang meledak di langit Rusia pada Februari tahun 2013.
ADVERTISEMENT
Ketika Chelyabinsk memasuki atmosfer Bumi, meteroit itu menjadi sebuah bola api raksasa akibat gesekannya dengan atmosfer. Tak sampai beberapa menit kemudian, meteroit itu meledak dan menciptakan jumlah energi yang sama dengan ledakan bom nuklir mini.
Ledakan itu mengakibatkan sekitar 1.500 orang terluka dan membuat kerugian jutaan dolar Amerika.
Yang menarik lagi, menurut perkiraan, meteroit itu seharusnya memiliki berat sebesar 9.000 ton, tetapi hanya sekitar 1.800 ton dari pecahan meteroit itu yang berhasil ditemukan. Hal itulah yang membuat para peneliti tersebut menduga ada sesuatu yang terjadi pada meteorit di lapisan atmosfer.
Tabetah dan Melosh kemudian memperhitungkan bagaimana tekanan udara tinggi di depan meteor dapat memasuki pori-pori serta patahan dari bongkahan batu angkasa itu.
ADVERTISEMENT
"Ada sebuah gradien besar antara udara bertekanan tinggi di depan meteor dan hampa udara di belakangnya. Jika udara bisa bergerak melalui meteroit, udara bisa dengan mudah masuk dan meledakkannya," kata Melosh.
Para peneliti tersebut juga membangun sebuah model untuk mempelajari proses masuknya meteorit Chelyabinsk ke atmosfer Bumi dan menghitung berat asli meteorit tersebut. Selain itu, mereka juga mencari tahu bagaimana meteorit itu kehilangan massanya saat memasuki atmosfer.
Mereka kemudian mengembangkan sebuah kode komputer unik untuk melakukan perhituangan dan simulasi masuknya meteorit tersebut ke dalam atmosfer.
Saat melakukan simulasi, udara yang terdorong masuk ke dalam meteorit menyebabkan menurunnya kekuatan meteorit tersebut. Karena kekuatannya menurun serta akibat adanya udara di bagian dalamnya, meteorit itu kemudian meledak.
ADVERTISEMENT
Studi itu menyimpulkan, gesekan antara atmosfer dan meteorit Chelyabinsk dapat membuat meteorit itu meledak seperti bom nuklir mini. Namun begitu, atmosfer Bumi sebenarnya masihlah merupakan pelindung terbaik dalam menghadapi meteor-meteor yang lebih kecil daripada meteor yang jatuh di Kota Chelyabinsk, Rusia itu.
Temuan dari studi tersebut diharapkan bisa menjadi sebuah langkah untuk mulai mengembangkan sistem peringatan bahaya meteorit demi mencegah timbulnya korban seperti yang terjadi di Chelyabinsk.