news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Orang-orang yang Sedang Stres Punya Volume Otak Lebih Kecil

26 Oktober 2018 18:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi stres (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi stres (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sebuah riset terbaru menemukan bahwa keberadaan hormon kortisol, yang dihubungkan dengan penyebab stres, dalam tingkat tinggi diasosiasikan dengan volume otak yang lebih kecil. Selain itu, mereka yang memiliki kondisi otak tersebut cenderung mendapatkan hasil buruk dalam tes memori dan kemampuan kognitif.
ADVERTISEMENT
Dilansir IFL Science, riset ini dilakukan oleh tim peneliti dari Harvard Medical School dan hasilnya telah dipublikasikan di jurnal Neurology.
Dalam riset ini tim peneliti mempelajari data kognitif dari 2.231 peserta yang 2.018 di antaranya menjalani MRI (magnetic resonance imaging) untuk dihitung volume otaknya. Tingkat kortisol dari ribuan peserta yang berusia antara 40 hingga 50 tahun ini dihitung di pagi hari, sebelum mereka sarapan.
Tim peneliti juga mempelajari faktor lain, seperti usia, jenis kelamin, berat badan, dan juga apakah peserta adalah perokok. Secara keseluruhan, orang-orang dengan tingkat hormon kortisol yang tinggi diasosiasikan dengan struktur otak dan kognisi yang lebih buruk.
"Kortisol memiliki dampak buruk pada banyak fungsi tubuh yang berbeda, jadi sangat penting untuk benar-benar menyelidiki seberapa tinggi tingkat kortisol yang bisa mempengaruhi otak," ujar Justin B. Echouffo-Tcheugui, pemimpin riset ini.
ADVERTISEMENT
"Meski telah ada riset lain yang mempelajari kortisol dan memori, kami percaya bahwa riset besar kami yang berdasarkan komunitas, merupakan yang pertama untuk mendalami efek, pada orang-orang paruh baya, kandungan kortisol di darah saat mereka puasa dan dan juga volume otak mereka, begitu juga dengan memori serta kemampuan berpikir mereka," paparnya.
Ilustrasi Ibu Gagal Paham akibat Ulah Balita (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu Gagal Paham akibat Ulah Balita (Foto: Shutterstock)
Hal unik lain yang ditemukan adalah meski ada beberapa dampak yang dikorelasikan dengan tingkat kortisol pada peserta riset, tim peneliti tidak menemukan adanya gejala demensia. Selain itu, ditemukan bahwa hubungan antara perubahan fisik dan fungsi di otak lebih banyak terdapat pada perempuan.
"Dalam usaha kami untuk memahami penuaan kognitif, salah satu faktor yang menarik dipelajari adalah peningkatan stres di kehidupan modern," jelas Professor Sudha Seshadri, ahli penyakit neurodegeneratif yang menjadi salah satu anggota tim riset ini.
ADVERTISEMENT
"Salah satu hal yang kita ketahui bahwa pada hewan stres bisa membuat terjadinya penurunan kemampuan kognitif. Di riset ini, tingkat kortisol yang tinggi di pagi hari pada sampel besar para peserta riset diasosiasikan dengan struktur otak dan kemampuan kognisi yang lebih buruk," tambah dia.
com-Ilustrasi Stres (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Stres (Foto: Thinkstock)
Selain itu tim peneliti juga tidak menemukan adanya hubungan antara tingkat hormon kortisol yang lebih tinggi diasosiasikan dengan APOE4, faktor risiko genetik yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular dan juga alzheimer.
Yang riset ini temukan adalah asosiasi atau hubungan, bukannya penyebab. Namun tim peneliti menekankan bahwa sangat penting bagi para dokter untuk melihat tingkat hormon kortisol pada pasien. Mereka menyarankan para dokter untuk memberi arahan bagi pasiennya untuk mengurangi stres dengan saran seperti tidur dan berolahraga yang cukup.
ADVERTISEMENT