Pendaratan Darurat Bikin Telinga Penumpang Ryanair Mengeluarkan Darah

18 Juli 2018 6:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Ryanair (Foto: Nicky Boogaard/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Ryanair (Foto: Nicky Boogaard/Flickr)
ADVERTISEMENT
Pesawat Ryanair dengan nomor penerbangan FR7312 mengalami kehilangan ketinggian secara drastis dan kemudian melakukan pendaratan darurat di Jerman. Data dari flightradar24.com menunjukkan pesawat Ryanair itu mengalami penurunan posisi yang sangat drastis, dari ketinggian sekitar 11 kilometer ke ketinggian 3 kilometer di atas permukaan laut (dpl) hanya dalam waktu 7 menit.
ADVERTISEMENT
Akibat pendaratan darurat yang terjadi pada Jumat (20/7) pekan lalu tersebut, lebih dari 30 penumpang pesawat yang sebenarnya memiliki rute dari Irlandia menuju Kroasia itu mengalami cedera dan kemudian dibawa ke rumah sakit.
Dikutip dari Science Alert, sebagian dari penumpang yang dibawa ke rumah sakit tersebut mengalami pendarahan dari telinga. Sebagian lainnya mengalami sakit kepala, mual, dan sakit telinga.
Mengapa para penumpang bisa sampai mengeluarkan darah dari telinga akibat pendaratan darurat ini? Ternyata ini ada kaitannya dengan perubahan tekanan udara di dalam kabin pesawat.
Efek perubahan tekanan udara pada telinga
Agar nyaman bagi penumpang, tekanan udara di dalam kabin diatur sesuai dengan tekanan udara alami di ketinggian sekitar 1,8 hingga 2,4 kilometer dpl. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tekanan udara di ketinggian jelajah pesawat yang biasanya sekitar 11 hingga 12,2 kilometer dpl.
ADVERTISEMENT
Prinsip dasarnya, tekanan udara akan jadi semakin rendah di ketinggian tempat yang semakin tinggi.
Nah, karena tekanan udara di dalam kabin dan di luar pesawat beda, maka kebocoran kecil pada pesawat bisa menyebabkan perubahan tekanan udara di kabin. Jika kebocoran ini bisa diketahui cukup awal, pilot memiliki waktu untuk membuat pendaratan darurat ke ketinggian yang aman. Inilah yang kemungkinan terjadi pada pesawat Ryanair tersebut.
Akan tetapi, walaupun pilot Ryanair bisa dengan cepat menurunkan pesawatnya ke ketinggian yang aman dalam waktu 7 menit tersebut, perubahan tekanan udara yang dalam hal ini disebut sebagai peristiwa depressurization, tetap telah terjadi di pesawat tersebut, meski secara lambat.
Ilustrasi Penumpang Dekat Jendela Pesawat (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Penumpang Dekat Jendela Pesawat (Foto: Pexels)
Perubahan tekanan udara di dalam kabin, baik secara perlahan ataupun tiba-tiba, bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Kebocoran pesawat yang menyebabkan perubahan tekanan udara di kabin secara lambat, misalnya, bisa menyebabkan gejala hipoksia seperti mual dan sakit kepala. Selain itu, bisa juga menyebabkan darah keluar dari telinga.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari The Conversation, Chris Brennan-Jones, audiolog pediatrik, menjelaskan bahwa ruang telinga bagian tengah sebagian besarnya kedap udara dan dilindungi oleh gendang telinga. Namun begitu, udara bisa masuk dan keluar dari telinga melalui tabung Eustachian, saluran yang menghubungkan telinga ke bagian belakang tenggorokan.
"Anda memiliki sejumlah kecil udara yang disegel di ruang telinga bagian tengah. Dan kemudian ada sisa udara di luar, di atmosfer," kata Brennan-Jones. "Biasanya tekanan udara di dalam telinga bagian tengah dan di atmosfer sangat mirip, atau setidaknya tidak cukup berbeda untuk menyebabkan Anda kesulitan.”
Telinga manusia. (Foto: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Telinga manusia. (Foto: pixabay)
Ketika seseorang berada di tempat yang semakin tinggi, jelas Brennan-Jones, tekanan udara di atmosfer akan menurun dan udara jadi 'lebih tipis'. Di sisi lain, tekanan udara di telinga bagian tengah relatif tidak berubah. Hal inilah yang kemudian bisa menimbulkan tekanan pada gendang telinga sehingga membuat suara semakin sulit didengar dan menyebabkan ketidaknyamanan pada telinga.
ADVERTISEMENT
Lalu ketika seseorang mengalami penurunan ketinggian atau peningkatan tekanan udara dengan sangat cepat, perubahan tekanan udara ini bisa membuat gendang telinganya pecah atau menyebabkan barotrauma, kerusakan jaringan akibat perbedaan tekanan dalam tubuh dengan tekanan udara di sekitarnya..Gejala dari kerusakan ini adalah berupa mual, pusing, vertigo, hingga darah keluar dari telinga.
Untungnya, gendang telinga yang pecah dan barotrauma bisa sembuh secara alami dalam beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Jadi, peristiwa ini tidak akan menimbulkan luka serius atau permanen.
Kabar baik terakhir, menurut laporan ABC, semua penumpang yang dibawa ke rumah sakit sudah boleh meninggalkan rumah sakit pada Minggu (22/7) pagi.