Peneliti: Gurita itu Makhluk dari Luar Angkasa

18 Mei 2018 13:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gurita di laut. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Gurita di laut. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebagai hewan laut, gurita terbilang memiliki bentuk tubuh yang unik. Karena keunikannya itu, gurita sampai disebut sebagai hewan yang berasal dari luar angkasa oleh suatu studi terbaru yang cukup kontroversial.
ADVERTISEMENT
Studi kontroversial itu dipublikasikan dalam jurnal Progress in Biophysics and Molecular Biology. Di jurnal ini peneliti mengklaim gurita sebagai organisme sangat kompleks, dan makhluk tersebut hanya bisa dijelaskan sebagai kehidupan asing luar angkasa alias alien.
Dalam studi tersebut, tim peneliti menjelaskan bahwa Bumi kedatangan mikroba alien yang kemudian mendorong terjadinya Letusan Kambrium.
Ilustrasi kehidupan alien (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kehidupan alien (Foto: Pexels)
Letusan Kambrium sendiri adalah nama dari suatu peristiwa yang terjadi sekitar 500 juta tahun lalu, ketika mulai bermunculannya hewan-hewan kompleks di Bumi. Sebelum peristiwa tersebut kebanyakan organisme di Bumi masih berbentuk sederhana dan tidak memiliki sel yang banyak.
Para peneliti berpendapat genom dari gurita menunjukkan tingkat kerumitan yang tinggi. Mereka juga menambahkan bahwa gurita memiliki fitur seperti otak yang besar dan juga mata seperti kamera yang muncul tiba-tiba dalam skema evolusi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ilmuwan juga menuliskan bahwa ada kemungkinan asal usul alien dari cumi-cumi dan gurita.
"Kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa telur dari cumi-cumi atau gurita datang ke Bumi dalam meteorit es besar beberapa ratus juta tahun lalu," tulis para peneliti.
Mereka berpendapat bahwa kita sedang berada dalam titik balik dalam memahami bagaimana kehidupan mulai tumbuh di planet Bumi. Tapi studi itu mendapat banyak tanggapan negatif dari para ahli.
Jonathan Eisen, profesor di Department of Evolution and Ecology di University of California, mengatakan bahwa studi tersebut kualitasnya sangat buruk. Seth Finnegan, asisten professor di University of California, juga menyuarakan hal yang sama.
Menurut laporan Science Alert, sebenarnya jurnal tempat studi itu dipublikasikan memiliki reputasi yang baik. Jurnal tersebut dikutip dengan baik dan juga memiliki ukuran yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Sayang, studi tersebut tidak banyak membantu kita untuk memahami lebih baik sejarah kehidupan di Bumi. Denis Noble, sang editor dari jurnal itu sendiri hanya menambahkan "diperlukan riset lebih lanjut."
Namun ia memberikan pembelaan pada keputusannya dengan mengatakan bahwa sangat penting bagi jurnal untuk membuka perdebatan mengenai hal tersebut.
"Seiring semakin pentingnya kimia dan biologi luar angkasa, rasanya sangat sesuai untuk jurnal mengenai fisika dan biologi untuk membuka perdebatan atas hal itu," ujar Noble.
"Terlebih jika di masa depan, ide-ide tersebut (mengenai luar angkasa) dapat diuji."