Peneliti Selangkah Lebih Dekat Temukan Cara Perbaiki Kerusakan Jantung

9 Agustus 2019 9:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Serangan jantung bisa merusak kondisi jantung penderitanya. Kabar baiknya, para peneliti sekarang sudah selangkah lebih dekat dalam menemukan cara untuk memulihkan kembali kondisi jantung yang rusak.
ADVERTISEMENT
Hal itu para peneliti ungkap dalam sebuah riset terbaru. Lapaoran hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Biotechnology pada 2 Agustus 2019. Menurut riset, transplantasi sel punca dapat dimanfaatkan untuk membantu jantung kembali pulih dari kerusakan akibat serangan jantung, dan juga menurunkan risiko gagal jantung.
Riset ini dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Cambridge yang berkolaborasi dengan Universitas Washington. Mereka melakukan riset ini pada jaringan jantung manusia 3D di laboratorium dan tikus.
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Thinkstock
Dalam riset ini, para peneliti membuat kombinasi sel epikardial dan sel otot jantung dari sel punca. Sel epikardial adalah lapisan luar dinding jantung. Sel punca itu lalu diberikan pada spesimen untuk menyokong pertumbuhan sel otot jantungnya. Hasilnya, prosedur ini membantu mendorong regenerasi jantung, bahkan bisa meningkatkan kemampuan sel otot jantung untuk rileks dan berkontraksi.
Ilustrasi peneliti di laboratorium. Foto: jarmoluk/Pixabay
Dalam riset ini, para peneliti menggunakan sel punca dari kombinasi sel otot jantung dan sel pendukung yang diambil dari lapisan luar dinding jantung atau sel epikardial. Sel punca itu lalu diberikan pada tikus untuk menyokong pertumbuhan sel otot jantungnya. Hasilnya, prosedur ini membantu mendorong regenerasi jantung, bahkan bisa meningkatkan kemampuan sel otot jantung untuk rileks dan berkontraksi.
ADVERTISEMENT
“Salah satu hal yang masih menjadi teka-teki dalam regenerasi jantung tampaknya adalah sel epikardial,” ujar Charless Murry, peneliti dari University of Washington School of Medicine sekaligus pemimpin riset, seperti dilansir IFL Science.
Ia menjelaskan bahwa sel epikardial itu adalah komponen penting bagi pertumbuhan jantung. Murry mengatakan bahwa ia dan timnya menemukan bahwa sel epikardial meningkatkan kemampuan sel otot jantung tikus untuk beregenerasi.
“Hasil finalnya adalah dengan menerima kompleksitas dan berpindah dari penggunaan sel monokultur ke beberapa sel berbeda, kita bisa membuat jantung memiliki otot yang lebih baik,” papar Murry.
Meski transplantasi sel punca ini baru diuji pada tikus dan jantung manusia 3D, para peneliti menaruh harapan besar pada prosedur ini. Mereka berpendapat bahwa prosedur serupa juga bisa diterapkan pada manusia suatu saat nanti. Jika itu terjadi, maka banyak orang tidak lagi harus menjalani transplantasi jantung.
Ilustrasi penelitian. Foto: Pixabay
Di seluruh dunia ada 23 juta orang yang menderita gagal jantung. Kondisi itu terjadi ketika jantung tidak bisa memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Ini bisa membuat ada jaringan di tubuh yang tidak mendapatkan cukup oksigen.
ADVERTISEMENT
Ini bisa menyebabkan kesulitan bernapas, napas pendek, dan merasa sangat lelah. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan gagal jantung. Tapi, biasanya kondisi ini disebabkan oleh serangan jantung yang membuat jaringan jantung rusak dan tidak bisa memompa dengan efektif.
Sementara, sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai kemampuan untuk berkembang menjadi jenis sel apapun yang ada di dalam tubuh. Keberadaan sel ini sangat berharga bagi penelitian dan pengobatan terhadap beberapa penyakit, seperti kanker darah. Meski begitu, sel punca masih sulit dimanfaatkan dalam bidang pengobatan penyakit kardiovaskular.
Karena itu, penelitian ini, yang fokus pada sel epikardial yang dibuat dari sel punca adalah terobosan menjanjikan bagi terapi gagal jantung pertama di dunia.
ADVERTISEMENT
“Riset kami menunjukkan bahwa sel punca suatu hari nanti bisa menjadi terapi pertama bagi gagal jantung,” ujar Johannes Bargehr, anggota tim peneliti.
“Meski begitu, jalannya masih panjang. Tapi, kami percaya bahwa kita selangkah lebih dekat, dan itu sangat luar biasa,” imbuh dia.