Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Peneliti Temukan Batu Intan dari 'Planet yang Hilang'
19 April 2018 17:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Asal-usul dari batu intan yang ditemukan di dalam sebuah meteorit terungkap. Ternyata, berlian tersebut berasal dari 'planet yang hilang', yang dulu eksis di sistem tata surya kita.
ADVERTISEMENT
Temuan ini telah dipublikasikan pada jurnal Nature Communications, dan dapat membantu menambah pemahaman kita mengenai terbentuknya planet-planet.
Menurut para peneliti dari École Polytechnique Fedérale de Lausanne, intan itu berasal dari asteroid bernama Almahata Sitta, yang jatuh di Gurun Nubian, Sudan, pada Oktober 2008.
Intan tersebut terbentuk akibat tekanan tinggi yang terjadi pada proto-planet atau planet muda kala tata surya kita masih berusia sangat muda, yakni sekitar 455 miliar tahun lalu.

"Kami mendemonstrasikan bahwa intan besar ini sangat tidak mungkin dihasilkan akibat tabrakan, melainkan terbentuk di suatu planet," ujar Philippe Gillet, anggota tim peneliti, seperti dilansir Associated Press.
Menurut penjelasan Gillet, para peneliti telah memperhitungkan bahwa diperlukan tekanan sebesar 200 ribu bar atau 2,9 juta psi untuk membentuk intan tersebut. Hal ini memberikan dugaan bahwa planet tempat intan itu terbentuk memiliki ukuran yang mirip dengan Merkurius, bahkan Mars.
ADVERTISEMENT
Para peneliti memang telah lama memiliki teori bahwa tata surya kita, ketika masih berusia muda, memiliki banyak planet, yang sebagian besarnya seperti bola magma.
Salah satu dari planet magma tersebut, yang sering disebut dengan nama Theia, diduga menabrak Bumi yang masih muda lalu serpihannya menciptakan Bulan.
"Apa yang kami klaim di sini adalah kita memiliki sisa-sisa dari planet generasi pertama yang sekarang telah hilang karena mereka hancur atau bersatu dengan planet lain yang lebih besar," papar Gillet.

Menurut Addi Bischoff, ahli meteorit dari University of Muenster Jerman, yang tidak terlibat dalam studi, metode yang digunakan para peneliti tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan kesimpulannya masuk akal.
Namun, diperlukan bukti lain atas tekanan tinggi tersebut, misalnya dapat ditemukan di mineral yang berada di sekitar intan, jelas Bischoff.
ADVERTISEMENT