Peneliti Ungkap Alasan Cuci Pakaian dengan Mesin Cuci Bisa Cemari Laut

27 September 2019 7:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mencuci pakaian dengan musin cuci. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mencuci pakaian dengan musin cuci. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beban pekerjaan rumah tangga bisa sedikit berkurang berkat perabotan rumah yang satu ini: mesin cuci. Sebanyak apa pun pakaian kotor yang menumpuk, kita tak perlu banyak mengeluarkan tenaga untuk mencucinya berkat mesin cuci.
ADVERTISEMENT
Saat mencuci pakaian menggunakan mesin cuci, kita bisa mengatur siklus tertentu untuk memaksimalkan kemampuan mencucinya, sekaligus menjaga pakaian agar terhindar dari kerusakan. Ada siklus normal, siklus lembut, dan siklus permanen yang bisa dipilih.
Yang dipermasalahkan baru-baru ini adalah mencuci pakaian dengan siklus lembut. Biasanya, orang-orang mengatur siklus lembut pada mesin cuci ketika mencuci pakaian berenda atau yang terbuat dari bahan sutra.
Ilustrasi mencuci pakaian dengan siklus lembut. Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Telegraph melaporkan, mencuci pakaian menggunakan mesin cuci dengan siklus lembut berpotensi melepaskan lebih banyak mikroplastik berbahaya ke laut dibanding siklus mencuci yang cepat. Temuan ini didapat dari sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Newcastle University, Inggris.
Pangkal persoalannya bukan terletak pada tabung mesin cuci yang berputar saat proses mencuci berlangsung. Peneliti menyebutkan, fiber-fiber plastik yang terlepas dari pakaian-pakaian sintetis lebih dipicu oleh volume air yang digunakan saat mencuci dengan siklus lembut.
ADVERTISEMENT
Menurut peneliti, saat kita mencuci pakaian berbahan katun, akan ada sekitar 800 ribu mikroplastik terurai. Sedangkan cuci dengan siklus lembut, jumlah mikroplastik yang terlepas bisa mencapai 1,4 juta.
Ilustrasi lautan. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Partikel-partikel berukuran sangat kecil itu kemudian melewati filter mesin cuci, hingga akhirnya bermuara di lautan. Tak heran peneliti kemudian kerap menjumpai ekosistem akuatik yang terganggu akibat banyak ikan-ikan menyerap bahan kimia beracun dari mikroplastik tersebut.
“Kami menemukan bahwa siklus lembut melepaskan lebih banyak serat mikroplastik ke dalam air kemudian lingkungan dibandingkan siklus normal,” papar Max Kelly, mahasiswa program doktoral yang turut terlibat dalam penelitian ini, sebagaimana dikutip Telegraph.
Riset sebelumnya telah menyebutkan beberapa faktor yang mampu memicu pelepasan mikroplastik dari proses pencucian pakaian menggunakan mesin cuci. Semua mengarah pada fungsi agitator mesin cuci sebagai pengganti tangan manusia. Salah satu yang disebutkan ilmuwan sebelumnya adalah kecepatan tabung mesin cuci berputar.
ADVERTISEMENT
“Namun, melalui studi (terbaru) ini kami telah membuktikan bahwa ketika tingkat agitasi berkurang, jumlah serat mikro yang dilepaskan masihlah yang terbesar, yakni dengan volume air yang lebih tinggi dari rasio kain,” beber Kelly.
Dalam studi yang telah diterbitkan di jurnal Environmentd and Science Technology ini, peneliti menggunakan kamera dan tergotometer, sebuah alat pengujian laboratorium dan evaluasi sabun, deterjen, zat pewarna tekstil untuk mengukur secara akurat jumlah mikroplastik yang terurai dari pakaian ketika dicuci dengan siklus lembut.