Penjelasan Ilmiah Mengapa Monyet Turun Gunung Setelah Erupsi Merapi

24 Mei 2018 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada fenomena menarik yang terjadi setelah erupsi Merapi pada Kamis (24/5), yaitu turunnya monyet ekor panjang dari habitat aslinya di atas Gunung Merapi. Monyet-monyet itu terlihat sudah berkumpul di kantor Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di Jalan Kaliurang Km 22, Hargobinangun, Pakem, Sleman.
ADVERTISEMENT
Warga yang mendengar kabar turunnya para monyet ekor panjang itu mulai bersikap waspada. Mereka menutup rapat-rapat pintu rumah dan warung mereka, khawatir gerombolan monyet itu akan datang dan mencuri makanan.
Menurut dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Dr Drh RP Agus Lelana, SpMP, MSi., perilaku monyet yang turun dari gunung Merapi setelah terjadinya erupsi merupakan respons alami mereka terhadap lingkungan.
“Monyet sebagaimana makhluk hidup lain memiliki kepekaan atau iritabilitas. Sistem iritabilitas ini yang mengatakan kepada monyet bahwa kondisi (di sekitarnya) sangat gawat," kata Agus saat kepada kumparanSAINS, Kamis (24/5).
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Monyet ekor panjang di Balai Taman Nasional. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Sistem iritabilitas adalah sistem keseimbangan pada makhluk hidup yang membuat mereka peka terhadap perubahan di sekitarnya dan mengirimkan sinyal untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Perubahan yang terjadi misalnya adalah berkurangnya kadar oksigen di habitat monyet ekor panjang itu. Berkurangnya kadar oksigen di sekitar habitat monyet, menurut Agus, bisa memacu mereka untuk berpindah tempat.
"Biasanya dalam kondisi erupsi ada perubahan temperatur, kemudian ada getaran dari tanah dan sebagainya yang membuat monyet ketakutan. Erupsi ini juga mungkin mengubah kadar oksigen yang di daerah tersebut sehingga si monyet tadi berusaha untuk turun dan mencari posisi yang lebih nyaman untuk mereka," papar Agus.
Agus juga mengatakan, ada kemungkinan monyet-monyet tersebut turun ke pemukiman untuk mencari makan. Kemungkinan ini muncul apabila sumber makanan monyet ekor panjang di habitat aslinya memang rusak akibat erupsi.
Ilustrasi serangan monyet (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi serangan monyet (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
Lalu, apakah monyet yang sudah meninggalkan habitat aslinya akan kembali lagi ke Gunung Merapi atau malah akan pindah selamanya?
ADVERTISEMENT
"Ada dua kemungkinan. Karena mereka terpaksa berdekatan dengan masyarakat, apabila masyarakat tidak welcome kepada mereka, maka mereka akan mundur. Tapi bila di sekitarnya ada pasar, akhirnya mereka mencari makan di situ," jelas Agus.
Agus mengatakan peristiwa terakhir pernah terjadi di Pasar Ciampea, Bogor. Karena habitat aslinya dirusak oleh manusia, maka monyet-monyet terpaksa mencari makan ke pasar, termasuk dengan cara menjarah dagangan hingga mencari makanan di sampah-sampah yang dibuang di pasar.
Kepada warga yang merasa terganggu dengan hadirnya monyet-monyet itu, Agus menyarankan hal yang perlu mereka perhatikan adalah jangan sampai membuat monyet-monyet tersebut betah tinggal di pemukiman. Salah satu caranya adalah dengan tidak memberi makan kepada monyet-monyet yang turun gunung.
ADVERTISEMENT
Warga yang kebetulan tinggal di tempat yang disinggahi oleh monyet-monyet itu, sebaiknya meminimalisasi kontak dengan mereka karena monyet dapat membawa penyakit pada manusia. Begitu pula sebaliknya, manusia bisa menularkan penyakit pada monyet dan kemudian ditularkan pada manusia lain.
"Apabila tergigit, segera cuci tangan dengan sabun dan lapor ke Puskesmas kalau kita baru saja digigit monyet," saran Agus.
Agus berharap, monyet-monyet tersebut akan segera kembali ke habitat aslinya setelah Merapi kembali ke kondisi normal. Hal ini dikarenakan, monyet-monyet tersebut sebenarnya memberi manfaat untuk alam.
Monyet di Pantai Bama, Situbondo (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
zoom-in-whitePerbesar
Monyet di Pantai Bama, Situbondo (Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)
"Karena di habitatnya mereka memiliki fungsi yang cukup bermanfaat. Misalnya mereka berfungsi menyebarkan benih. Setelah memakan buah-buahan, bijinya mereka buang, dan bijinya itu bisa menjadi benih-benih tanaman baru. Mereka bisa menyebarkan makanan seperti burung."
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan, kita tetap harus berperilaku baik pada monyet-monyet yang turun dari Merapi dengan cara tidak menyakiti ataupun membunuh monyet-monyet ini.
Tetapi perlu diingat, tegas Agus, berperilaku baik bukan berarti kita memberi makan dan memanjakan para penghuni Merapi ini. Sebab, bila monyet-monyet itu sudah terdomestikasi alias dijinakkan, maka mereka akan menjadi betah dan enggan kembali ke habitat aslinya.