Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Polusi Kepung Ibu Kota India, Ratusan Orang Sakit Pernapasan
13 November 2017 7:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Sejumlah pasien, laki-laki dan perempuan, megap-megap. Mereka semua sedang berada di bangsal gawat darurat sebuah rumah sakit di New Delhi, India.
ADVERTISEMENT
Keluhan mereka sama, yakni terserang gangguan pernapasan akibat pekatnya udara ibu kota India selama sepekan terakhir ini.
Manoj Khati, salah satu pasien di rumah sakit itu mengatakan ia awalnya hanya batuk-batuk. Namun semakin lama batuknya itu semakin parah. Kini, ia telah didiagnois menderita bronkitis kronis.
“Selama tiga hari saya tidak berhenti batuk, saya merasa seolah-olah saya akan mati,” kata lelaki 46 tahun itu, sebagaimana dilansir AFP, Minggu (12/11). Kini, ia sedang menunggu untuk menjalani permeriksaan lanjutan.
Khati hanyalah satu dari ratusan orang yang menderita sakit pernapasan di New Delhi dalam sepekan terakhir ini.
Mansi Verma, dokter di bangsal gawat darurat itu mengatakan adanya lonjak jumlah pasien yang menderita masalah pernapasan di rumah sakit tempatnya bekerja itu dalam seminggu terakhir.
ADVERTISEMENT
"Awal pekan ini, kita melihat antara 250-300 pasien, lebih dari tiga kali dari yang biasa," kata Verma.
Kebanyakan dari mereka, ujar Verna, menderita batuk hebat dan pembengkakan dalam saluran pernapasan.
Senada dengan Verma, para dokter di Vallabhbhai Patel Chest Institute juga mengatakan bahwa jumlah pasien dengan masalah pernapasan di Delhi melonjak hingga tiga kali lipat dalam sepekan terakhir ini.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca dan tingginya aktivitas pembakaran pohon di sekitar New Delhi. Tak cuma itu, keberadaan sejumlah industri lokal, pembangkit listrik tenaga batu bara, dan jutaan kendaraan di ibu kota India itu pun semakin memperparah krisis udara bersih di sana.
Terkait faktor cuaca, memasuki musim dingin biasanya memang marak terjadi pembakaran tanaman di sana. Sayangnya, suhu yang dingin ini justru membuat udara berpolusi hasil pembakaran pohon tersebut --juga polusi dari industri dan kendaraan-- jadi lebih lama terperangkap di sekitar permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Fenomena udara berpolusi yang terperangkap sehingga sulit untuk tersebar dan hilang itu disebut juga sebagai inversi.
Di New Delhi, tingkat PM2.5 --polusi partikel-partikel halus yang berkaitan dengan tingkat bronkitis kronis, kanker paru-paru, dan penyakit jantung-- mencapai angka 500, bahkan sempat lebih dari 1.000.
Angka PM2.5 yang berada antara 301 sampai 500 saja sudah dikategorikan sebagai “berbahaya”. Apalagi jika di atas 500?
Meski indeks resmi kualitas udara belum mengklasifikasikan angka di atas 500, prinsip bahwa semakin tinggi tingkat PM2.5 suatu wilayah semakin parah polusi udaranya telah menujukkan betapa mengerikannya polusi udara yang terjadi di Delhi.
Pada 2014 WHO pernah melakukan survei terkait kondisi udara di kota-kota dunia. Hasilnya, New Delhi dinobatkan sebagai ibu kota dengan tingkat polusi udara paling parah, melebihi Beijing dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Arvind Kumar, dokter spesialis penyakit pernapasan di Rumah Sakit Sir Ganga Ram di Delhi mengatakan bahwa polusi secara perlahan akan membunuh orang-orang yang menghirupnya.
Dampak polusi ini tidaklah diperhatikan oleh banyak orang. Namun ia menekankan, polusi adalah “pembunuh yang mematikan”.
Dengan tingkat polusi udara yang ada saat ini, Kumar tidak merekomendasikan siapa pun untuk tinggal di Delhi.
"Jika anda memikirkan kesehatan anda, anda ingin memiliki kehidupan yang sehat ... maka dengan tingkat polusi saat ini, saya akan mengatakan Delhi bukanlah tempat tinggal," tegas Kumar.