Puasa Ramadhan, Penderita Diabetes Harap Waspada Hipoglikemia

27 April 2019 10:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana buka puasa bersama di Masjid Istiqlal. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebentar lagi umat Muslim akan menyambut bulan Ramadhan. Mereka semua mulai bersiap melakukan ibadah puasa di bulan itu. Dan meski berpuasa punya manfaat positif bagi tubuh, ada beberapa orang yang harus tetap waspada saat berpuasa.
ADVERTISEMENT
Adalah para penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) yang berencana berpuasa di bulan Ramadhan untuk tetap waspada. Ini karena adanya ancaman hipoglikemia, gangguan kesehatan akibat menurunnya kadar gula darah, saat bulan Ramadhan. Menurut studi Epidemiology of Diabetes and Ramadan (EPIDIAR), saat bulan Ramadhan risiko hipoglikemia pada pasien DMT2 meningkat hingga 7,5 kali.
“Selama Ramadhan, terjadi peningkatan insiden hipoglikemia yang signifikan pada pasien DMT2. Hal ini dikarenakan pasien mengalami kekurangan zat gula dari makanan yang dicerna dan diserap, sehingga kadar gula dalam tubuh menurun secara drastis,” papar Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD.
“Oleh karena itu, sebelum menjalani puasa, penting bagi pasien DMT2 melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi manajemen puasa yang tepat dan meminimalisir risiko hipoglikemia,” sambungnya di acara 'Waspada Hipoglikemia Saat Berpuasa', di Jakarta, Jumat (26/4).
ADVERTISEMENT
Ketut menjelaskan bahwa pasien DMT2 bisa menghindari hipoglikemia dengan melakukan pola diet seimbang, memperbanyak aktivitas fisik, rutin memantau kadar gula, dan melakukan perubahan pengobatan yang memicu pelepasan insulin secara berlebihan.
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. Foto: Thinkstock
Gejala hipoglikemia adalah jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, sulit mengontrol emosi, sulit konsentrasi, dan kebingungan. Pada kasus ekstremnya, ketika kadar gula darah kurang dari 50 mg/dl, pasien bisa kehilangan kesadaran, kejang-kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah, hingga kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.
Medical Affairs Director Merck Sharp and Dohme (MSD), Indonesia, dr. Suria Nataatmadja, menganjurkan agar pasien DMT2 mengonsumsi makanan yang dapat melepaskan energi secara lambat saat sahur dan berbuka puasa. Menurutnya, makanan jenis itu baik untuk mengendalikan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia.
ADVERTISEMENT
Makanan yang dimaksud Suria adalah biji-bijian, beras merah, produk susu rendah lemak, dan kacang-kacangan. Ia juga mengatakan bahwa sebaiknya penderita DMT2 menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dan meningkatkan asupan cairan di waktu tidak berpuasa. Tapi tetap saja yang terpenting bagi penderita DMT2 adalah mengunjungi dokter untuk mendapatkan rekomendasi terbaik saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.