Riset: Banyak Orang Tidak Sadar Diri Mereka Ternyata Menyebalkan

18 September 2018 10:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rekan kerja menyebalkan (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Rekan kerja menyebalkan (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
Sering merasa dibilang menyebalkan padahal kita bersikap biasa saja? Ternyata sains bisa menjelaskan hal tersebut. Menurut hasil sebuah riset terbaru, kita ternyata tidak mengetahui bahwa diri kita sedang bersikap menyebalkan.
ADVERTISEMENT
Dalam riset terbaru yang hasilnya telah dipublikasikan di PsyArXiv, ditemukan bahwa orang-orang relatif akurat dalam menilai apakah mereka bersikap malu-malu, suka bergaul, teliti, atau agak serampangan. Sayangnya, orang-orang ternyata tidak begitu baik dalam menyadari apakah mereka bersikap menyebalkan dengan berkata secara ketus atau kasar.
"Mungkin ada sebuah sikap bias yang mencegah orang untuk mengenali perilaku baik atau buruk mereka sendiri," ujar Jessie Sun, salah satu anggota riset ini, dikutip dari Live Science.
Sun kemudian menjelaskan bahwa kebanyakan riset sebelumnya hanya mempelajari seberapa tepatnya orang-orang mengenal sifat dan kepribadiannya sendiri. Adapun yang ia dan Simine Vazire, anggota riset, lakukan dalam riset ini adalah menyelidiki seberapa baik orang-orang memahami tindakan mereka dari satu momen ke momen lainnya.
ADVERTISEMENT
Jalannya riset
Dilaporkan bahwa riset ini dilakukan selama sembilan tahun. Dalam riset ini peneliti meminta ratusan mahasiswa untuk mengenakan perekam suara yang secara otomatis akan aktif selama 30 detik di setiap 9,5 menit sekali di antara pukul tujuh pagi hingga dua siang.
Para peserta kemudian diminta untuk mengisi survei empat kali sehari untuk mengingat bagaimana perilaku mereka pada jam-jam tersebut.
Dari data 400 lebih orang peserta, peneliti kemudian menggunakan data dari 248 peserta yang semuanya menggunakan perekam suara dan menjawab pertanyaan mengenai perilaku sehari-hari mereka selama dua minggu.
Sun menjelaskan bahwa diperlukan waktu lima tahun untuk mentranskrip semua rekaman suara dan mendapat pengamat dari luar untuk menilai perilaku para peserta riset.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi wanita yang naik kesal (Foto: SIphotography/Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita yang naik kesal (Foto: SIphotography/Thinkstock)
Hasilnya ditemukan bahwa penilaian peserta atas perilaku mereka sendiri, seperti tingkat mudah bergaul atau ekstraversi, ketelitian, atau seberapa bisa diandalkan atau bertanggung jawabnya mereka, ternyata sama dengan penilaian pengamat dari luar. Namun untuk soal keramahan, ternyata peserta dan pengamat memiliki pendapat berbeda.
"Pengamat bisa mendengar ketika peserta menjadi ramah atau kasar," kata Sun.
Sun berpendapat bahwa rendahnya tingkat sepakat mengenai perilaku menyebalkan antara peserta riset dengan pengamat terjadi karena orang biasanya akan berperilaku menutup diri atau menolak anggapan bahwa diri mereka menyebalkan.
Namun Sun menambahkan bahwa bisa terjadi kesalahan dalam penilaian. Ada beberapa peserta yang menganggap diri mereka kasar namun dianggap pengamat ramah dan sopan. Menurut Sun, hal ini dikarenakan peserta memiliki standar tinggi mengenai perilaku dalam pergaulan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Manfaat temuan
Temuan ini bisa berarti penting bagi peneliti psikologi yang sering bergantung pada survei laporan diri sendiri dalam risetnya.
Selain itu, Sun juga mengatakan bahwa akan sangat berguna jika orang-orang bisa mengetahui kesalahan diri sendiri dengan cepat dan meminta maaf. Hal itulah yang membuat pentingnya untuk memahami satu perilaku jangka pendek, bukan hanya semua kepribadian secara keseluruhan, kata Sun.
"Hal-hal tersebut lebih berguna dibanding mengetahui bahwa diri kita sendiri secara umum memang menyebalkan," imbuh dia.