Riset: Praktik Sunat Perempuan Menurun Drastis di Afrika

11 November 2018 19:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peralatan untuk menyunat. (Foto: Nur Syarifah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peralatan untuk menyunat. (Foto: Nur Syarifah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah riset menemukan adanya penurunan praktik sunat perempuan di Afrika selama 30 tahun terakhir. Di sisi lain, para peneliti juga menemukan adanya peningkatan yang terjadi di Asia Barat.
ADVERTISEMENT
Praktik sunat perempuan memang banyak ditemukan di Afrika dan juga baru-baru ini di Asia Barat. Dalam praktik sunat perempuan, biasanya klitoris si perempuan akan diangkat dan juga dilakukan penyempitan kanal vagina.
Praktik tersebut bisa menyebabkan infeksi dan juga meningkatkan masalah dalam persalinan, serta efeknya bisa mempengaruhi kenikmatan seksual pada perempuan.
IFL Science melaporkan bahwa sebuah riset di jurnal BMJ Global Health menganalisis tren praktik sunat perempuan di Afrika selama periode 1990-2017. Dalam riset ini, tim peneliti mempelajari data dari 29 negara dan 200 ribu anak di bawah usia 14 tahun.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh Profesor Ngianga-Bakwin Kandala dari Northumbria University di Inggris, mendapatkan datanya dengan mengkombinasikan survey masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Di Afrika timur, para peneliti menemukan perubahan signifikan, dengan jumlah sunat perempuan turun dari 71,4 persen di 1995 menjadi delapan persen saja pada 2016. Sementara tren penurunan sunat perempuan di Afrika Utara (57,7 persen ke 14,1 persen) dan Afrika Barat (73,6 persen ke 25,4 persen) jauh lebih rendah lagi.
Tren menurunnya praktik sunat perempuan ini dianggap positif oleh para peneliti.
Tradisi sunat wanita suku Pokot di Kenya. (Foto: Reuters/Siegfried Modola)
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi sunat wanita suku Pokot di Kenya. (Foto: Reuters/Siegfried Modola)
Temuan ini menunjukkan bahwa pencegahan atas praktik tersebut bisa efektif. Namun para peneliti menganggap ada 3 juta anak berada dalam risiko mengalami sunat perempuan tiap tahunnya.
Para peneliti mengkhawatirkan bahwa praktik sunat perempuan ini terjadi tanpa diketahui di daerah lain. Misalnya, praktik sunat perempuan yang mungkin dilakukan para imigran yang berasal dari daerah yang banyak ditemukan praktik tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu, ada juga daerah-daerah di Asia yang dilaporkan melakukan praktik sunat perempuan namun tanpa riset detail atas frekuensinya.
Praktik sunat perempuan diduga banyak dilakukan di Irak dan Yaman. Namun karena kurangnya survei dan riset, masih belum bisa dipastikan frekuensi dan bagaimana trennya. Para peneliti juga mengakui ada kelemahan dalam riset mereka, yang mengandalkan laporan dari diri sendiri.
"Jika tujuan dari kebijakan publik untuk memastikan bahwa praktik sunat perempuan ini tereliminasi, diperlukan usaha serta intervensi lebih lanjut," tulis para peneliti.