Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Riset: Sahabat Baik Punya Cara Berpikir yang Sama Denganmu
1 Februari 2018 8:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu merasa memiliki kesamaan pemikiran dengan sahabat dekatmu? Lalu, kamu bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu karena kamu tak punya ikatan darah apapun dengannya.
ADVERTISEMENT
Menurut riset, ternyata orang yang sudah bersahabat dekat menunjukkan adanya sinkronisasi pada cara berpikir mereka yang membuat keduanya memiliki cara berpikir yang sama dibandingkan dengan orang yang hanya teman biasa.
Para peneliti bahkan memperkirakan kalau kita memilih teman berdasarkan aktivitas otak.
Namun, peneliti belum bisa mengetahui penyebab dan efek dari sinkronisasi otak pada sepasang sahabat tersebut. Seperti diutarakan Carolyn Parkinson, ahli syaraf dari University of California, dilansir Newsweek.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications .
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang bisa menjadi sahabatmu, seperti umur, gender, kepribadian, bahkan genetik. Selain faktor tersebut, Parkinson menemukan aktivitas di otak juga merupakan faktor yang membuat seseorang jadi bersahabat.
Aktivitas yang terjadi pada bagian otak tertentu, yang diukur dengan menggunakan mesin MRI, memperlihatkan adanya persamaan pada sepasang sahabat.
ADVERTISEMENT
Beberapa bagian seperti misalnya pada parietal lobules, nucleus accumbens, dan amygdala, bagian otak yang berhubungan dengan emosi dan ekspresi wajah.
Aktivitas otak tersebut memperlihatkan kesamaan pada bagaimana teman memberikan respons emosional yang terlihat, kata Parkinson.
Sebuah potongan video komedi, dokumenter, debat, dan olahraga yang bisa membangkitkan respons emosional digunakan oleh psikolog Univeresity of Maryland, Elizabeth Redcay, untuk melihat bagaimana responsnya.
Sebanyak 280 peserta studi yang berpartisipasi memiliki teman baik. Hubungan pertemanan mereka ditelusuri dengan bentuk titik yang kemudian diberikan garis penghubung untuk menunjukkan hubungan pertemanan mereka. Namun, ada satu peserta yang tidak memiliki teman sama sekali.
Kalau menurut kalian hal ini menyedihkan, sebenarnya satu orang yang tidak memiliki teman ini sebenarnya mengenal peserta yang lain, tetapi ia tidak menganggap mereka sebagai teman dekat.
ADVERTISEMENT
Hasil yang didapat, seluruh peserta yang melakukan studi ini adalah mahasiswa dari program studi yang sama, dan ternyata, ketika dilakukan pemindaian pada otak mereka, hasilnya menunjukkan lebih banyak persamaan dalam aktivitas otak mereka.
Menarik bukan?