Seberapa Besar Risiko Penularan Penyakit Lewat Terapi Ikan?

18 September 2018 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Spa Ikan (Foto: Flickr/Graham Hills)
zoom-in-whitePerbesar
Spa Ikan (Foto: Flickr/Graham Hills)
ADVERTISEMENT
Pada Juli 2018 seorang wanita asal Inggris dilaporkan mengalami infeksi yang membuatnya kehilangan kuku kaki setelah melakukan fish spa atau terapi ikan.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini telah diulas dalam laporan medis yang dipublikasikan di JAMA Dermatology pada 3 Juli 2018. Dalam laporan kasus itu, dijelaskan bahwa wanita tersebut mengalami onychomadesis yang menyebabkan kuku-kukunya patah. Enam bulan sebelumnya, ia diketahui melakukan terapi ikan.
Sebelumnya, pada tahun 2011, media Inggris The Sun membuat lansiran bahwa melakukan terapi ikan dapat berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan infeksi akibat bakteri dari ikan garra rufa yang dipakai untuk terapi.
Bukan hanya itu, laporan ini juga mengatakan ada kemungkinan penularan virus melalui darah, termasuk virus HIV dan hepatitis. Menurut laporan itu, infeksi dapat ditularkan melalui ikan, akuarium penyimpanan ikan, tangki air, ataupun dari manusia ke manusia, misalnya melalui lantai tempat mereka kaki mereka berpijak.
ADVERTISEMENT
Benarkah terapi ikan sedemikian berbahaya?
Segera setelah keluarnya berita dari The Sun tersebut, Layanan Kesehatan Nasional Inggris atau National Health Service (NHS) mencoba untuk menjawab apakah terapi ikan memiliki risiko untuk menularkan virus, bakteri, dan penyakit lain kepada orang-orang yang menjalani terapi ini.
Spa ikan. (Foto: dok. Scripters)
zoom-in-whitePerbesar
Spa ikan. (Foto: dok. Scripters)
Virus dari darah
Virus dari darah, meliputi HIV dan hepatitis, sempat dikhawatirkan dapat menular, terutama melalui air, apabila seseorang yang menderita luka dan berdarah menjalani terapi ikan. Darah tersebut dapat mencemari air dan akhirnya menular ke penikmat terapi lainnya.
Health Protection Agency (HPA) mengatakan, kemungkinan terjadinya hal ini sangat kecil. Sebab, kalaupun ada darah yang masuk ke dalam air, darah tersebut akan hilang mengingat air yang digunakan untuk terapi ikan sangat banyak. Namun HPA juga mengatakan, sebaiknya para penyedia terapi ikan mengecek apakah pelanggan mereka memiliki luka terbuka sebelum dan sesudah dilakukannya terapi.
ADVERTISEMENT
Parasit
Ikan yang digunakan untuk terapi juga sempat dikhawatirkan membawa parasit seperti cacing. HPA menjelaskan, cacing tersebut tidak dapat masuk ke tubuh manusia saat dilakukan terapi. Parasit ikan hanya bisa masuk ke tubuh manusia saat dagingnya dimakan, terutama bila dimakan mentah atau dimasak kurang matang.
Ikan Garra Rufa (Foto: Dances via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Garra Rufa (Foto: Dances via Wikimedia Commons)
Bakteri
Berbeda dengan virus dan parasit, infeksi bakteri saat spa ikan memang mungkin terjadi. Hanya saja, infeksi ini hanya dapat terjadi bila seseorang memiliki luka terbuka pada kulitnya. Pada kasus di atas, kedua wanita tersebut mengalami kuku patah karena infeksi bakteri.
Jamur
Sama seperti bakteri, risiko tertular jamur dari kaki orang lain saat melakukan spa ikan pun bisa terjadi, terutama karena spa ikan dilakukan saat penikmatnya tidak menggunakan alas kaki.
Terapi ikan Garra rufa. (Foto: Karelj via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Terapi ikan Garra rufa. (Foto: Karelj via Wikimedia Commons)
Bagi kamu yang masih penasaran untuk melakukan terapi ikan, NHS menganjurkan sebaiknya kamu hanya melakukan terapi ini saat kakimu dalam keadaan sehat. Terapi ikan sebaiknya tidak dilakukan saat kamu baru mencukur kaki atau saat kakimu sedang terluka.
ADVERTISEMENT
Spa ikan juga disarankan untuk tidak dilakukan bagi orang yang memiliki penyakit kulit, jamur kulit, dan diabetes. Sebab, diabetes bisa membuat seseorang mudah mengalami infeksi dan mengalami luka yang sulit sembuh. Orang yang memiliki penyakit seperti HIV dan hepatitis pun tidak disarankan melakukan terapi ini.
Selain itu, untuk para pemilik atau penyedia terapi ikan, diimbau sebaiknya selalu memastikan kebersihan tangki penyimpanan air, ikan, dan tempat terapi. Pemilik juga hendaknya mengganti air secara teratur dan mengecek apakah klien mereka memiliki penyakit seperti yang disebutkan di atas atau memiliki luka terbuka.