Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Solusi untuk Kamp Pengungsi Rohingya yang Kerap Diserang Gajah Liar
10 Mei 2018 17:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Serentetan penyerangan oleh gajah liar terjadi di wilayah penampungan pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh. Setidaknya telah terjadi lebih dari 10 penyerangan oleh gajah liar sejak Oktober 2017.
ADVERTISEMENT
Pada Februari 2018, dikutip dari ABC, seorang anak berusia 12 tahun bernama Shamsu Uddin meninggal dunia karena diinjak gajah ketika ia tertidur saat menjaga sawah di kamp pengungsi Kutupalong, Cox’s Bazar. Serangan gajah tersebut juga melukai 30 orang dan menghancurkan 20 gubuk.
Tiga hari kemudian, seorang anak perempuan terluka parah karena gajah menyerang kamp pengungsi Nayapara di selatan Cox’s Bazar.
Untuk mencegah munculnya korban lebih banyak, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengadakan program untuk meningkatkan kewaspadaan para pengungsi terhadap serangan gajah dan membuat mereka lebih siaga.
Selain itu, IUCN juga membangun 56 menara jaga dan mengirim 30 relawan untuk memperingatkan warga apabila ada gajah yang masuk ke wilayah mereka.
ADVERTISEMENT
Sejak Januari, tim IUCN yang bekerja sama dengan badan pengungsi PBB (UNHCR) ini telah berhasil mencegah jatuhnya korban jiwa dalam enam kali serangan gajah di kamp pengungsi Kutupalong.
"Kami cukup terkejut mendengar laporan adanya serangan gajah di Nayapara," kata Caroline Gluck, juru bicara UNHCR di Cox's Bazar kepada The Guardian . “Kami ingin tim lebih siaga, karena ini adalah masa yang rawan serangan gajah.”
Pada musim hujan, diperkirakan akan terjadi badai dan longsor di sekitar wilayah pengungsian, sehingga UNHCR harus memperluas wilayah kamp pengungsi untuk menghindari wilayah yang rawan longsor. Hanya saja, memperluas wilayah pengungsian ini akan membawa para pengungsi lebih dekat ke habitat gajah.
Karena itu, Gluck mengatakan tim penanganan gajah juga harus ditambah untuk melindungi pengungsi, di samping terus digiatkannya program peningkatan kewaspadaan para pengungsi terhadap serangan gajah.
Mengajarkan para pengungsi untuk siaga ketika terjadi penyerangan oleh gajah bukan hanya berguna untuk melindungi para pengungsi, tapi juga untuk melindungi gajah.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara untuk menghadapi gajah adalah dengan tetap tenang dan tidak menyerang gajah. Sebab, menurut Raquibul Amin, perwakilan UNHCR di Bangladesh, gajah justru dapat merespons emosi dan perilaku manusia.
“Ketika manusia ketakutan, maka gajah pun akan ketakutan,” kata Amin. Dan bila manusia menyerang gajah, gajah pun bisa menyerang balik.
“Tim penanganan gajah (inilah yang kemudian berperan) membentuk perisai manusia dan mencoba mengusir gajah kembali dengan tenang ke hutan,” jelas Amin.
Bagaimanapun kondisinya, setiap kali ada gajah yang tersesat ke pemukiman manusia, manusia dilarang keras untuk menyerang gajah tersebut. Sebab, saat ini gajah Asia hanya tersisa 268 ekor dan terancam punah.
Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang baik untuk mengusir gajah-gajah tersebut tanpa perlu membunuh dan mengurangi populasi gajah.
ADVERTISEMENT