news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi: Burung dan Mamalia Mampu Bertahan Hidup saat Perubahan Iklim

1 Februari 2018 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gajah dan kerbau berkumpul di sumber air. (Foto: Dok: Patrick Kilonzo Mwalua)
zoom-in-whitePerbesar
Gajah dan kerbau berkumpul di sumber air. (Foto: Dok: Patrick Kilonzo Mwalua)
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan meyakini hewan yang mampu bertahan hidup ketika perubahan iklim terjadi adalah mamalia dan burung. Keyakinan tersebut berdasarkan analisis data beberapa spesies yang ditemukan selama 270 juta tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari University of British Columbia di Vancouver, Kanada, menganalisis bagaimana 11.465 spesies, yang ditemukan dalam 270 juta tahun terakhir, menghadapi perubahan iklim di Bumi.
Studi yang dipublikasi di Nature Ecology & Evolution ini menunjukkan hewan berdarah panas mampu bertahan hidup lebih baik daripada hewan berdarah dingin seperti reptil dan amfibi.
“Kami melihat mamalia dan burung mampu meregangkan dan memperluas habitat mereka, yang berarti mereka bisa beradaptasi di habitat baru,” kata Jonathan Rolland, peneliti University of British Columbia dan penulis studi ini. "Ini bisa memberikan dampak serius pada kepunahan dan seperti apa dunia kita nanti.”
Burung Kakatua (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Burung Kakatua (Foto: Pixabay)
Iklim di Bumi melalui beberapa perubahan dan mempengaruhi habitat hewan. Sebagai contoh, ketika wilayah tropis secara bertahap mendingin sekitar 40 juta tahun yang lalu, burung dan mamalia mampu beradaptasi dengan temperatur dingin itu dan mampu berpindah ke habitat lain di wilayah utara dan selatan.
ADVERTISEMENT
“Ini mungkin menjelaskan mengapa kita jarang melihat reptil atau amfibi di Antartika atau habitat beriklim sedang,” kata Rolland. “Mereka mungkin saja beradaptasi, namun akan butuh waktu yang lebih lama.”
Para ilmuwan menjelaskan bahwa hewan berdarah panas atau endoterm bisa mengatur suhu tubuh mereka, sehingga embrio mereka tetap hangat dan meningkatkan peluang bertahan hidup. Selain itu, mamalia dan burung bisa bermigrasi atau berhibernasi lebih mudah daripada hewan berdarah dingin atau ektoterm.
"Dengan merekonstruksi sejarah perubahan pada geografi dan iklim, kami melihat adanya pergeseran yang lebih cepat pada endoterm daripada ektoterm," tulis peneliti dalam studinya.
Mereka percaya bahwa mempelajari evolusi dan adaptasi spesies di masa lalu akan membantu mereka lebih memahami bagaimana perubahan iklim yang disebabkan manusia bakal mempengaruhi keanekaragaman hayati Bumi.
ADVERTISEMENT