Studi: Polusi Udara Bisa Picu Gangguan Kejiwaan pada Anak-anak

29 September 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak dan ibu gunakan masker untuk lindungi diri dari polusi udara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak dan ibu gunakan masker untuk lindungi diri dari polusi udara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membawa anak-anak ke taman adalah cara yang baik bagi Anda sebagai orang tua untuk menjalin ikatan dengan mereka sambil menikmati udara segar. Tetapi hal itu bisa berubah menjadi buruk ketika taman itu berada di daerah dengan kondisi udara yang tercemar.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi baru, yang hasilnya telah diterbitkan di jurnal Environmental Health Perspectives, menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat memicu gangguan kejiwaan pada anak-anak. Apa yang membuat temuan ini lebih mengkhawatirkan adalah bahwa paparan polusi udara dalam jangka pendek pun dapat berkontribusi terhadap kecemasan mereka dan meningkatkan risiko bunuh diri.
"Studi ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara tingkat polusi udara luar ruangan harian dan peningkatan gejala gangguan kejiwaan, seperti kecemasan dan bunuh diri, pada anak-anak," kata Cole Brokamp, peneliti dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center selaku penulis utama studi ini, dalam sebuah pernyataan yang dilansir Medical Daily.
Ilustrasi polusi udara Foto: Tarabiscuite/pixabay
Dalam studi ini, anak-anak terlihat mulai mengalami perubahan dalam kesehatan mental mereka pada satu atau dua hari setelah terpapar udara yang tercemar. Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang kurang beruntung, tentu sangat dipengaruhi oleh kualitas udara yang buruk.
ADVERTISEMENT
Brokamp mengatakan stresor lingkungan berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan risiko gangguan kejiwaan. Temuan ini didukung oleh dua penelitian terbaru lainnya yang mengeksplorasi efek polusi udara pada anak-anak.
Anak dan polusi udara Foto: Shutterstock
Sebuah studi di antaranya, yang hasilnya telah diterbitkan di jurnal Environmental Research, menunjukkan bahwa anak-anak mengalami kecemasan setelah terpapar polusi udara yang berkaitan dengan lalu lintas. Para peneliti menggunakan neuroimaging untuk menganalisis paparan udara, gangguan metabolisme di otak para partisipan, dan gejala kecemasan umum mereka.
Anak-anak yang terpapar udara yang tercemar memiliki konsentrasi myo-inositol yang tinggi di otak mereka. Hal ini adalah sebuah penanda dari respons neuroinflamasi terhadap polusi udara.
Studi lainnya, yang hasilnya telah diterbitkan di jurnal Environmental Research, juga memperluas pemahaman para peneliti. Hasil studi ini menunjukkan bahwa polusi udara terkait lalu lintas mulai mempengaruhi kesehatan mental anak-anak sejak dini dan berlanjut hingga masa kanak-kanak.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mengatakan para partisipan masih melaporkan depresi dan gejala kecemasan ketika mereka mencapai usia 12 tahun. Selain itu, studi sebelumnya juga menunjukkan efek polusi udara dapat berlanjut hingga dewasa.
"Secara kolektif, studi-studi ini berkontribusi pada bukti yang berkembang bahwa paparan polusi udara selama awal kehidupan dan masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya di masa remaja," kata Patrick Ryan, peneliti dari Cincinnati Children's yang turut menggarap studi ini.
Namun begitu, tim peneliti mengatakan penelitian lanjutan masih perlu diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan mereka ini. Selain itu, menurut mereka, penelitian lain juga perlu dilakukan untuk mencari tahu bagaimana polusi udara dapat berkontribusi langsung terhadap gangguan kejiwaan.
ADVERTISEMENT