Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Super Blue Blood Moon dan Fenomena Letusan Krakatau 1883
30 Januari 2018 11:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Tak lama lagi, Indonesia akan menyaksikan fenomena super blue blood moon pada 31 Januari 2018. Fenomena ini terbilang cukup langka, lantaran gerhana bulan total alias blood moon (Bulan merah darah) berbarengan dengan supermoon (Bulan super).
ADVERTISEMENT
"Peristiwa ini hanya terjadi 0,042 persen dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2.380 kali purnama (satu kali dalam 192 tahun)," tulis Observasi Bosscha dalam keterangan pers yang diterima kumparan (kumparan.com), Selasa (30/1).
Saat puncak gerhana blood moon, penampakan bulan akan tampak kemerahan. Namun, lain halnya dengan blue moon. Hasil riset Bosscha menunjukkan penampakan blue moon tidak melulu berwarna biru.
Bulan dapat berwarna kebiruan jika atmosfer bumi dipenuhi debu atau abu berukuran lebih dari 0,7 mikrometer --yang dapat menghamburkan warna merah. Tentunya, hal ini mengingatkan kita pada letusan Gunung Krakatau ratusan tahun silam.
Gunung yang terletak di perairan Selat Sunda itu, meletus dahsyat di tahun 1883. Tsunami dan embusan awan panas yang dipicu oleh letusan gunung, menewaskan ribuan penduduk Hindia Belanda. Bahkan, abu letusan Gunung Krakatau juga sampai di daratan eropa. Pascameletus, penampakan bulan menjadi kebiruan dalam kurun beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
Pada 31 Januari nanti, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi sekitar pukul 18.48 WIB. Di saat itu, bayangan hitam akan muncul di permukaan bulan.
"Sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, dan pada puncaknya bulan akan terlihat kemerahan (pukul 19.52 hingga 21.08 WIB)," tulis Bosscha.
Adapun, Bosscha menyebut, warna merah akibat cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sementara warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan.
"Sebenarnya warna bulan saat puncak gerhana tidak selalu sama. Bulan dapat berwarna merah-oranye, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap. Perbedaan warna ini bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi," tulis Bosscha.
ADVERTISEMENT
Pada pukul 23.08 WIB, fenomena ini akan berakhir. Bulan akan kembali purnama.