Tahun 2018, Burung di Indonesia Bertambah 99 Spesies

31 Mei 2018 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung Maleo terancam punah. (Foto: Antara/Basri Marzuki)
zoom-in-whitePerbesar
Burung Maleo terancam punah. (Foto: Antara/Basri Marzuki)
ADVERTISEMENT
Jumlah spesies burung yang dimiliki Indonesia bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang dimiliki Burung Indonesia, terdapat 99 spesien burung baru yang ditemukan sejak tahun 2016.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017 terdapat 1.769 jenis burung yang teridentifikasi, setelah sebelumnya tercatat 1.672 jenis. Di tahun ini jumlah burung yang teridentifikasi bertambah dua jenis lagi, salah satunya merupakan jenis endemis Indonesia. Oleh karenanya, jumlah jenis burung di Indonesia pada 2018 menjadi sebanyak 1.771 jenis burung.
Head of Communication & Institutional Development Burung Indonesia Ria Saryanthi meenyebut, salah satu penambahan jenis tersebut sebagai myzomela rote (Myzomela irianawidodoae). Seekor burung endemis di kawasan Nusa Tenggara Timur yang dideskripsikan oleh LIPI pada tahun 2017
"Burung ini termasuk dalam famili Meliphagidae yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 1999. Ini berarti menambah satu jenis burung yang dilindungi menjadi 436 dari sebelumnya 435 jenis," ucap Ria seperti dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Kamis (31/5).
ADVERTISEMENT
Dengan penambahan ini, jenis burung yang khas atau endemis dari Indonesia yang telah teridentifikasi bertambah menjadi 513 jenis. Selain myzomela rote, satu jenis burung baru yang telah teridentifikasi yaitu paok papua (Erythropitta macklotii).
Lepas liar burung Rangkong (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
zoom-in-whitePerbesar
Lepas liar burung Rangkong (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
Sementara itu, berdasarkan Daftar Merah Badan Konservasi Dunia (IUCN Red List), status burung terancam punah secara global yang tercatat di Indonesia mangalami sedikit perubahan. Terdapat tiga jenis burung yang status keterancamannya kini meningkat.
Ketiga jenis burung tersebut antara lain dara-laut alaska (Onychoprion aleuticus) yang sebelumnya berisiko rendah terhadap kepunahan (Least Concern/LC) menjadi rentan (Vulnerable/VU); myzomela bacan (Myzomela batjanensis) yang sebelumnya berstatus mendekati terancam punah (Near Threatened/NT) menjadi rentan; dan punggok sumba (Ninox sumbaensis) yang sebelumnya berstatus mendekati terancam punah, kini meningkat tajam menjadi genting (Endangered/EN).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Biodiversity Conservation Specialist Burung Indonesia Ferry Hasudungan menilai, berbagai temuan burung baru di Indonesia harus menjadi momen untuk meningkatan kepedulian manusia.
“Jika alam Indonesia yang merupakan habitat burung terus-menerus dirusak, maka bukan tidak mungkin banyak jenis burung akan punah bahkan sebelum ditemukan. Terlebih yang sekarang ada dan sudah ditemukan pun nantinya anak cucu kita mungkin tidak akan pernah sempat mengenalnya dan hanya bisa mengetahuinya dari literatur-literatur akademis,” kata Ferry.
Burung Merak (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Burung Merak (Foto: Wikipedia)
Dalam kajian yang diterbitkan jurnal Nature Climate Change pada 2014, diperkirakan bahwa pada 2012 hutan primer di Indonesia telah hilang sebanyak 840.000 hektar. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain yang bahkan melampaui Brazil yang kehilangan 460.000 hektar hutannya. Luas hutan amazon Brazil sendiri sekitar empat kali luas hutan-hutan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Keberadaan hutan sangat terkait dengan kehidupan dan keberlangsungan berbagai jenis burung. Karena hutan merupakan tempat burung bersarang, hidup, berlindung dan bereproduksi. Karenanya kerusakan hutan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup burung-burung yang ada.
Jasa lingkungan yang diberikan burung kepada manusia tidaklah sedikit. Burung-burunglah yang menjadi agen pengendalian berbagai jenis hama, melakukan penyerbukan berbagai tanaman, dan juga menyebarkan biji-bijian yang kemudian tumbuh menjadi tumbuh-tumbuhan di hutan dan alam liar. Oleh karena itu, terancamnya populasi burung dapat juga memperburuk kualitas hidup satwa-satwa lain dan keanekaragaman hayati pada umumnya.