Ternyata Aroma Sedap Bisa Bantu Orang Berhenti Merokok

21 April 2019 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menghirup. Foto: RestaurantAnticaRoma via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghirup. Foto: RestaurantAnticaRoma via Pixabay
ADVERTISEMENT
Ada kabar baik bagi perokok yang ingin meninggalkan kebiasaannya. Menurut hasil sebuah penelitian terbaru, aroma cokelat, pepermin, dan lemon bisa membantu para perokok melawan kecanduan nikotin.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan tim peneliti dari University of Pittsburgh dan Brown University di Amerika Serikat. Dalam riset ini tim peneliti mempelajari 232 perokok berusia antara 18 hingga 55 tahun.
Para peserta diminta untuk datang membawa rokok kesukaannya dan korek apinya sendiri. Tapi mereka diminta untuk tidak merokok selama delapan jam sebelum penelitian dimulai.
Saat penelitian dimulai, para responden diminta mencium 12 aroma yang berbeda. Ada aroma yang sedap, seperti jintan, pepermin, lemon, dan cokelat. Ada juga aroma bau tembakau dan aroma bahan kimia berbahaya. Selain itu, mereka juga diberi satu aroma tanpa bau yang menjadi aroma kontrol dalam riset.
Ilustrasi minuman cokelat. Foto: Shutter Stock
Aroma-aroma ini diberikan dalam urutan acak kepada peserta riset. Tapi tiap peserta mendapat aroma yang sedap alias harum di awal dan akhir sesi penciuman. Mereka melakukan dua kali sesi penciuman.
ADVERTISEMENT
Setelah dua sesi penciuman itu, para peserta diminta untuk menyalakan rokok, memegangnya seakan sedang menikmatinya, dan langsung mematikannya. Ini para peneliti lakukan untuk membuat rasa ingin merokok para peserta menjadi sangat tinggi.
Selanjutnya, para peserta kembali diberikan salah satu dari 12 aroma yang mereka cium pada sesi sebelumnya. Tidak ada batasan jenis aroma yang diberikan. Periset memberi waktu lima menit bagi para peserta untuk mencium aroma ini. Mereka juga diminta untuk menilai tingkat keinginan merokoknya dalam skala 0 sampai 100 setiap satu menitnya.
Satu hari setelahnya, para peneliti meminta para peserta melakukan hal yang sama. Mereka diberi aroma tembakau, aroma tanpa bau, atau aroma sedap, tapi tidak mendapat aroma yang mereka sukai dalam tes.
ADVERTISEMENT
Dari situ para peneliti menemukan bahwa peserta yang pada hari kedua mencium aroma sedap punya keinginan merokok yang lebih rendah. Sedangkan mereka yang mencium aroma tembakau atau aroma tanpa bau punya keinginan merokok yang lebih besar.
Ilustrasi menghirup. Foto: PublicDomainPictures via Pixabay
Temuan ini mengulang hasil studi awalan yang sudah dilakukan sebelumnya. Meski begitu riset ini masih memiliki batasan. Michael Sayette, psikolog di University of Pittsburgh sekaligus pemimpin riset, menilai penelitian ini tidak menunjukkan dengan jelas apakah keinginan untuk berhenti merokok juga mempengaruhi dampak aroma dalam membuat orang berhenti merokok.
“Tapi saya pikir data ini menunjukkan bahwa belum terlalu dini untuk mulai memikirkan bagaimana penciuman mungkin bisa membantu, baik tersendiri atau dengan kombinasi degan terapi yang sudah ada, untuk membantu orang berhenti merokok,” ujar Sayette, dilansir Popular Science.
ADVERTISEMENT
Penciuman adalah bagian penting bagi hidup manusia. Aroma dari suatu benda yang familiar, seperti lemon atau rokok, bisa memberi isyarat bagi tubuh. Isyarat ini masih berusaha untuk dipahami oleh para psikolog.
Dalam riset ini, para peneliti punya beberapa dugaan mengapa menghirup aroma sedap bisa mengurangi keinginan merokok. Mereka menduga bahwa aroma ini mengalihkan keinginan merokok atau memori aroma yang mereka hirup berinteraksi dengan memori merokok di otak.
"Saya pikir ada sesuatu hal istimewa tentang aroma," kata Timothy Baker, psikolog dari University of Wisconsin yang tidak terlibat dalam riset.
Ilustrasi tanda dilarang merokok Foto: Unsplash
Menurut Baker, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa aroma dapat menimbulkan emosi atau memicu motivasi yang kuat daripada indra lainnya. Ia mengatakan bahwa temuan ini sejalan dengan pemahaman bahwa sistem saraf penciuman punya hubungan kuat dengan bagian otak yang mengontrol motivasi dan emosi.
ADVERTISEMENT
Baker menambahkan, belum diketahui alasan pasti kenapa aroma bisa menimbulkan emosi atau memicu motivasi yang kuat. Ia menduga bahwa cara aroma mempengaruhi kita, berbeda dengan hal lainnya.
Menurutnya, riset ini belum memberikan bukti nyata hubungan antara aroma dengan pengurangan jumlah rokok seseorang. Tapi Baker mengatakan tidak ada salahnya mencoba metode ini untuk berhenti merokok.
“Tapi perokok sebaiknya tidak menggunakan strategi ini untuk menggantikan pengobatan yang kita ketahui bekerja dengan baik,” imbuh dia