Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
TKI Lupa Bahasa Indonesia setelah Lama di Yordania, Apa Penyebabnya?
19 April 2018 18:44 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan asal Indramayu bernama Dastin binti Tasja dinyatakan hilang selama 13 tahun. Ketika ditemukan, ia ternyata telah bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Amman, Yordania. Setelah sekian lama berada di Yordania, Dastin tidak bisa lagi berbahasa Indonesia dan hanya bisa berbahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Kisah yang hampir sama dialami oleh Nurfaiyzah binti Casma Ali yang sempat dinyatakan hilang setelah 18 tahun bekerja di Arab Saudi. Ia pun sudah tidak bisa berbahasa Indonesia ketika ditemui oleh pihak KJRI Jeddah.
Benarkah sekian lama tidak menggunakan bahasa Indonesia dapat membuat seseorang lupa?
Dr Monika Schmid, seorang profesor linguistik dari University of Essex, Inggris, mengatakan yang paling mungkin dialami seseorang yang tidak bisa lagi berbicara bahasa aslinya bukanlah karena mereka benar-benar sudah kehilangan kemampuan untuk berbicara bahasa aslinya, melainkan karena mereka "lupa." Peristiwa ini disebut sebagai atrisi bahasa .
Orang-orang yang mengalami atrisi bahasa bukan berarti mereka tidak bisa lagi menggunakan bahasa ibunya, melainkan mereka kesulitan untuk mengingat kosakata atau tata bahasa dalam bahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Dr Aneta Pavlenko, dosen Bahasa Rusia dari Temple University di Amerika Serikat, mengatakan bahwa mengingat bahas ibu akan lebih sulit ketika seseorang lebih sering terpapar dengan bahasa lain karena sedikitnya kesempatan untuk menggunakan bahasa ibu.
Pavlenko sendiri mengakui, meskipun ia dosen bahasa Rusia di AS, ia sempat kesulitan ketika harus berbicara bahasa Rusia di kantor pos ketika ia berada di Ukraina.
Melupakan bahasa ibu, menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2007, merupakan salah satu strategi adaptasi. Dengan melupakan bahasa yang sudah lama dikenal, maka manusia akan menjadi lebih mudah untuk mempelajari bahasa yang baru.
Penelitian ini dilakukan pada orang-orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibunya, namun sedang mempelajari bahasa Spanyol saat kuliah, setidaknya selama satu tahun. Mereka diminta untuk menyebutkan nama-nama benda dalam bahasa Spanyol beberapa kali. Semakin sering mereka diminta untuk menggunakan bahasa Spanyol, mereka malah menjadi kesulitan untuk mengingat nama benda tersebut dalam bahasa Inggris.
Selain itu, menurut Noam Chomsky, seorang ahli bahasa terkenal dari Amerika Serikat, meskipun seseorang lupa pada bahasa ibunya, mereka akan tetap bisa mempelajari bahasa ibunya lagi, dan dalam waktu yang relatif cepat.
ADVERTISEMENT
"Pasti masih ada sisa ingatan bahasa mereka... hal tersebut tidak bisa dihapus dari otak,” kata Chomsky dilansir Psychology Today .