Vaksin Malaria Pertama di Dunia Akhirnya Dirilis

25 April 2019 12:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nyamuk Anopheles penyebar malaria. Foto: Jim Gathany/CDC via Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Nyamuk Anopheles penyebar malaria. Foto: Jim Gathany/CDC via Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Vaksin malaria pertama di dunia akhirnya dirilis pada 23 April kemarin. Malawi jadi negara pertama yang merasakan program vaksin malaria ini. Dalam beberapa minggu ke depan, Kenya dan Ghana juga akan menjalankan program vaksin ini.
ADVERTISEMENT
Harapannya, program vaksin malaria ini bisa menyelamatkan ribuan anak yang berada dalam risiko terkena penyakit malaria.
Vaksin in bernama RTS,S. Dia adalah vaksin pertama yang dengan signifikan menunjukkan penurunan risiko malaria pada anak-anak. Dalam uji klinisnya, vaksin ini terbukti dengan efektif mencegah 40 persen kasus malaria, 30 persen kasus malaria parah, dan 60 persen kasus malaria anemia yang jadi penyebab umum kematian anak akibat malaria.
Melihat tingkat kesuksesan pencegahannya, memang RTS,S jauh lebih di bawah vaksin jenis penyakit lainnya. Tapi RTS,S bisa memberi perbedaan yang signifikan untuk melawan malaria.
Nyamuk Anopheles penyebar malaria. Foto: James Gathany, USCDC via Pixnio
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendeskripsikan vaksin ini sebagai "alat kontrol malaria komplementer". Artinya vaksin akan digunakan berbarengan dengan metode pencegahan lain demi mengurangi risiko malaria secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
"Kita telah melihat keuntungan luar biasa dari penggunaan kelambu dan alat kontrol malaria lain dalam 15 tahun terakhir. Tapi proses kemajuannya telah terhambat dan di beberapa daerah malah mundur. Kita memerlukan solusi baru untuk menjaga agar malaria tetap bisa kita kontrol, dan vaksin ini memberikan kita harapan untuk itu," ujar WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Vaksin malaria ini memiliki potensi untuk menyelamatkan nyawa puluhan ribu anak-anak," sambungnya, dilansir IFLScience.
Menurut data WHO, sebagian besar korban kematian akibat malaria adalah anak-anak. Setiap tahunnya ada sekitar 450 ribu orang meninggal akibat penyakit itu. Di antaranya ada 266 ribu korban anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Ilustrasi anak-anak Afrika. Foto: Shutter stock
Vaksin baru ini akan diberikan kepada anak-anak di bawah usia dua tahun. Pemberian vaksin dilakukan dalam empat dosis berbeda. Satu kali setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut dan dosis keempat diberikan 18 bulan setelah pemberian vaksin terakhir.
ADVERTISEMENT
WHO akan menilai serapan vaksin ini dan mempelajari apakah para orang tua membawa anak-anak mereka untuk mendapatkan dosis di waktu yang tepat. Vaksin ini sendiri telah terbukti aman dan efektif di uji klinis. Sekarang keamanannya akan dinilai dalam konteks penggunaan rutin.
Program ini punya tujuan untuk memvaksin 360 ribu anak di tiga negara, yaitu Malawi, Kenya, dan Ghana. Target utamanya adalah mereka yang ada di daerah yang risiko malarianya sedang hingga tinggi. Program vaksin ini merupakan usaha kolaborasi dari WHO, kementerian dari tiga negara tersebut, NGO PATH, dan GSK.
Ilustrasi anak-anak Afrika. Foto: Shutter stock
Malaria sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria, yaitu Plasmodium falciparum. Parasit bisa menyebar melalui nyamuk Anopheles. Nyamuk-nyamuk ini biasanya ditemukan di daerah-daerah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara, Asia Selatan, serta Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
ADVERTISEMENT
Afrika adalah wilayah yang terkena dampak paling parah. 90 persen kasus malaria di negara-negara Afrika berakhir dengan kematian. Kehadiran vaksin ini diharapkan bisa mengurangi jumlah kematian akibat malaria tersebut.
Penyebaran penyakit malaria. Foto: S. Jähnichen/Wikimedia Commons
"Kita mengetahui kemampuan vaksin untuk mencegah penyakit mematikan menyebar dan menjangkiti anak-anak, termasuk mereka yang mungkin tidak memiliki akses langsung ke dokter, suster, dan fasilitas kesehatan yang diperlukan untuk menyelamatkan mereka ketika terkena penyakit parah," kata Matshidiso Moeti, WHO Regional Director Africa.
"Ini adalah hari yang harus dirayakan karena kita mulai mempelajari lebih lanjut mengenai apa yang metode ini bisa lakukan untuk mengubah kemajuan malaria melalui vaksinasi anak-anak," imbuhnya.