49 Juta Poundsterling yang Mengubah Raheem Sterling

28 November 2017 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Raheem Sterling merayakan golnya. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu momen yang jelas takkan Raheem Sterling lupa kala masih berseragam Liverpool adalah kala The Reds diluluhlantakkan Stoke City di Britannia Stadium. Dalam laga yang berakhir kemenangan 6-1 bagi Stoke City itu, Sterling tak bermain.
ADVERTISEMENT
Menariknya, meski Sterling tak bermain, dirinya tetap dicemooh oleh para fans Liverpool, baik itu lewat umpatan maupun tanda jari. Melihat hal demikian, Sterling cuma tertawa.
Brendan Rodgers, yang ajaibnya tetap menjadi manajer Liverpool musim berikutnya setelah performa hancur-hancuran itu, kemudian menjelaskan alasan mengapa Sterling tak dimainkan. “Raheem, aku rasa, sedang melewati banyak hal di beberapa minggu ini,” ujar Rodgers kala itu. “Aku merasa ada pemain yang memiliki mentalitas lebih baik di posisi tersebut. Semudah itu.”
Pemain yang dimaksud Rodgers adalah Adam Lallana. Dan soal mentalitas Sterling ini, Rodgers benar. Sejak 2014 berganti tahun menjadi 2015, Sterling tak lagi fokus dengan permainannya di Liverpool. Aidy Ward, sang agen, kemudian menyarankan Sterling untuk menolak kenaikan gaji hingga tiga kali lipat--dari 35 ribu poundsterling, menjadi 100 ribu poundsterling per pekan--yang ditawarkan "Si Merah".
ADVERTISEMENT
Sterling kemudian menuruti permintaan agennya itu dan setelahnya, pemain yang kini berusia 22 tahun itu pun masuk ke pantauan radar Manuel Pellegrini, manajer Manchester City kala itu.
Dengan adanya penolakan ini, kebencian fans Liverpool kepada Sterling makin menjadi. Mereka sakit hati karena menurut mereka, Sterling punya utang budi kepada Liverpool. Jika tidak dibeli Rafa Benitez pada 2010 silam, pemain keturunan Jamaika itu bakal cuma berkubang di Queens Park Rangers.
Sterling, oleh mereka, pun disebut si gila harta. Hal ini pun semakin terbukti setelah akhirnya, Sterling pindah ke City. Di Manchester, dirinya digaji 200 ribu per pekan.
Ya, kesan yang muncul memang seperti itu, tetapi sebenarnya, Sterling punya alasan lain. Uang, baginya, cuma bonus kesekian saja.
ADVERTISEMENT
Liverpool saat itu memang tidak ambisius. Boro-boro bicara soal trofi, semua kompetisi yang merela lakoni berakhir kacau balau. Musim 2014/2015, Liverpool terpental ke Liga Europa. Di Premier League, mereka tak bisa lagi mereplikasi performa trengginas mereka di musim 2013/2014. Dan semua beban itu dibawa di pundak Sterling seorang diri.
Sementara, situasi di City lebih stabil. Di lini depan masih ada Aguero yang disokong David Silva. Di tengah ada Yaya Toure, dan di belakang ada Vincent Kompany. Secara kualitas tim saja, City jauh lebih baik kala itu jika dibandingkan Liverpool yang telah kehilangan Daniel Agger dan Luis Suarez, serta hanya menyisakan Steven Gerrard sebagai pemain berkelas.
Sterling saat masih berkostum Liverpool. (Foto: AFP/Paul Ellis)
zoom-in-whitePerbesar
Sterling saat masih berkostum Liverpool. (Foto: AFP/Paul Ellis)
“Dari momen pertama aku mendengar City tertarik padaku, itu murni karena arah tim ini cocok denganku,” jelas Sterling, sebagaimana dilansir Liverpool Echo. “Untukku, untuk meningkatkan permainanku, aku perlu bermain dengan yang terbaik dan itulah mengapa aku ke sini."
ADVERTISEMENT
Lalu pindahlah Sterling ke City pada musim 2015/2016 dengan harga (yang dianggap) kelewat mahal pada saat itu: 49 juta poundsterling. Fans Liverpool kegirangan, sementara fans City mengutuk mahar sebesar itu. Masalahnya, di tangan Manuel Pellegrini, Sterling gagal mereplikasi performanya di musim perdana bersama Liverpool.
Musim pertama di City, ia hanya mencetak enam gol dan dua assist dari 31 penampilannya. Itu pun, tiga golnya dicetak dalam satu laga kontra Bournemouth. Jamie Redknapp, yang saat itu masih jadi analis Sky Sports, menyebut Sterling sebagai sebuah sumber kekecewaan yang luar biasa. Sementara eks-Liverpool, Didi Hamann, menyebut perkembangan Sterling justru mandek setelah pindah ke City.
Setelah itu, jejak Sterling makin memburuk. Ia dipanggil Roy Hodgson untuk memperkuat Inggris di Euro 2016. Ia hanya bermain satu babak kala Inggris menghadapi Wales dan tak dimainkan di laga kontra Slovakia, sebelum pada akhirnya kembali diturunkan kala Inggris dipermalukan oleh Islandia.
ADVERTISEMENT
Lalu, Pellegrini ditendang dan digantikan oleh Pep Guardiola. Manajer asal Spanyol ini tahu betul bagaimana potensi Sterling dan dia pun berniat untuk membantu anak didiknya itu.
Sterling bersama Guardiola. (Foto: Reuters/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Sterling bersama Guardiola. (Foto: Reuters/Phil Noble)
Di musim pertama bersama Pep, ia bermain lebih baik dari sebelumnya. Mungkin secara statistik tak begitu terlihat. Namun, kalau Anda menyaksikan aksi Sterling pada musim itu, Anda akan melihat bahwa ada perkembangan dalam diri Sterling. Ia tampak percaya diri, dan tentu saja, lebih mengancam di depan gawang.
Selain soal bahwa ia betul-betul dibimbing oleh Pep, alasan lain di balik perubahan Sterling adalah Leroy Sane. Pemain yang didatangkan pada Agustus tahun lalu itu langsung menjadi sobat Sterling. Mereka mendengarkan musik yang sama--mereka berdua sama-sama suka Drake--dan tentu saja, mereka berdua saling memberikan saran bagaimana menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Dan musim ini, Sterling makin menjadi-jadi. Ia kini telah menorehkan 12 gol, lebih baik dari Sergio Aguero (11), Gabriel Jesus (10), dan sahabatnya, Leroy Sane (8). Dan tak hanya kemampuannya mencetak gol yang meningkat, mentalitasnya juga.
Musim lalu, ia memiliki reputasi untuk mencetak gol pelengkap. Sekarang, ia punya reputasi sebagai pengubah keadaan. Buktinya, Sterling adalah pencetak gol penyama kedudukan di menit 82 kontra Everton, gol kemenangan di menit 96 kontra Bournemouth, gol penentu kemenangan di menit 88 pada laga kontra Feyenoord, dan gol penentu kemenangan kontra Huddersfield.
Sehingga pada akhirnya kita tahu, bahwa inginnya Sterling pindah ke City bukan karena uang. Semua tampak jelas. 49 juta poundsterling itu rupanya memang telah mengubah karier Raheem Sterling. “Dulu ia (cuma ikut) memenangi pertandingan. Sekarang, ia adalah penentu kemenangan,” puji Pep.
ADVERTISEMENT