Ahsan/Hendra dan Tommy: Saling Dukung karena Sama-sama Tanpa Pelatih

9 Maret 2019 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kanan) dan Mohammad Ahsan berusaha mengembalikan kok kearah ganda putra Jerman Mark Lamsfuss dan Marvin Seidel pada babak perempat final All England 2019 di Arena Brimingham, Inggris, Jumat (8/3). Foto: ANTARA FOTO/Widya Amelia - Humas PP PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan (kanan) dan Mohammad Ahsan berusaha mengembalikan kok kearah ganda putra Jerman Mark Lamsfuss dan Marvin Seidel pada babak perempat final All England 2019 di Arena Brimingham, Inggris, Jumat (8/3). Foto: ANTARA FOTO/Widya Amelia - Humas PP PBSI
ADVERTISEMENT
Ada banyak pengalaman yang ditemui kumparanSPORT selama meliput All England 2019. Kendati tak seluruhnya menyenangkan, satu-dua hal betul-betul menggelitik kami.
ADVERTISEMENT
Lho, memangnya ada yang tidak menyenangkan? Well, kalau mau jujur, tersingkirnya Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo masuk kategori tersebut. Bagaimana tidak, Marcus/Kevin adalah juara ganda putra All England dalam dua edisi sebelum ini. Sudah begitu, mereka belum pernah tersingkir di babak pertama dalam 24 turnamen beruntun.
Namun, ekspektasi untuk melihat Marcus/Kevin sekali lagi berdiri di podium tertinggi urung jadi kenyataan. Narasi di atas lapangan dirobek begitu saja oleh nasib. Akibat minimnya persiapan --demikian argumen yang diutarakan oleh Marcus/Kevin sendiri--, mereka masuk kotak pada babak pertama setelah kalah 19-21, 22-20, dan 17-21 dari Liu Cheng/Zhang Nan (China).
Begitu Marcus/Kevin tersingkir, mata jurnalis asing langsung tertuju kepada kami, para wartawan asal Indonesia. Barangkali mereka menanti reaksi kami setelah melihat jagoan negara sendiri angkat kaki lebih awal. Namun, percayalah, Indonesia bukan Marcus/Kevin saja.
ADVERTISEMENT
Selepas tersingkirnya 'Minions' --demikian Marcus/Kevin biasa dijuluki--, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjaga asa juara dari sektor ganda putra. Tak ketinggalan pula Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di ganda campuran. Ketiganya sukses meraih tiket babak semifinal.
Aksi Tommy Sugiarto Indonesia saat pertandingan perempat final All England 2019 melawan Ka Long Angus Ng dari Hong Kong di Arena Birmingham, Birmingham, Jumat, (8/3). Foto: REUTERS/Andrew Boyers
Di luar itu, kami juga mendapatkan cerita-cerita menarik lainnya. Misal: Sekjen PBSI, Achmad Budiharto, bicara opininya soal tersingkirnya Marcus/Kevin; Susy Susanti curhat soal kesan-kesan selama mengurusi atlet-atlet dalam beragam turnamen internasional; lalu, kami juga menyaksikan sendiri bagaimana pemain-pemain yang sudah tersingkir tetap berlatih meskipun mereka sudah tidak punya agenda lagi.
Untuk cerita-cerita itu, kami akan menceritakannya pada kesempatan lain. Sekarang, kami akan bercerita soal ketiga nama ini: Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, dan Tommy Sugiarto.
ADVERTISEMENT
Jika Anda cukup lama mengikuti perkembangan bulu tangkis tanah air, tentu paham bahwa ketiganya kini sudah tidak lagi berstatus pemain pelatnas PBSI. Mereka bertanding dengan status pemain profesional --dengan beking sponsor. Tommy sudah menjadi pemain pro sejak 2015, sementara Ahsan/Hendra baru meninggalkan PBSI pada awal tahun ini.
Lalu, fragmen kecil itu menyembul begitu saja di tengah keriuhan Birmingham Arena. Ada empat lapangan yang digunakan untuk bertanding di gelanggang itu, salah satunya menjadi panggung pertandingan Tommy melawan Huang Yuxiang (China).
Karena bermain sebagai pemain independen, Tommy sudah sering bermain tanpa didampingi pelatih. Ia betul-betul sendirian di lapangan. Tidak ada teman untuk berbagi atau orang yang memberikannya masukan terkait strategi.
Kesendirian Tommy adalah fragmen soliter yang kemudian ditawar dengan solider (kebersamaan) oleh Ahsan/Hendra. Ya, sebagai sesama atlet yang datang tanpa pelatih, Ahsan/Hendra tiba-tiba jadi "pelatih" dadakan buat Tommy di pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
kumparanSPORT mengabadikan adegan antara ketiganya dalam sekali jepret. Ketika itu, Ahsan, yang sudah mengenakan jaket karena sudah selesai bertanding, memberikan masukan kepada Tommy bagaimana sebaiknya menghadapi Huang. Sementara, Hendra sesekali menimpali.
Ganda kawakan Indonesia, Ahsan/Hendra, mendampingi Tommy Sugiarto di babak kedua All England 2019, Kamis (7/3). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Tommy tidak sendirian hari itu. Dan dia pun melaju ke perempat final hari itu --sama seperti halnya Ahsan/Hendra.
"Ahsan/Hendra inisiatif sendiri, menawarkan kepada saya. Saya di lapangan jadi merasa ada yang menemani dan mengingatkan. Arahan teknis ada, instruksi juga," kata Tommy.
Sebagai pemain yang pernah bermain sebagai tunggal putra, Ahsan/Hendra juga paham seluk-beluk permainan single. Maka, Tommy dengan tangan terbuka menerima nasihat mereka.
Pada babak perempat final, Ahsan tak lagi menemani Tommy. Cuma Hendra yang hadir --sementara Ahsan tengah mengikuti prosedur pascapertandingan. Namun, kali itu, Hendra hadir dengan didampingi Nova Widianto, asisten pelatih ganda campuran PBSI.
ADVERTISEMENT
Nova diminta mendampingi Tommy oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, yang sudah menawarkan bantuan pendampingan pelatih kepada Tommy. Sementara, Tommy sendiri tidak memintanya.
Atas inisiatif itu, Tommy pun mengucapkan terima kasih. "Saya berterima kasih kepada PBSI yang sudah menawarkan. Meskipun sebagai pemain independen, saya tahu, memang terbiasa dengan situasi seperti ini (tanpa pelatih). Tadi Cik Susy (Susanti) yang menawarkan, apakah mau didampingi pelatih," ucap Tommy.
Tommy, pada akhirnya, memang urung melaju ke semifinal. Ia kandas setelah takluk 21-16, 14-21, dan 15-21 dari Angus Ng Ka Long (Hong Kong). Namun, framen penuh solidaritas itu akan jadi secuil keabadian.
=====
Click logo sponsor di bawah ini untuk harumkan Indonesia!
ADVERTISEMENT