Antiguoko, Tempat Berguru Xabi Alonso

14 Maret 2017 2:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Xabi Alonso (kiri bawah) di Antiguoko. (Foto: Antiguoko KE)
14 tahun silam, Real Sociedad membuat kejutan besar di La Liga Spanyol. Jika tak terpeleset di pekan-pekan penghabisan, mereka bisa saja menyegel gelar juara ketiga mereka. Namun, nasib tidak mengizinkan mereka untuk mengalahkan para galactico Real Madrid kala itu.
ADVERTISEMENT
Kata orang, sejarah tidak mencatat siapa yang menjadi juara kedua. Kata Jose Mourinho, menjadi juara kedua sama saja menjadi pecundang pertama. Namun, tidak demikian bagi tim Real Sociedad yang itu.
Mereka memang urung mendapat gelar, tetapi raihan mereka tetap dikenang oleh para pencinta La Liga hingga kini. Salah satu alasannya adalah keberadaan Xabi Alonso muda di tim asuhan Raynald Denoueix itu.
Ketika itu, usia Alonso baru 22 tahun. Bersama Mikel Aranburu, dia menggalang lini tengah Txuriurdin yang juga dihuni Valeriy Karpin dan Javier De Pedro. Alonso sendiri merupakan alumnus akademi klub yang bermarkas di Anoeta itu.
Akan tetapi, bukan di akademi Sociedad dia menuntut ilmu untuk pertama kalinya. Sebelumnya, Xabi Alonso sudah pernah mengenyam pendidikan sepak bola di sebuah klub amatir bernama Antiguoko Kirol Elkartea. Di klub ini pula Xabi Alonso mengenal sang karib, Mikel Arteta.
ADVERTISEMENT
Sama-sama berposisi sebagai gelandang tengah, Arteta memang bermain sebagai gelandang yang lebih ofensif dibanding Alonso. Ketika muda dulu, Arteta memang cukup punya kecepatan. Tak heran jika saat bermain di Rangers dulu, Arteta beberapa kali dimainkan sebagai gelandang sayap kiri. Sementara itu, Alonso sejak dulu, ya, bermain di situ-situ saja.
Berasal dari keluarga sepak bola di mana sang ayah, Periko, dan sang kakak, Mikel, juga merupakan pemain profesional, Xabi Alonso kecil sudah tahu bahwa jalan hidupnya bakal ada di sepak bola. Arteta, sementara itu, mencintai sepak bola lantaran ditempa oleh jalanan.
Alonso dan Arteta sudah sering bermain bersama di dekat rumah mereka di Calle Matia, San Sebastian. Namun, baru di Antiguoko mereka benar-benar bertemu sebagai calon pesepak bola.
ADVERTISEMENT
Klub Antiguoko ini sendiri didirikan pada tahun 1982 dan Javier De Pedro menjadi salah satu alumni pertama mereka. Mantan winger kiri kelahiran 1973 itu mentas dari sana pada tahun 1992, dua tahun sebelum Alonso dan Arteta mulai menuntut ilmu. De Pedro sendiri kemudian sempat merasakan megahnya Piala Dunia pada tahun 2002 silam.
Meski secara resmi merupakan klub penyuplai untuk akademi Real Sociedad, Antiguoko juga menyuplai pemain untuk tim Basque lainnya, Athletic Bilbao. Aritz Aduriz, penyerang andalan mereka saat ini, adalah alumnus Antiguoko. Kemudian, ada pula nama Andoni Iraola yang sempat mengapteni Bilbao selama beberapa tahun.
Nah, walaupun sudah sering menyuplai bakat-bakat hebat, Antiguoko sampai sekarang belum memiliki stadion sendiri. Namun, menurut kesaksian seorang penulis sepak bola asal Inggris, Phil Ball, Antiguoko sudah bisa membeli bus yang kemungkinan besar dibeli dari uang kompensasi Xabi Alonso.
ADVERTISEMENT
Ketika Alonso pindah ke Real Madrid, Antiguoko mendapat kompensasi pendidikan sampai 600 ribu euro. Pun demikian ketika dia dibeli Liverpool dari Real Sociedad.
Apa yang terjadi di Antiguoko ini menunjukkan bahwa pendidikan usia dini sebenarnya bisa saja menguntungkan (secara finansial). Di negara seperti Spanyol, nyatanya sebuah klub amatir junior bisa bertahan sampai hampir empat dekade. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Masih yakin kalau pembinaan usia dini itu tidak menguntungkan?