Bambang Hartono: Ingin Jadi Sosok Jujur dan Berhasil? Mainlah Bridge

30 Agustus 2018 12:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michael Bambang Hartono, Atlet Cabor Bridge Indonesia di Asian Games 2018  (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Michael Bambang Hartono, Atlet Cabor Bridge Indonesia di Asian Games 2018 (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kejujuran adalah sesuatu yang mahal. Namun, lewat bridge, hal itu bisa dipelajari dan dilatih. Michael Bambang Hartono yakin akan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Bridge, bagi sebagian orang yang belum mengenalnya, mungkin adalah olahraga yang asing. Meski menggunakan kartu remi dalam permainannya--total 53 kartu yang dipakai di bridge ini, minus joker jadi 52--, tak banyak orang paham dan mau memainkan olahraga bridge. Bridge malah dianggap sebagai judi.
Tapi, Bambang Hartono melawan anggapan tersebut. Bambang dan bridge memang sudah seperti sejoli yang menjalin simbiosis mutualisme. Lewat bridge, Bambang belajar banyak hal mengenai kehidupan. Berbagai prestasi level dunia juga ia torehkan. Lewat dia, bridge juga menjadi cabang olahraga yang lebih dikenal masyarakat. Mereka saling melengkapi, setidaknya sampai Bambang kini berusia 79 tahun.
Melihat ikatan yang begitu erat di atas, bisa dibilang bahwa bridge adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan Bambang. Oleh karena itu, ketika kumparan mengunjungi Bambang di kantornya di daerah Slipi, Palmerah, Jakarta Barat, dia dengan senang menceritakan bagaimana awalnya dia mengenal bridge, serta bagaimana bridge menjadikannya sosok yang jujur dan menjunjung tinggi nilai sportivitas.
ADVERTISEMENT
====
Selamat untuk Asian Games kemarin, dan selamat juga atas medali yang sudah diraih di cabor bridge. Bagaimana, sih, pak, perkenalannya dengan bridge?
Oh, jadi gini. Waktu itu, setelah pulang sekolah, setelah makan siang, saya melihat paman-paman saya main bridge. Kami memerhatikan, dan itu tiap hari. Waktu itu 'kan masih zaman Jepang, jadi paman-paman-paman itu boleh dikatakan tidak ada pekerjaan. Jadi, saya perhatikan, dan menarik sekali karena ada banyak tantangan. Saya suka satu olahraga yang banyak tantangannya.
Suatu hari, salah satu paman berhalangan hadir, jadi saya disuruh menggantikan. Dari situlah saya mulai tertarik main bridge. Jadi, saya belajar dan dilatih main bridge dari paman-paman saya.
Biasanya anak usia 6 tahun 'kan permainan sederhana, enggak yang serumit bridge. Nah, waktu itu apa yang menarik bapak untuk main bridge?
ADVERTISEMENT
Jadi, tantangannya itu, lho. Bridge itu ada tantangannya. Kedua, bridge itu tidak bisa sendiri. Ini satu permainan yang melibatkan tim. Terus, yang diajarkan, terutama dari paman, adalah bridge itu olahraga gentleman. Gentleman game berarti kita harus menjunjung sportsmanship. Menjunjung kejujuran. Nah, ini diajarkan oleh paman. Itu adalah inti daripada permainan bridge. Harus jujur, harus sportif, kemudian ada decision making process. Itu yang menyebabkan saya tertarik.
Dengan bidding kita memberikan informasi, lalu informasi tersebut kita olah, kita analisis, kita simpulkan, dan diputuskan strategi apa yang harus diambil. Untuk menyelesaikan satu papan itu harus delapan menit. Jadi itu decision making process di bridge itu sama persis seperti di dunia usaha.
Maka, saya anjurkan pada orang tua, kalau anak Anda mau jadi pemimpin yang tangguh, yang gentleman, yang jujur, dan berhasil, mainlah bridge.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, berapa lama waktu yang Bapak butuhkan untuk siap tanding bridge?
Waktu itu saya berusia 12 tahun. Itu saya sudah terjun ke pertandingan bridge. Ada perkumpulan bridge yang saya ikuti di kota Semarang. Saya umur 12 tahun, saya yang termuda di perkumpulan itu, kebetulan tiap hari Rabu atau Kamis malam, saya lupa, di Hotel Pavilion di Semarang, saya bertanding di situ.
Kebetulan saya bisa dapat angka bagus dan mengalahkan yang lebih senior dari saya. Dari situ mereka juga tertarik sama saya, dan saya ditarik terus setiap seminggu sekali atau dua kali main di sana. Ada pertandingan saya ikut. Itu mulainya.
Dari umur 12 tahun tanding, semakin dewasa, terus ada salah satu pelatih yang menyarankan Pak Bambang memperkenalkan bridge ke masyarakat, mempopulerkan bridge kepada awam, itu ceritanya bagaimana?
ADVERTISEMENT
Jadi begini. Ayah saya meninggal tahun 1963. Saya kemudian terpaksa berhenti sekolah dan masuk di PT Djarum. Mulai tahun 1968, kami sudah mau memilih, mencari, dan menyaring semua cabang olahraga mana yang bisa mengharumkan nama negara di dunia internasional.
Akhirnya, kami milih badminton (bulu tangkis, red), mulai 1968 apa 1969 itu, kita mendirikan klub Djarum. Lalu tahun 1970, saya mendirikan Djarum Bridge Club. Menurut saya, dua cabang ini bisa mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, sumbangsih Djarum di bidang olahraga untuk Indonesia.
Michael Bambang Hartono pada masa kecil (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Michael Bambang Hartono pada masa kecil (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Kenapa bridge ini perlu dipopulerkan dan dimainkan banyak orang di Indonesia?
Ya, seperti yang saya katakan. Kalau mau mencetak pemimpin yang bagus, jujur, dan tangguh, itu harus melalui bridge. Akan kelihatan itu.
ADVERTISEMENT
Bapak juga bersikukuh memasukkan bridge ke ajang olahraga macam PON, rencananya juga bapak sudah berencana memasukkan bridge ke Olimpiade 2020 di Tokyo nanti, bisa ceritakan bagaimana bridge bisa masuk Asian Games?
Jadi pertama, kami usaha agar bridge dipertandingkan di PON. Itu sudah berhasil, kemudian bridge masuk di SEA Games. Kemudian, kalau sudah SEA Games, kami naik ke Asian Games. Di sinilah yang susah. Ada penolakan dari OCA (Olympic Council of Asia) yang menganggap kalau bridge itu judi. Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah dari Kuwait menganggap bridge itu judi. Kami harus meyakinkan Sheikh Ahmad ini kalau bridge bukan judi.
Saya pun kasih tahu sama beliau, nih, negara Pakistan, mereka ikut pertandingan bridge dunia. Mesir, ikut juga. Turki juga ikut. Bridge ini bukan judi. Setelah itu masih ada kesukaran. Bridge 'kan olah otak, bukan untuk olahragawan. Tapi, akhirnya beliau bisa diterima.
ADVERTISEMENT
Untuk Olimpiade 2020?
Nah, ini lagi kami perjuangkan, melalui World Bridge Organization, untuk bicara dengan Komite Olimpiade di Jepang supaya bisa diterima. Perjuangan ini berat juga.
Trofi Penghargaan milik Michael Bambang Hartono  (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Trofi Penghargaan milik Michael Bambang Hartono (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Ada penolakan juga?
Ya, ada. Penolakan dari mereka tapi sedikit berbeda. Bukan karena judi, mereka mengganggap bridge bukan olahraga. Tapi 'kan, bisa, umpamanya seperti catur, bridge bisa masuk ke olahraga pikiran (sport of mind). Masuk golongan ke situ.
Bapak sebagai atlet bridge ini sudah melanglang buana, banyak ikut pertandingan regional dan internasional, nah, pertandingan mana yang berkesan untuk bapak?
Waktu pertandingan Kejuaraan Dunia, ya. Tiga kali berturut-turut, tiap dua tahun sekali pertandingannya. Dan kebetulan tim Indonesia tiga kali mendapat medali perunggu. Pernah juga Indonesia dapat medali perak. Di Open, pasangan Hengky Lasut dan Eddy Manopo pernah menjadi juara dunia pasangan. Dari prestasi di Kejuaraan Dunia, Indonesia sebenarnya sudah lumayan.
ADVERTISEMENT
Kalau pertandingan yang diingat ada enggak, pak?
Oh, ada. Empat tahun lalu, kejuaraan di Bali, waktu itu, di semifinal kami dicurangi oleh tim dari Jerman. Dicuranginya pakai kode, kodenya pakai batuk-batuk. Waktu mereka itu melawan Amerika Serikat, Amerika sudah curiga. Ini waktu mengalahkan Indonesia itu kemungkinan pakai kode. Jadi, mereka rekam permainan Jerman, lalu dipelajari. Akhirnya ditemukan cara curangnya mereka. Itu dibuktikan sama mereka.
Tapi, kami tidak memonitor hal tersebut. Jadi, setelah dibuktikan, pasangan itu diputuskan dilarang main seumur hidup di pertandingan bridge internasional. Indonesia dirugikan, dan di final lawan Amerika Serikat. Sayang sekali. ya, di Bali itu, Kejuaraan Dunia. Sakit kami.
Komunikasi lewat batuknya seperti apa?
Macam-macam itu batuknya. Mereka mengatakan tidak fasih Bahasa Inggris. Itu omong-kosong. Mereka itu sarjana, dokter, tidak bisa Bahasa Inggris, Anda percaya? Itu memang alasan mereka untuk menutupi kecurangan mereka.
ADVERTISEMENT
Michael Bambang Hartono, Atlet Cabor Bridge Indonesia di Asian Games 2018  (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Michael Bambang Hartono, Atlet Cabor Bridge Indonesia di Asian Games 2018 (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Bridge kan banyak masyarakat yang belum paham. Kalau bisa dijelaskan?
Tadi saya sudah jelaskan. Dari bidding, memberikan informasi, informasi Anda olah, analisa, lalu diputuskan. Sudah itu saja. Daya analisis Anda harus tajam. Enggak boleh sering lupa juga, tapi lupa, ya, manusia. Tapi, untuk mencegah supaya enggak cepat lupa, maka mainlah bridge. Di Asian Games saja ada atlet tertua dari Filipina 85 tahun dan 81 tahun, serta atlet berusia 81 tahun dari Malaysia.
Kalau buat regenerasi bridge sendiri?
Kita sudah mencoba memasukkan bridge ke ekstakurikuler di sekolah-sekolah. Itu yang bisa kita lakukan supaya bridge bisa dimasyarakatkan. Masuk ekstrakurikuler.
Untuk anak muda bridge kan belum terlalu dikenal, bagaimana cara memperkenalkan bridge ke anak muda?
ADVERTISEMENT
Itu ada kuncinya, terutama kalau kita mau menggaet penggemar anak muda, ajarin perempuannya dulu, kalau perempuannya banyak, otomatis laki-lakinya pada ikut juga. Trik ini saya pakai di Djarum Bridge Club. Di Djarum Bridge Club ini sendiri banyak tingkatannya, mulai dari SD, SMP, sampai SMA. Saya ngajarinnya anak-anak perempuannya dulu, langsung laki-lakinya minta diajarin juga. Jadilah satu kali latihan itu bisa sampai 800 murid dari tiga sekolah. Itu triknya.
Sekolah bridge di Jakarta sudah ada?
Di tiap-tiap sekolah sudah ada, terutama di Jakarta. Masalahnya kita kekurangan pelatih, sehingga kita melatih guru untuk belajar bridge, kemudian gurunya mengajari muridnya main bridge. Kalau tidak, kita tidak bisa menangani, pelatih kita tidak cukup.
=====
ADVERTISEMENT
Ikuti perbincangan kumparan dengan Bambang Hartono lewat topik "Bambang Hartono".