Beda All-Indonesian Final 2005 dengan 2019 di Mata Herry IP

20 Juli 2019 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (5/7). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (5/7). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah terulang di gelaran Indonesia Open 2019 menyusul keberhasilan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menaklukkan lawan-lawannya di semifinal. Dengan begitu, artinya All-Indonesian Final akan kembali ke Istora untuk pertama kalinya sejak 2005.
ADVERTISEMENT
Saat itu, terjadi All-Indonesian Final antara Markis Kido/Hendra Setiawan dan Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Markis/Hendra berhasil menyabet gelar juara usai menuntaskan laga tiga gim dengan skor kemenangan 15-10, 12-15, dan 15-3.
Selain Hendra sebagai sosok yang kembali mengulang memori 14 tahun silam itu, terdapat Herry Iman Pierngadi yang merupakan pelatih ganda putra di Indonesia Open 2005 dan 2019.
Menyoal keberhasilannya menciptakan All-Indonesian Final lagi pada turnamen Indonesia Open, Herry mengaku puas dan bersyukur. Pelatih berjuluk ‘Naga Api’ itu pun mempersembahkan capaian ini untuk masyarakat Indonesia.
“Pastinya puji syukur bisa tercipta All-Indonesian Final. Ini ‘kan Indonesia Open termasuk turnamen besar, seluruh dunia ikut. Saya berterima kasih bisa tercipta hal ini. Ini suatu hadiah buat masyarakat indonesia,” kata Herry saat sesi konferensi pers.
ADVERTISEMENT
Sejarah boleh saja berulang, tetapi bagi Herry sendiri suasana yang dia rasakan tidak sepenuhnya sama. Menurut Herry, atmosfer Istora kali ini lebih ramai dibanding 14 tahun silam.
Pelatih Herry Iman Pierngadi bersama ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
“Setiap turnamen pastinya ada perbedaan, mungkin 2005 yang pasti suasananya (tidak terlalu ramai). Kalau soal perasaan sama saja pasti senang,” tuturnya.
“Perbedaannya selanjutnya mungkin salah satunya karena Indonesia Open tahun ini (sudah masuk perhitungan) menuju Olimpiade. Atmosfernya lebih antusias. Kalau 2005 waktu itu bukan perhitungan Olimpiade,” jelas pria berusia 56 tahun itu.
Pertemuan Ahsan/Hendra dan Marcus/Kevin sendiri di partai pemungkas sendiri bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya, pada gelaran Indonesia Masters 2019, Januari lalu, The Daddies dan Minions juga telah menghadirkan All-Indonesian Final.
ADVERTISEMENT
Sama-sama berlangsung di Istora, Marcus/Kevin saat itu berhasil menyabet gelar juara usai memenangi laga dengan skor 21-17 dan 21-11.