Crutchlow Bukan Pebalap Medioker, Tempatnya Bukan di Posisi Enam

26 April 2018 11:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cal Crutchlow (Foto: Motogp)
zoom-in-whitePerbesar
Cal Crutchlow (Foto: Motogp)
ADVERTISEMENT
Balapan MotoGP 2018 seri kedua di Argentina ibarat kelahiran kedua bagi Cal Crutchlow. Di seri itu, ia berhasil naik podium. Tak tanggung-tanggung, podium puncak menjadi kawannya. Nama-nama besar ia tinggalkan jauh di belakang.
ADVERTISEMENT
Crutchlow berbagi podium dengan dua pebalap muda, Johann Zarco dan Alex Rins. Namun, panggung itu tak semeriah drama Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Para pewarta ogah-ogahan mengabadikan kemenangan ini. Pembicaraan yang riuh hanya debat kusir Marquez yang salah dan Rossi yang kekanak-kanakan. Padahal, ini gelar penting buat Crutchlow. Ia menjadi pebalap GP asal Inggris pertama sejak tahun 1979 yang memuncaki klasemen. Waktu itu, kemenangan di GP Argentina mengubah poinnya menjadi 38.
Kemenangan ini juga menjadi kemenangan ke-750 bagi pabrikan Honda. Tak cuma bersejarah bagi Crutclow, tapi juga untuk Rins. Ini menjadi kali pertama Rins naik podium MotoGP.
Crutchlow tak ingin ceritanya berhenti di gelaran GP Argentina. Ia berpacu di Sirkuit Austin, berusaha mengulang gelar serupa Argentina. Itulah sebabnya, ia tak berhenti berupaya menyalip Zarco yang waktu itu ada di posisi keenam.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, ia kehilangan kendali ban depan dan terjatuh di tikungan 20 lap 8. Nasib Crutchlow memang tak senahas Rins dan Hafiz Syahrin, ia masih bisa melanjutkan balapan walau pada akhirnya hanya finis di posisi ke-19.
"Saya melakukan kesalahan bodoh sehingga terjatuh. Tadinya, saya berusaha menyalip Zarco jelang tikungan 1 (lap 9). Saya salah perhitungan. Di akhir tikungan saya malah membuka gas sehingga kehilangan grip ban depan."
"Tahun ini, saya bukan pebalap medioker lagi. Saya tidak puas hanya finis di posisi enam. Saya tahu posisi saya bukan di posisi enam. Kecepatan saya cukup untuk merebut posisi dua," jelas Crutchlow kepada Motorsport.
Banyak yang menilai bahwa Crutchlow terburu-buru. Namun, hidup para pebalap memang selalu diburu waktu. Karena lintasan balap adalah rangkaian kecepatan yang terus-menerus, maka para pebalap akan merasa muak bila dipaksa singgah dalam situasi yang lambat.
ADVERTISEMENT
Itu pula yang ada di pikiran Crutchlow sesaat sebelum terjatuh. Posisinya ada di belakang Zarco. Artinya, ia kalah cepat dari pebalap muda itu.
"Saya seorang pebalap. Satu hal yang harus Anda pahami tentang pebalap, Anda tak akan bisa terus berada di belakang, apalagi bila Anda tahu orang yang di depan itu pada dasarnya tidak punya kecepatan yang lebih baik dari Anda."
"Yang ada di pikiran saya waktu itu, saya harus mendahului Zarco dan melaju. Ia tidak melebarkan jarak di depan saya, sehingga saya tahu saya dapat merangsek ke depan dengan mudah."
Artinya, waktu itu Crutchlow sudah berhitung. Ia tak asal tancap gas. Ia punya hitung-hitungan yang (menurutnya) presisi untuk dipakai mendahului Zarco yang ada di posisi lima. Jangankan posisi lima, untuk posisi dua pun Crutchlow merasa sanggup.
ADVERTISEMENT
Tapi, hidup dalam kecepatan berarti tidak punya banyak waktu untuk memperbaiki dan beradaptasi dengan ketidaksesuaian. Bila ada perhitungan yang lari sedikit saja dari apa yang seharusnya, bukannya tak mungkin membikin susah.
Crutchlow rayakan kemenangan GP Argentina. (Foto: REUTERS/Marcos Brindicci)
zoom-in-whitePerbesar
Crutchlow rayakan kemenangan GP Argentina. (Foto: REUTERS/Marcos Brindicci)
Kekeliruan dalam waktu sepersekian detik itulah yang membuat Crutchlow tergelincir. Alih-alih finis di posisi dua, ia justru mengakhiri balapan di peringkat 19. Nomor dua dari bawah.
"Saya dan tim harus mengambil sisi positifnya sebagai bekal menuju (Sirkuit) Jerez. Jujur saja, kalau soal Austin, saya pikir keputusan itu bakal tepat buat saya, tapi ternyata gagal. Ini murni kesalahan saya sebagai pebalap."
Raihannya di Argentina berhasil mendongkrak peringkatnya. Jelang gelaran GP Austin lalu, ia menjadi pemuncak klasemen. Namun, raihan buruk di seri ketiga itu membuatnya terperosok ke peringkat empat klasemen sementara, tertinggal delapan poin dari Andrea Dovizioso yang kini jadi pemuncak sementara.
ADVERTISEMENT
Lantas, bila ada hal baik yang bisa diterimanya dari kejadian ini, maka kebaikan itu bernama fokus.
"Saya tidak berkata bahwa saya tidak suka memimpin klasemen. Namun, karena tidak memimpin klasemen, saya jadi fokus untuk merebut podium. Bila podium berhasil direbut, posisi di klasemen akan mengikuti. Bagi saya, urusan klasemen jauh lebih sulit ketimbang podium. Makanya, saya ingin fokus merebut podium saja," tutup Crutchlow.
Ya, seperti itulah. Hidup para pebalap memang hidup yang kencang. Mengakrabi kecepatan berarti berdekat-dekatan dengan fokus yang teramat sangat. Salah sedikit saja bisa tergelincir. Dan Crutclow memang terjatuh, tapi balapannya belum selesai. Kecepatannya belum berkurang, perhitungannya bisa saja tak keliru -setidaknya di Jerez nanti.