Del Piero dan Cinta Sepanjang Jalannya untuk Juventus

10 November 2017 14:23 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alessandro Del Piero, Mr. Juventus. (Foto: AFP/Paco Serinelli)
zoom-in-whitePerbesar
Alessandro Del Piero, Mr. Juventus. (Foto: AFP/Paco Serinelli)
ADVERTISEMENT
Jika sosok Alessandro Del Piero direduksi menjadi satu kalimat, maka kalimat itu akan berbunyi sebagai berikut: Laki-laki sejati tidak akan pernah meninggalkan nyonyanya.
ADVERTISEMENT
Kata-kata itu, tak lain dan tak bukan, memang berasal dari mulut Del Piero sendiri. Ketika itu, Sang Nyonya, alias Juventus, memang tengah terluka. Pada 2006, mereka diminta untuk turun kelas ke Serie B karena dianggap bersalah dalam skandal Calciopoli yang juga melibatkan klub-klub lain seperti Milan dan Lazio.
Del Piero bisa saja dengan mudah angkat kaki dari Juventus detik itu juga. Lagipula, dia baru saja membawa Italia menjadi juara dunia untuk kali keempat. Di usia yang baru 32 tahun, mencari klub baru bagi pemain sekelas Del Piero jelas bukan perkara sulit. Toh, Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Gianluca Zambrotta, Patrick Vieira, Emerson, dan Zlatan Ibrahimovic melakukannya.
Tetapi, Del Piero memilih untuk bertahan. Bersama Gianluigi Buffon, Mauro German Camoranesi, Pavel Nedved, dan David Trezeguet, dia rela bertungkus lumus di kubang derita demi mengangkat kembali harkat dan martabat Sang Nyonya.
ADVERTISEMENT
Usai Calciopoli, Del Piero pun merasakan betapa sulitnya bangkit dari keterpurukan. Di bawah pimpinan Giovanni Cobolli Gigli yang membentuk triade baru bersama Jean-Claude Blanc dan Alessio Secco, Juventus berubah menjadi tim semenjana. Meski sempat mengejutkan di dua musim pertama usai kembali ke Serie A, Juventus kemudian menunjukkan wajah asli keterpurukannya pada musim 2009/10 dan 2010/11.
Ketika itu, Cobolli Gigli memang sudah tak lagi menjabat sebagai presiden. Sebagai gantinya, ada nama Blanc dan Andrea Agnelli di sana. Namun, kedua sosok ini kemudian mewarisi inkompetensi Cobolli Gigli hingga akhirnya, Juventus pun mengakhiri musim di peringkat ketujuh.
Musim 2011/12 adalah titik balik Juventus. Bersamaan dengan diresmikannya Juventus Stadium, Bianconeri pun kembali khitahnya sebagai klub tersukses di Italia dan hal itu pun bertahan sampai setidaknya musim 2016/17 lalu.
ADVERTISEMENT
Del Piero sendiri hanya punya bagian kecil dari kebangkitan kembali Juventus tersebut. Dari enam Scudetti yang dikumpulkan, dia hanya terlibat dalam satu di antaranya, yakni pada musim 2011/12 saja. Karena Agnelli, selaku presiden, tak mampu menjamin posisi Del Piero di tim utama, Il Pinturicchio pun memutuskan untuk angkat kaki dan berkelana ke Timur sebelum akhirnya pensiun pada 2014.
Mr. Juventus
Alessandro Del Piero, tak terbantahkan lagi, adalah pemain terbesar Juventus sepanjang masa. Dia punya rekor penampilan terbanyak (705) sekaligus gol terbanyak (290) untuk "Si Nyonya Tua". Semua itu dia ambil alih dari Giampiero Boniperti, legenda Juventus dari era 1950-an.
Del Piero bersama Giampiero Boniperti. (Foto: AFP/Giuseppe Cacace)
zoom-in-whitePerbesar
Del Piero bersama Giampiero Boniperti. (Foto: AFP/Giuseppe Cacace)
Pada peresmian Juventus Stadium di mana ada 50 legenda yang hadir--termasuk Buffon, Nedved, Camoranesi, dan Trezeguet--, Del Piero dan Boniperti menjadi dua nama terakhir yang dipanggil. Tak berlebihan, memang, mengingat dua sosok ini merupakan dua Mr. Juventus dari dua masa berbeda.
ADVERTISEMENT
Dalam acara itu, Del Piero dan Boniperti duduk bersama di sebuah bangku kayu yang ditempatkan persis di tengah lapangan. Dengan semua sorot lampu mengarah kepada mereka, dua legenda ini saling bercerita mengenai apa arti Juventus bagi mereka. Boniperti yang sudah renta itu pun terlihat sangat bangga dengan apa yang telah diberikan Del Piero bagi Juventus.
Del Piero datang ke Juventus pada 1993. Sebelumnya, dia menghabiskan dua tahun karier profesional bersama Padova yang merupakan klub tempatnya menimba ilmu. Kala itu, Del Piero pun datang ketika Juventus sedang mengalami masa sulit.
Musim 1993/94 itu adalah musim terakhir di era kepelatihan kedua Giovanni Trapattoni. Di situ, Mr. Trap gagal total mengulangi prestasinya pada dekade 1980-an. Musim itu pun menjadi musim terakhir sosok Katolik taat itu membesut Juventus karena di musim berikut, Marcello Lippi datang menyelamatkan tim kelahiran 1897 itu.
ADVERTISEMENT
Di bawah Lippi, Juventus menjelma menjadi kekuatan mengerikan di era 1990-an. Bahkan, manajer sekelas Sir Alex Ferguson saja sampai menjadikan tim Juventus asuhan Lippi itu sebagai contoh bagaimana seharusnya para pemain asuhannya memaknai pertandingan. Kesuksesan Juventus di era itu pun tak bisa dilepaskan dari mencuatnya Alessandro Del Piero.
Del Piero bersama Marcello Lippi. (Foto: AFP/Javier Soriano)
zoom-in-whitePerbesar
Del Piero bersama Marcello Lippi. (Foto: AFP/Javier Soriano)
Sebelum Del Piero, Juventus punya Roberto Baggio. Transfer Baggio pada 1990 sendiri ketika itu sempat menimbulkan kerusuhan di kota Firenze. Dan Baggio pun sebetulnya mampu membuktikan bahwa kerusuhan di Firenze itu adalah harga yang pantas untuknya. Penampilannya begitu impresif hingga akhirnya diganjar penghargaan Pemain Terbaik FIFA 1993.
Debut Del Piero sendiri dilakoni dengan menjadi pengganti bagi Baggio di pertandingan menghadapi Foggia pada 12 September 1993. Ketika itu, usianya baru 18 tahun. Sepekan berselang, dia sukses menyarangkan gol perdana bagi Juventus dalam sebuah laga kontra Reggiana.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, Del Piero pun terus menanjak dan ketergantungan Juventus kepadanya pun makin tak terbantahkan. Pada musim 1998/99, Alex mengalami cedera ACL dan membuatnya harus absen sampai akhir musim. Tanpa Del Piero, Juventus pun hanya mampu finis di peringkat enam Serie A meski masih memiliki nama-nama hebat lain macam Zinedine Zidane dan Filippo Inzaghi.
Apa yang dialami Del Piero pada 1998 itu sempat membuat kariernya terhambat. Apalagi, di bawah Carlo Ancelotti, dia pun tidak diplot sebagai penyerang utama. Secara kebetulan, Juventus pun sempat agak seret gelar sampai akhirnya Ancelotti angkat kaki tahun 2001. Meski begitu, hal tersebut tak menghalanginya untuk menjadi pemain termahal dunia pada tahun 2000.
Sebagai ganti Ancelotti, Lippi kembali dan pelatih berambut perak itu pun kembali menjadikan Del Piero sebagai tumpuan. Musim itu, di usia 27 tahun, Del Piero resmi menjadi kapten Juventus menggantikan Antonio Conte yang semakin menua.
ADVERTISEMENT
Del Piero dengan ban kapten yang melingkar. (Foto: AFP/Patrick Hertzog)
zoom-in-whitePerbesar
Del Piero dengan ban kapten yang melingkar. (Foto: AFP/Patrick Hertzog)
Di bawah pimpinan Del Piero, Juventus pun mengalami pasang-surut. Pada masa awal, dia berhasil membawa Juventus menjuarai Serie A dan mencapai final Liga Champions keempat dalam kariernya. Namun, prestasi itu surut ketika Juventus dihantam Calciopoli sampai akhirnya bangkit lagi pada musim pemungkas, alias yang ke-19, Del Piero di sana.
Satu hal yang menarik dari Del Piero adalah catatan golnya. Meskipun dia adalah pencetak gol terbanyak Juventus sepanjang masa, pria kelahiran 1974 itu hanya satu kali tampil sebagai topskorer Serie A, yakni pada 2007/08 ketika Juventus baru saja kembali dari Serie B. Di musim itu, Alex mencetak 21 gol.
Sebagai pemain, Del Piero memang sosok seconda punta yang sempurna. Dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, gerakannya pun jadi begitu lincah. Tak cuma itu, kemampuannya dalam mencetak gol pun tercermin dengan gaya khas yang kemudian dinamai Gol alla Del Piero.
ADVERTISEMENT
Sebutan ini muncul dari kebiasaan Del Piero mencetak gol di awal-awal kariernya bersama Juventus di mana dia bakal melakukan penetrasi dari sisi kiri sebelum melepaskan tembakan lengkung. Ditambah dengan kemampuan eksekusi bola-bola matinya, makin sempurnalah Del Piero.
Kemarin, 9 November 2017, Alessandro Del Piero berulang tahun yang ke-43. Delapan hari sebelumnya, Juventus sudah terlebih dahulu merayakan hari jadinya yang ke-120. Kini, Del Piero sudah tak lagi menyepak bola, setidaknya secara profesional, dan dirinya pun sudah tak punya kuasa lagi atas apa yang terjadi dengan nyonya kesayangannya.
Namun, Del Piero untuk saat ini seharusnya tak perlu khawatir akan kebahagiaan Sang Nyonya. Pasalnya, mereka kini sudah punya pengganti yang punya potensi untuk bisa sejajar dengan Del Piero di masa mendatang. Namanya Paulo Dybala.
ADVERTISEMENT
Memang benar bahwa tidak ada jaminan bahwa nantinya, Dybala bakal menjadi sebesar atau seloyal Del Piero. Namun, semenjak diberi mandat kostum nomor 10 pada musim ini, pemain berjuluk La Joya itu sudah menunjukkan bahwa dia bisa menjadi andalan di masa-masa sulit. Pada pekan-pekan awal Serie A, mantan pemain Palermo itu mengangkat Juventus sendirian.
Kini, yang bisa dilakukan Juventus adalah benar-benar menjadikan Dybala sebagai Del Piero baru dengan membangun tim di sekelilingnya. Dengan kualitas yang dia miliki, Dybala pun pasti membutuhkan rekan-rekan yang sepadan pula. Ini adalah pekerjaan yang tidak mudah, tetapi, jika berhasil maka masa depan "Si Nyonya Tua" hampir pasti bakal terjamin.