Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Di Prancis Terbuka, Cecchinato Kalahkan Djokovic dengan Cara Sisilia
6 Juni 2018 17:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Di perempat final Prancis Terbuka 2018, Marco Cecchinato mengalahkan Novak Djokovic dengan cara yang licik.
ADVERTISEMENT
Cecchinato lahir dan tumbuh di Palermo, ia menyandang status sebagai orang Sisilia. Mafia adalah penyakit serius yang lama diidap Italia Selatan, terutama Sisilia, Kemiskinan, nihilnya kepemilikan publik, ketidakmampuan (dan ketidakmauan) masyarakat untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia menggiring Sisilia ke dalam dunia perbanditan.
Bila Sisilia terkenal dengan aktivitas mafia, maka Palermo, kota kelahiran Cecchinato, menjadi sarangnya. Wilayah ini jauh lebih makmur kalau dibandingkan dengan wilayah timur Sisilia. Palermo pun dikenal sebagai kota dengan pemukiman padat.
Kondisi ini menjadi pemasukan besar bagi penyedia jasa perlindungan properti. Mereka yang memiliki lahan ataupun hunian sering meminta bantuan kelompok pelindung untuk menjaga harta mereka.
Lama-kelamaan, kondisi ini dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Bentuknya jadi mirip keberadaan para preman. Konon, inilah yang menjadi bentuk pertama bisnis gelap mafia di Sisilia; terutama Palermo.
ADVERTISEMENT
Perilaku macam inilah yang ditunjukkan oleh Cecchinato dalam laga perempat final melawan Djokovic. Ia mendulang angka dan keunggulan dengan mengeruk Djokovic habis-habisan, mulai dari set pertama hingga set keempat.
Saat kedudukan 3-1 untuk keunggulan Cecchinato di set pertama, misalnya. Ia berani mempermalukan Djokovic demi merebut skor 15-0 untuk mengubah kedudukan menjadi 4-1.
Bola servis yang dikirimkan Cecchinato sudut kiri memang berhasil dikembalikan Djokovic. Petenis Serbia yang menjadi lawannya itu mengembalikan bola ke kiri Cecchinato.
Cara Cecchinato mengarahkan raket membuat Djokovic dan hampir semua penonton percaya bahwa bola itu akan dikirimkan kembali ke area kiri, tapi dekat net. Sebabnya, ayunannya begitu pelan.
Berbekal sangkaan ini, Djokovic tidak beranjak dari kiri lapangan. Tapi ternyata, Cecchinato malah memukul bola dengan pelan dan mengarah ke tengah lapangan. Begitu santai, tak ada kesan menggebu-gebu. Benar-benar keunggulan yang diraih dengan licik.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan apa yang terjadi di set pertama saat kedudukan 4-2 dengan skor 0-15. Kala itu, ia melakoni first service. Djokovic yang berhasil mengembalikan servisnya itu mengarahkan pukulan ke kiri Cecchinato.
Lagi-lagi Cecchinato mengubah skor dengan tipuan cerdik. Kali ini, ia mengambil ancang-ancang melesakkan pukulan forehand dari baseline. Pada umumnya, lesakan forehand dari baseline akan berbuah pukulan yang kencang.
Djokovic lantas mundur hingga mencapai baseline. Alih-alih pukulan keras, Cecchinato malah mengembalikan bola tadi dengan forehand yang pelan. Saking pelannya, bola tadi hanya sedikit melewati net. Djokovic yang terlanjur mundur hingga tepi lapangan berupaya mengejar bola, tapi ia terlambat. Skor berubah jadi 15-15.
Berhasil memenangi set pertama, Cecchinato tak berhenti melancarkan gerakan-gerakan menipu. Ia bahkan mengantongi gim pertama di set kedua dari unforced error yang dibuat oleh Djokovic.
ADVERTISEMENT
Cecchinato kembali menghajar Djokovic dengan permainan tak menduga saat ia mengunci keunggulan 2-1. Kali ini, ia melepaskan dropshot yang lahir dari pukulan backhand-nya. Di momen ini, Djokovic agaknya berusaha mengimbangi permainan Cecchinato dengan cara yang sama: bermain dengan licik.
Caranya, ia mengembalikan servis lawannya dengan pukulan forehand yang kencang sampai harus membuat Cecchinato mundur hampir ke baseline. Situasi persis seperti harapan Djokovic.
Cecchinato tak memberi tenaga penuh pada pukulannya, sehingga bola itu hanya mencapai tengah lapangan. Djokovic yang sudah sampai ke tengah melakukan upaya net point. Namun, siapa yang sangka pula, Cechhinato sudah sampai di dekat net. Lantas, dengan satu dropshot, ia berhasil mengubah skor menjadi 15-30.
Setelah Djokovic berhasil merebut kemenangan di set kedua 6-1, pertandingan harus berlanjut ke set keempat. Bila memenangi set keempat, laga tak akan berlanjut ke set kelima dan Cecchinato berhak melangkah ke babak semifinal.
ADVERTISEMENT
Ada satu penanda yang menunjukkan bahwa Djokovic terlihat tidak akan memenangi babak perempat final melawan Cecchinato: Ia memantulkan bola lebih dari 10 kali sebelum melakoni servis.
Kecederungan petenis untuk memantulkan bola sebelum melepaskan servis memang bukan perkara aneh. Hampir setiap petenis melakukannya. Dalam ranah tenis ini dianggap sebagai suatu kebiasaan.
Namun, Djokovic berbeda. Ia memang selalu memantul-mantulkan bola sebelum servis. Tapi bila diperhatikan baik-baik, ia tidak akan memantulkan bola lebih dari 10 kali dalam set yang berakhir dengan kemenangannya.
Jika dihitung-hitung, jumlah pantulannya akan berkisar antara lima sampai enam pantulan. Kadang lebih, tapi tak lebih banyak dari 10 pantulan.
Artinya, semakin kritis kondisinya di suatu pertandingan semakin banyak ia memantulkan bola. Semakin besar skor yang harus ia kejar, semakin banyak jumlah pantulan bola sebagai awalan servisnya.
ADVERTISEMENT
Set keempat harus berlanjut sampai ke babak tie break. Ada perbedaan saat Djokovic melakonis servis sebelum dan pada babak tie break. Sebelum tie break, pantulan bolanya sebelum servis tidak lebih dari 10 kali. Hanya berkisar tujuh sampai delapan kali.
Namun, Cecchinato menggila di babak tie break. Ketinggalan satu angka, ia kembali menyamakan kedudukan. Akibatnya, Djokovic harus kembali berupaya menciptakan keunggulan dua angka.
Saat set keempat sampai ke babak tie break inilah Djokovic memantulkan bola lebih dari 10 kali sebelum servis. Saat kedudukan 4-4, pantulannya hanya 10 kali. Begitu kedudukan menjadi 7-7, pantulannya menjadi 13 kali. Lantas, saat kedudukan 8-8, ia memantulkan bola sampai 17 kali.
Memantulkan bola sebelum servis tak akan membuat seorang petenis kalah dalam sekejap. Namun, agaknya, ada satu hal yang dilupakan oleh Djokovic. Orang-orang sudah paham tentang arti pantulan bola ini. Bila para penonton saja paham, apalagi para petenis.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu banyaknya pantulan yang dilakukan Djokovic sebelum servis, Cecchinato paham bahwa mental lawannya ini sedang tak baik. Di sinilah perbedaan Djokovic dan Cecchinato.
Tak peduli tertinggal atau unggul, Cecchinato tak menunjukkan gesture apa pun. Ia bersikap sama, seolah-olah laga tak berlangsung genting. Bagaimana Djokovic yang sedikit lepas kembali dan berteriak meminta penonton untuk diam pada akhirnya semakin menegaskan, emosinya sedang tak terkendali akibat tekanan lawan.
Dan bagi setiap atlet, emosi yang ditangkap lawan terlalu sering menjadi sumber kekalahan. Bila melihat catatan statistik laga, Djokovic dan Cecchinato sama-sama membuat 41 unforced error. Bila diartikan unforced error berarti kesalahan yang dibuat oleh pemain tanpa tekanan lawan.
Entah kekuatan apa yang dimiliki Cecchinato sampai ia sanggup memengaruhi permainan Djokovic begitu rupa. Yang jelas, Cecchinato berhasil menurunkan derajat permainan Djokovic sampai setara dengannya. Sama-sama pemain yang sedang membangun reputasi. Sama-sama pemain yang tak lihai menghadapi turnamen sekelas Grand Slam sampai harus membikin 41 unforced error.
ADVERTISEMENT
Lantas, unforced error ke-41 Djokovic memberikan match point keempat untuk Cecchinato. Artinya, Cecchinato hanya butuh satu angka lagi untuk merebut babak semifinal.
Bola yang dikirimkan Djokovic dikembalikan Cecchinato dengan satu pukulan backhand. Pukulannya itu melambung tinggi dan berada di luar jangkauan Djokovic. Bola lantas terjatuh sedikit sebelum base line.
Pertandingan berakhir, Cecchinato merayakan kemenangannya dengan cara yang sama seperti saat ia berhasil melaju ke perempat final. Ia menjatuhkan diri ke lapangan tanah liat, mengangkat kedua tangannya ke atas, bersorak mengolok-olok status buruk sebagai mantan pesakitan match fixing.