Evaluasi Susy Susanti: All England 2019 Lebih Baik dari Tahun Lalu

11 Maret 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ahsan/Hendra di final All England 2019. Foto: AFP/Oli Scarff
zoom-in-whitePerbesar
Ahsan/Hendra di final All England 2019. Foto: AFP/Oli Scarff
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak awal, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sudah menargetkan satu gelar di All England 2019 yang berlangsung di Arena Birmingham, Inggris, 6-10 Maret.
ADVERTISEMENT
'Hanya' satu gelar adalah jawaban yang selalu diberikan federasi olahraga tepak bulu nasional itu kala ditanya target turnamen mana pun, khususnya level top dunia.
Ucapan 'hanya satu target' itu mengalamat kepada satu nama andalan yakni ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Duo berjuluk Minions ini rutin dan konsisten meraih gelar hingga mampu menyegel rekor BWF dengan delapan gelar semusim pada 2018 lalu.
Di All England 2019, Marcus/Kevin pun jadi ujung tombaknya. Tapi sayangnya, juara All England 2017 dan 2018 ini gagal juara sekaligus mencetak hat-trick karena kalah di babak pertama dari Liu Cheng/Zhang Nan (China).
Aksi Marcus Gideo/Kevin Sanjaya pada All England 2019. Foto: Dok. Media PBSI
Meski begitu, PBSI tetap kukuh dengan satu targetnya. Hingga akhirnya Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan-lah yang mewujudkannya dan menggenapi hat-trick bagi Indonesia dengan status pemain non-pelatnas.
ADVERTISEMENT
Duo kawakan itu jadi juara untuk kali kedua setelah 2014 usai mengalahkan pemain muda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 11-21, 21-14 dan 21-12 dalam laga selama 48 menit di Arena Birmingham, Minggu (10/3/2019).
All England selesai dan target satu gelar terpenuhi. Ditemui di belakang panggung, Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI yang menjabat Manajer Tim Indonesia di All England, mengatakan tahun ini lebih baik ketimbang 2018.
"Saya melihat meski pemain profesional, Ahsan/Hendra tetap latihan di PBSI. Saya lihat mereka tetap anak-anak kami. Secara keseluruhan pemain muda ada peningkatan ketimbang tahun lalu. Di 2018 yang lolos ke semifinal hanya satu," ucap Susy.
"Tahun ini ada tiga, kemarin [semifinal] pun kans ke final ada tiga. Tapi memang balik lagi ketenangan dan pengalaman itulah yang menentukan sang atlet bisa tampil hingga akhir di ajang bergengsi seperti ini," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Kans yang dimaksud Susy adalah penampilan semifinal dua wakil Indonesia selain Ahsan/Hendra, yakni ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
Kedua wakil gagal menembus final pertama mereka usai kalah tiga gim dari masing-masing lawan. Fajar/Rian kalah 21-12, 20-22, dan 19-21 dari Aaron/Soh meski sudah memberi perlawanan sengit, sementara Praveen/Melati kalah dari ganda nomor satu, Zheng Siwei/Huang Yaqiong (China), 21-13, 20-22, dan 13-21, walau telah berjuang mati-matian.
Khusus untuk Fajar/Rian, Susy menilai ganda putra nomor sembilan dunia ini hanya kurang pengalaman dan masih perlu menajamkan mental di momen krusial. Ganda peraih perak Asian Games 2018 dan juara Malaysia Masters 2018 ini pun diminta untuk lebih berani di atas lapangan.
ADVERTISEMENT
Pebulu tangkis ganda putra Indonesia Muhammad Rian Ardianto (kiri) dan Fajar Alfian saat beraksi di All England 2019, di Arena Birmingham, Inggris. Foto: ANTARA FOTO/Widya Amelia - Humas PP PBSI
Meski begitu, keduanya dinilai mengalami peningkatan dibandingkan hasil di All England 2018 saat kalah di babak pertama lawan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia) 21-16, 16-21, dan 21-23.
"Saya berharap bisa lebih konsisten saja. Kalau Fajar/Rian tinggal kematangan dan ketenangan mereka (yang kurang), butuh jam terbang banyak," ujar Susy.
"Karena masih muda mereka kadang masih goyang dan harus lebih berani. Itu yang kurang dari mereka, cueknya, beraninya, tenangnya, dan di poin kritis. Kalau pukulan sudah mulai naik dan bagus," imbuhnya.
Sektor ganda memang belakangan jadi primadona Indonesia di All England. Sebelum hat-trick nomor ganda putra diraih Marcus/Kevin dan Ahsan/Hendra, Praveen Jordan/Debby Susanto sempat menyumbangkan gelar ganda campuran pada edisi 2016.
ADVERTISEMENT
Praveen Jordan bersama Debby Susanto Foto: ANTARA FOTO/Handout/Humas PBSI
"Hat-trick Indonesia, beda orang. Yang pasti kami senang bisa terus konsisten dan berprestasi apalagi di turnamen bergengsi," tutur Susy.
"Ini jadi satu penyemangat kami ke Olimpiade, apalagi yang dapat Ahsan/Hendra, karena sebelumnya kita hanya bergantung dengan Marcus/Kevin. Tapi jangan terlena, ini harus jadi awal agar kami lebih semangat dengan tujuan utama di Olimpiade," tutup peraih emas Olimpiade 1992 ini.
Merangkum All England 2019, ada 11 wakil yang tersingkir di antaranya Marcus/Kevin, Anthony Sinisuka Ginting, hingga Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja.
Di babak kedua, hanya Jonatan Christie yang gugur. Pada perempat final, dari tujuh wakil, empat wakil kalah termasuk Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Tiga wakil, yakni Ahsan/Hendra, Fajar/Rian, dan Praveen/Melati, pun berhak melenggang ke semifinal.
ADVERTISEMENT