GP Republik Ceko, Kawan Kecil si Tua Rossi

1 Agustus 2019 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebalap Yamaha, Valentino Rossi.. Foto: JEAN-FRANCOIS MONIER/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pebalap Yamaha, Valentino Rossi.. Foto: JEAN-FRANCOIS MONIER/AFP
Milan Kundera. Orang-orang Ceko mengenal namanya. Novelis ternama ini lahir di Brno, kota di tenggara Ceko.
Kundera berbicara banyak hal dalam satu noveletnya yang berjudul 'Identity'. Tentang persahabatan, cinta, kebebasan, ambisi, dan identitas. Macam-macam. Konsep itu menyadarkan entah berapa banyak penulis bahwa satu halaman bukumu bisa menampung beragam ide.
Tahun berganti, orang-orang Ceko tak cuma mengenal Kundera. Mereka juga mengenal Valentino Rossi. Orang-orang Ceko tak cuma memaknai Brno sebagai tanah kelahiran Kundera, tetapi juga rumah bagi para pebalap yang singgah ke negeri mereka.
Status Rossi ketika membalap di GP Ceko pada 2002 memang cuma 'dibilang pebalap baru tidak, dibilang lama juga tidak'. Akan tetapi, bagi mereka yang sudah mengikuti sepak terjangnya di kelas 125cc, 250cc, dan 500cc selama beberapa tahun terakhir, Rossi bukan pebalap kacangan.
Valentino Rossi (Yamaha) di sesi latihan bebas. Foto: FILIPPO MONTEFORTE/AFP
Ia bahkan sudah menunjukkan taji di sembilan seri sebelumnya. Rossi delapan kali naik podium puncak dan hanya sekali berdiri di podium kedua. Sebagai catatan, GP Ceko adalah seri ke-10 balapan MotoGP 2002.
Ternyata tidak ada podium apa pun buat Rossi hari itu. Jangankan menutup balapan dengan sorak-sorai, menyelesaikan balapan pun ia tak bisa. Rossi mesti retired pada lap ke-20 karena masalah pada bannya, padahal balapan menyisakan dua putaran lagi.
Riwayat Rossi sebagai pebalap bakal ada di titik nadir jika ia membiarkan lawan-lawan menghabisinya di seri berikut. Poin demi poin direngkuh, podium puncak demi podium puncak diinjak kembali. “Full throttle," katanya. Tancap gas, bila diterjemahkan secara plastis.
Pada akhirnya Rossi menutup musim dengan mahkota juara dunia. Ia tak lagi berdiri di atas podium, tetapi duduk di singgasana. Meski menutup seri terakhir dengan podium kedua, torehan poin Rossi menjadi 355. Itu berarti tak ada yang lebih baik daripadanya.
****
Musim berganti, bintang meledak, Rossi meredup. Dari minggu ke minggu, yang dibicarakan orang-orang bukan lagi perayaan kemenangan dan gelar juara Rossi.
Yang disangkakan orang-orang, bakal seperti apa crash Rossi kali ini. Yang ditimbang orang-orang, omelan macam apa yang dilontarkan Rossi terkait performanya yang buruk. Motornya lebih lambat 20 detikkah? Lawan melakukan manuver membahayakankah? Silakan simpulkan sendiri.
Valentino Rossi tampil di podium COTA. Foto: Dok. Yamaha MotoGP
Bahkan hingga musim 2019 menutup paruh pertamanya, Rossi tidak tampil gemilang. Hanya dua kali ia naik podium, itu pun podium kedua, tepatnya di GP Argentina dan Amerika Serikat. Rossi malah tidak bisa menyelesaikan tiga balapan dalam empat seri terakhir.
Oh, Rossi sudah tua. Kariernya sudah mau tamat. Ia sudah tidak pantas lagi berpacu di kasta tertinggi balap motor. Sewajarnya Rossi menerima argumen tersebut dan memutuskan pensiun. Toh, tujuh gelar juara dunia MotoGP juga bukan torehan yang buruk. Lagi pula, apa lagi, sih, yang mau dikejar?
Namun, Rossi tidak berteman dengan kewajaran. Di usianya yang sudah 40 tahun, ia tetap bertungkus-lumus di atas lintasan balap.
Hidup baginya adalah kecepatan dan podium. Ia bertaruh dengan mala dalam kecepatan super tinggi, bermain-main dengan risiko karena membiarkan hidup berlari kelewat kencang.
Kesalahan sedikit berarti disalip lawan. Kekeliruan setitik berarti terguling di atas aspal. Kealpaan sejenak berarti balapanmu selesai. Rossi tahu itu, ia mengalami itu semua.
***
Kontemplasi Kundera tentang persahabatan dalam novelet 'Identity' rasanya cukup pas direnungkan jelang GP Republik Ceko 2019.
Teman, kata Kundera, adalah aliansi melawan nasib sial dan rangkaian ketidakberuntungan. Tanpanya kau bakal terpuruk sampai mampus di hadapan musuh-musuhmu.
Sialnya, semakin dewasa kita akan semakin berjarak dengan kawan. Itulah mengapa lewat kisahnya tadi Kundera berkata bahwa sesekali kita perlu memangkas jarak dengan kawan, mempersetankan jadwal, dan bertemu muka dengan muka.
Penampilan Valentino Rossi, pebalap Yamaha Movistar. Foto: Jean Francois Monier/AFP
GP Ceko 2002 itu adalah teman masa kecil Rossi. Teman yang satu ini mengajarkan bahwa dunia tak akan runtuh hanya karena kau mengalami satu hari yang buruk. Ia ibarat teman karib yang menertawakanmu habis-habisan ketika kau mendapat nilai buruk atau bertepuk sebelah tangan.
Itu bukan tawa yang mengolok-olok. Itu adalah tawa yang pada akhirnya membuatmu geli karena sadar bahwa hidup tidak dibangun oleh peristiwa-peristiwa buruk, tetapi rangkaian komedi. Tawa itu entah bagaimana caranya membuatmu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja walau kau sedang tak baik-baik saja hari itu.
Jika teman ibarat cermin yang merefleksikan diri kita yang sebenarnya, GP Ceko 2002 adalah teman yang memberi tahu Rossi sekeras apa kepalanya itu. Barangkali kadar kekerasan kepalanya serupa dengan kepadatan aspal yang menjadi arena tempat kuda-kuda besi berpacu.
Pebalap Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi. Foto: twitter/yamahamotogp
Baginya, kalau penyesalan akibat kekalahan di satu seri bisa sekelebat saja, buat apa dirawat sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Lagi pula kalau bicara soal tua, Rossi sudah menua sejak--katakanlah--lima tahun lalu.
"Saya sama tidak berpikir untuk menyerah atau saya tidak fokus lagi. Saya juga bukan orang yang tidak kekurangan motivasi untuk melakoni balapan setiap akhir pekan," jelas Rossi.
Minggu, 4 Agustus 2019, Rossi akan kembali berpacu di atas Sirkuit Automotodrom Brno, Republik Ceko. Entah apa yang akan terjadi padanya di sana. Yang pasti, ingatan tentang teman masa kecil itu akan membuat Rossi bertahan dalam bentuk aslinya meski lawan melaju kencang, sekalipun ia terjatuh lagi di atas lintasan.