I Promise School: Dari LeBron James untuk Amerika yang Lebih Hebat

7 Agustus 2018 9:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LeBron James dalam sebuah pertandingan NBA menghadapi Boston Celtics. (Foto: USA Today Sports)
zoom-in-whitePerbesar
LeBron James dalam sebuah pertandingan NBA menghadapi Boston Celtics. (Foto: USA Today Sports)
ADVERTISEMENT
Demokrasi baru akan mewujud dalam definisinya yang utuh ketika rakyat memiliki kebebasan dan akses untuk mengata-ngatai penguasa semena-mena. Karl-Anthony Towns tahu itu dan dia sudah mempraktikkannya.
ADVERTISEMENT
"Sebentar," tulis pebasket Minnesota Timbewolves itu lewat akun Twitter-nya, Sabtu (4/8/2018) lalu. "Air di Flint, Michigan, masih kotor tetapi kau justru mempermasalahkan sebuah wawancara tentang seorang pria yang berbuat kebajikan untuk pendidikan anak-anak di kampung halamannya? Banyak bacot! Tangan tuh buat kerja, jangan cuma buat Twitter-an."
Towns, seperti halnya puluhan juta rakyat Amerika Serikat lainnya, geram. Donald Trump sudah menjadi presiden selama lebih dari setahun, tetapi pengusaha real estate yang pernah bangkrut enam kali itu masih belum juga tahu caranya jadi pemimpin yang baik dan benar.
Namun, mengharapkan Trump menjadi pemimpin yang baik memang sesuatu yang sia-sia. Sedari awal pun seharusnya pria 72 tahun ini tidak pernah terpilih menjadi presiden. Kendati punya slogan 'Make America Great Again' dalam kampanye presidensialnya, Trump sama sekali tidak pernah melakukan apa pun untuk membuat Amerika menjadi hebat.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, Trump justru secara konstan menyerang dan menghabisi hal-hal yang membuat Amerika menjadi hebat, seperti kebebasan pers, kesetaraan untuk semua golongan, layanan kesehatan dari pemerintah, sampai patriotisme. Semua itu dia lakukan untuk melanggengkan nafsu berkuasa kaum konservatif yang merasa terancam oleh kebenaran.
Seiring berjalannya waktu, dosa-dosa Trump terus bertambah. Pada Juli lalu, misalnya, dalam Pertemuan Helsinki dengan Vladimir Putin yang disiarkan secara langsung, Trump melakukan pengkhianatan terhadap negaranya sendiri. Ketika itu, dia memilih untuk membela Rusia seraya menyerang Biro Investigasi Federal (FBI) yang tengah menyelidiki intervensi Negeri Beruang Merah dalam Pemilu Presiden Amerika 2016.
Kemudian, pada Sabtu (4/8) itu, Trump melakukan dosa yang membuat Towns kehilangan kesabaran. Lewat akun Twitter-nya yang diikuti 53,5 juta manusia itu, Trump menyerang dua orang sekaligus: Don Lemon dan LeBron James.
ADVERTISEMENT
"LeBron James baru saja diwawancarai oleh orang paling bodoh di televisi, Don Lemon. Dia berhasil membuat LeBron terlihat pandai dan itu bukan hal mudah. Aku suka Mike!" tulis Trump, tanpa menjelaskan siapa 'Mike' yang dimaksud; entah Mike Pence, Mike Tyson, Mike Ness, atau Michael Jordan.
Tak ada asap kalau tidak ada api. Meski sama sekali tidak kompeten untuk menjadi presiden, Trump juga tidak bisa dibilang bodoh. Dia tidak akan berbuat sesuatu tanpa sebab dan kicauan soal James dan Lemon itu pun ada muasalnya. Yakni, inisiatif pendidikan gratis dari James yang diberi tajuk I Promise School.
Tiga hari sebelum wawancara dengan Lemon dilakukan, James merilis sebuah infografik sederhana soal I Promise School itu di akun media sosialnya. Di infografik itu tertera delapan hal yang dia janjikan untuk tiap siswa, yaitu:
ADVERTISEMENT
- Uang sekolah gratis
- Seragam gratis
- Sepeda dan helm gratis
- Transportasi gratis untuk siswa yang tinggal maksimal 2 mil (3,2 km) dari sekolah
- Sarapan, makan siang, dan kudapan gratis
- Pantry untuk anggota keluarga
- GED (semacam Paket C) dan penempatan kerja untuk orang tua siswa
- Uang kuliah gratis di University of Akron untuk semua siswa yang lulus
Bagi James, memudahkan anak-anak untuk bersekolah adalah mimpi yang sudah dia miliki bahkan ketika dia masih bersekolah. Sehari sebelum mengumumkan I Promise School ini, James menulis di akun Twitter-nya bahwa dia dulu pernah melewatkan 83 hari sekolah saat duduk di kelas empat.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa, untuk sementara ini, I Promise School dari James ini hanya diperuntukkan bagi siswa kelas tiga dan empat. Meski demikian, lewat kerja sama antara LeBron James Foundation dan Sekolah Negeri Akron (Akron Public Schools), diharapkan bahwa program ini bisa diikuti oleh siswa kelas satu sampai enam pada 2022 mendatang.
Dilansir ESPN, James saat ini telah membuka pintu lebar-lebar bagi 240 siswa kelas tiga dan empat yang berisiko tinggi untuk putus sekolah. Di sekolah ini, sebuah kurikulum khusus dirancang yayasan milik James dengan bantuan para pendidik di Akron. Para pendidik itu bersedia karena mereka sendiri sudah sering melihat siswa yang tiba-tiba menghilang dan putus sekolah.
Dari info yang terdapat di situs resmi LeBron James Foundation, para siswa ini nantinya bakal dibekali keterampilan khusus dalam hal problem-solving. Mereka juga diberi keleluasaan untuk datang lebih siang ke sekolah dan diberi libur yang lebih panjang. Hal ini dilakukan karena target program ini memang anak-anak kurang mampu yang harus melakukan banyak hal, termasuk membantu orang tua, di luar jam sekolah.
ADVERTISEMENT
James saat bersama Cavs. (Foto: Reuters/David Richards)
zoom-in-whitePerbesar
James saat bersama Cavs. (Foto: Reuters/David Richards)
Untuk merealisasikan program ini, James sudah menyumbang uang jutaan dolar dan dari sana, pebasket yang baru saja pindah ke Los Angeles Lakers ini cuma ingin satu hal: Agar para siswa itu terinspirasi dan pada akhirnya bisa memberi kembali pada komunitasnya.
Inisiatif James ini jelas mendapat pujian dari banyak orang. Michelle Obama, misalnya, berkata bahwa James adalah suri tauladan di dalam maupun di luar lapangan. Namun, mendapat pujian dari seorang Michelle, bagi James, sama sekali bukan hal mengejutkan. Yang mencengangkan adalah ketika eks penggawa Miami Heat ini dipuji oleh Melania Trump.
Ya, hanya beberapa jam setelah suaminya menyerang James secara publik, Melania justru mengeluarkan dukungan untuk inisiatif James tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tampaknya LeBron James sedang melakukan hal baik untuk generasi penerus kita seperti yang sudah basa dilakukannya. Ibu Negara meminta semua pihak berdialog untuk mencari solusi bagi masalah yang menimpa anak-anak kita," demikian bunyi pernyataan resmi dari Melania.
"Seperti yang kalian tahu, Nyonya Trump sudah menjelajahi negara ini dan negara-negara lain di dunia untuk berbicara dengan anak-anak terkait kondisi mereka, kesehatan mereka, dan pentingnya berperilaku baik di dunia maya lewat inisiatif Be Best-nya. Dia pun akan bersedia untuk berkunjung ke I Promise School di Akron," tutup pernyataan tersebut.
Melania Trump (Foto: AFP/Jim Watson)
zoom-in-whitePerbesar
Melania Trump (Foto: AFP/Jim Watson)
Entah apa maksud dari Melania ini, tetapi wanita berdarah Slovenia itu memang sudah kerap menunjukkan ketidaksukaannya kepada sang suami, meski secara subtil. Jika pernyataan Melania itu memang tulus, maka ini adalah sebuah kemenangan tersendiri bagi James, kendati dia sebetulnya tak membutuhkan kemenangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi James, kemenangan adalah ketika aktivisme yang selama ini dia lakukan bisa berbuah hasil konkret. Bagaimana anak-anak di I Promise School itu nantinya bisa menjadi manusia yang seutuhnya, bagaimana kekerasan polisi terhadap warga minoritas -- khususnya yang berkulit hitam -- bisa diminimalisir bahkan ditiadakan, dan bagaimana caranya agar Amerika versi Trump yang rasialis, paranoid, dan opresif tidak menjadi kenyataan.
Perjalanan James untuk menuju ke sana memang masih panjang. Tak jarang, dia mendapat serangan dari sana-sini karena suaranya yang lantang itu. Sebelum bermasalah dengan Trump, James sudah terlebih dahulu bermasalah dengan seorang presenter Fox News, Laura Ingraham. Oleh Ingraham, James pernah diminta untuk 'diam saja', 'mendribel bola', dan tak ikut campur urusan politik.
ADVERTISEMENT
Amerika beruntung karena James bukan orang yang bisa diperintah begitu saja. Terlebih, ketika dia merasa bahwa apa yang dilakukannya itu benar.
Oleh karena itu, Ingraham menggonggong, James berlalu. Pada akhirnya, James memang tetap mendribel bola, tetapi dia tidak pernah mau tutup mulut, apalagi berpangku tangan. Berkat kekeraskepalaan James inilah I Promise School akhirnya lahir dan berkat keberanian pria 33 tahun ini mengacungkan jari tengah kepada Presiden Trump, Amerika akhirnya punya kesempatan untuk menjadi hebat kembali.