Kala Media Sosial Jadi Bagian Penting Sepak Bola Modern

17 Januari 2017 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Paul Pogba. (Foto: Richard Heathcote/Getty Images)
Media sosial dan (pe)sepak bola modern adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan kini. “Ini sudah jadi bagian dari permainan,” ujar Zlatan Ibrahimovic.
ADVERTISEMENT
Ingat bagaimana Ibrahimovic mengumumkan kepindahannya ke Manchester United? Ya, tepat sekali. Ia mengumumkannya via akun Twitter pribadinya, @Ibra_official.
“Saatnya dunia tahu. Pelabuhan saya selanjutnya adalah Manchester United,” tulis Ibra pada 30 Juni tahun lalu dengan disertai logo United di cuitannya tersebut.
Bagi sebagian besar orang di Twitter, ini terbilang menggelikan. Sebab, bagaimana mungkin seorang pemain bisa dengan leluasanya mengumumkan kepindahannya lewat Twitter, sementara klubnya sendiri belum mengumumkan apa-apa.
Kontan, tindakan Ibrahimovic itu mengundang candaan: “Bukan United yang mengumumkan Zlatan, tapi Zlatan-lah yang mengumumkan United.”
Ini mirip-mirip dengan ketika Eden Hazard mengumumkan tim mana yang akan ia bela mulai musim 2012/2013. Kala itu, Hazard —yang sebelumnya berseragam Lille— dikabarkan diincar oleh banyak klub, termasuk raksasa-raksasa Premier League seperti United, Manchester City, dan Chelsea.
ADVERTISEMENT
Tapi, Hazard memilih Chelsea. Lewat Twitter-nya, gelandang asal Belgia itu mengumumkan bahwa ia akan bergabung dengan “Juara Eropa”. Tentu saja yang dimaksud adalah The Blues, sebab mereka baru saja menjuarai Liga Champions pada 2012.
Di sisi lain, media sosial juga bisa menunjukkan wajah buruk rupanya. Tidak jarang seorang pemain sampai menutup akunnya karena kelewat sering mendapatkan ejekan dan cercaan di media sosial.
Tidak percaya? Tanya saja Darron Gibson dan Tom Cleverley yang kini akun Twitter-nya sudah almarhum.
Tidak jarang pula media sosial berubah menjadi alat untuk memantau informasi yang berkembang di dunia sepak bola. Mulai dari rumor transfer, kabar terakhir bahwa seorang pemain fit atau tidak untuk bermain, semua bisa beredar hanya dalam hitungan jam.
ADVERTISEMENT
Lewat media sosial juga pendukung bisa merasa lebih dekat dengan pemain-pemainnya. Tak jarang, si pemain akan mengunggah (lewat video atau foto) kegiatan sehari-hari mereka, baik ketika santai ataupun setelah latihan, untuk “dinikmati” oleh para penggemarnya.
Batas, yang biasanya selama ini ada, kini menjadi samar-samar. Mereka yang berada di, katakanlah, Jakarta, bisa mengirim selamat kepada Harry Kane setelah ia meraih kemenangan di London.
Maka, jangan heran juga jika banyak klub Eropa kini sudah memiliki akun-akun media sosial berbahasa Indonesia. Ambil contoh @Spurs_ID, akun resmi Tottenham Hotspur berbahasa Indonesia, yang cukup rajin berkomentar dan membalas cuitan para follower-nya.
Tidak mengherankan juga jika akhirnya media sosial digunakan untuk mempromosikan suatu hal. Mulai dari kostum baru tim, sepatu baru atau sepatu khusus seorang pemain, hingga hal yang paling absurd: emoji.
ADVERTISEMENT
Ya, emoji.
Masih (teramat) segar di ingatan bagaimana Twitter menghadiahi Paul Pogba sebuah emoji. Kini, jika Anda mencuitkan “#Pogba” di akun Twitter Anda, akan muncul miniatur wajah gelandang asal Prancis itu yang sedang menghadap ke samping.
Rambut baru Paul Pogba (Foto: Twitter/ @paulpogba)
Sontak, keputusan Twitter tersebut mengundang banyak candaan lain. Ramai-ramai, para Twitterati membuat emoji personal lain. Contoh: mengetik nama #Costa lalu disertai emoji uang, mengetik nama #Ibrahimovic disertai emoji hidung besar, atau mengetik nama #Gerrard disertai emoji kulit pisang.
Pada akhirnya, ketika Pogba bermain buruk saat menghadapi Liverpool, candaan berubah menjadi olok-olok. Pogba dianggap hanya menang gaya, tapi jeblok di lapangan. Padahal, kenyataannya tidak begitu juga. Sebab, dalam 20 laga bersama United, ia sudah mencetak 4 gol dan menyumbang 3 assist. Ia juga sudah mengkreasikan 37 peluang, yang mana menjadikannya kreator peluang terbanyak untuk “Setan Merah” sejauh ini.
ADVERTISEMENT
Perkara olok-olok di dunia maya, kata Ibrahimovic, Pogba harus bisa menghadapinya.
“Saya pikir, Paul juga menyukai tekanan. Sebab, tanpa tekanan, kami tidak akan bisa sampai seperti sekarang ini,” ucap striker asal Swedia tersebut di BBC.
"Jika ingin terus berada di atas, tekanan itu akan selalu ada 24 jam. Jika Anda tampil bagus, tekanan itu akan semakin besar.”