Kembalinya 'Tangan Besi' Richard Mainaky

3 Oktober 2019 16:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih bulu tangkis ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky, saat ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih bulu tangkis ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky, saat ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur. Foto: Aditia Rizki Nugraha/kumparan
ADVERTISEMENT
Richard Mainaky tak ingin lagi mengalah kepada para atlet binaannya di Pelatnas PBSI. Adalah prestasi ganda campuran yang merosot sebagai alasan di balik keputusannya kembali menjadi pelatih berjuluk 'Si Tangan Besi'.
ADVERTISEMENT
Selain 'Tangan Besi', dulu Richard dikenal dengan sebutan 'Si Raja Tega' di Pelatnas Cipayung. Julukan itu diberikan karena pria asal Ternate itu terkenal keras dan tak segan memberikan latihan-latihan berat kepada para pemain.
Dengan pendekatan melatih seperti itu, ganda campuran Indonesia terbukti kerap menjadi andalan. Selama lebih dari dua dekade lamanya di PBSI, pasangan seperti Tri Kusharjanto/Minarti Timur, Flandy Limpele/Vita Marissa muncul sebagai produk tempaan Richard.
Selesai sampai di situ? Tentu tidak. Regenerasi berlanjut dengan kehadiran Nova Widianto/Liliyana Natsir. Saat Nova pensiun, Liliyana dipasangkan dengan Tontowi Ahmad yang melahirkan emas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
Ganda campuran Indonesia, Owi/Butet. Foto: kumparan/Fanny Kusumawardhani
Ketika Tontowi/Liliyana memasuki usia senja, Praveen Jordan/Debby Susanto muncul sebagai pelapis yang mulai sepadan. Praveen/Debby sempat mengunci gelar All England 2016 yang sekaligus menyelamatkan wajah Indonesia di turnamen bulu tangkis tertua itu.
ADVERTISEMENT
Ketika Debby dan Liliyana memutuskan pensiun, Richard tak kehabisan akal dalam merombak pasangan. Praveen dipasangkan dengan Melati Daeva Oktaviani, sementara Tontowi ditugaskan membimbing pemain muda, Winny Oktavina Kandow.
Namun, kepergian Debby dan Butet-sapaan akrab Liliyana--nyatanya menghadirkan episode berbeda buat Richard di pelatnas. Ia tak lagi sekeras dan setegas seperti saat menempa angkatan Nova, Minarti, Liliyana, hingga Debby.
Penghuni sektor ganda campuran saat ini, Praveen/Melati, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle, Winny, hingga Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, diakui Richard mendapat perlakuan lebih halus saat menjalani program latihan.
Aksi pebulu tangkis Ganda campuran Indonesia Rinov Rivaldy/Pitha Mentari di Korea Terbuka 2019. Foto: Dok. PBSI
Hasilnya ternyata jauh dari memuaskan. Sepanjang 2019 berjalan, tak ada satu pun gelar juara yang bisa dipersembahkan oleh sektor ganda campuran. Hafiz/Faizal dan Praveen/Melati yang ada di peringkat 10 besar dunia bahkan menurun prestasinya belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai pelatih, Richard tak mau dianggap gagal, terlebih reputasinya memang mentereng dalam menciptakan atlet berprestasi. Atas dasar krisis yang sedang terjadi ini, ia menegaskan bakal kembali menjadi Richard 'Si Tangan Besi'.
"Setelah era Butet ke bawah, ganda campuran belum punya seorang atlet yang bertanggung jawab kepada diri sendiri. Saya anggap faktor ini yang menjadi batu sandungan untuk mereka menjadi pemain level atas," kata Richard saat ditemui di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2019).
Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja saat pertandingan Blibli Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Rabu (17/7), Rabu (17/7). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
"Saya sama Nova (asisten Richard) sudah berulang kali berbicara sampai mulut berbusa, sudah berulang kali. Artinya 'kan kalau di zaman Butet, atlet yang ikut alur saya. Kalau sekarang, saya yang mengikuti alur mereka, tetapi apa hasilnya? Jadi, terpaksa saya harus mengembalikan alurnya lagi," tuturnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Perubahan zaman diakui Richard membuatnya sempat mengubah gaya pendekatan. Akan tetapi, aspek non-teknis dari para pemain seperti kedisiplinan membuat saudara kandung Riony Mainaky ini kudu mengambil keputusan tegas.
Mengikuti aturan pelatih atau keluar dari pelatnas? Begitu kata Richard dengan nada tegas.
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Praveen Jordan (kiri) dan Melati Daeva Oktavianti (kanan) mengembalikan kok pada babak penyisihan grup 1B Piala Sudirman 2019 di Guangxi Sports Center Gymnasium, Nanning, China, Minggu (19/5). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
"Kami sudah mencoba mengikuti perkembangan zaman, tetapi tidak ada hasil yang baik, malah merosot. Jadi, saya kasih pilihan kepada mereka mau bagaimana. Anak-anak setuju bahwa Senin-Sabtu tidak boleh keluar (pelatnas), termasuk Rabu saat latihan setengah hari, tidak boleh keluar."
"Saya tegaskan juga untuk mengikuti aturan saya. Kalau tidak mau, saya tidak akan memberikan (surat peringatan) SP1 lagi, tetapi langsung SP3. Bisa juga dikeluarkan. Tinggal PBSI pilih, atlet atau saya yang keluar karena saya sebagai pelatih malu, dong, nanti dikiranya saya sama Nova tidak bisa melatih," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang kelihatan malas saat latihan, langsung saya keluarkan dari lapangan. Karena sudah cukup lama saya mengikuti alur mereka, tetapi hasilnya malah makin menurun. Dulu saya sering melakukan itu," jelas pria berusia 54 tahun itu.
Praveen Jordan bersama Debby Susanto Foto: ANTARA FOTO/Handout/Humas PBSI
Meski sudah mulai melakukan pendekatan yang diubah kepada Praveen dan kolega, Richard tak mau sesumbar keputusannya bakal langsung membuahkan hasil apik pada turnamen teraktual di Denmark Terbuka 2019, 15-20 Oktober.
Alih-alih berbicara tentang target, para penggawa ganda campuran Indonesia diharapkan bisa membuktikan komitmen berbenah diri dengan menjalani program latihan dari Richard yang kembali menjadi 'Si Tangan Besi'.
"Kalau target paling tidak mereka harus mengejar paling sedikit semifinal karena untuk mengamankan poin ke Olimpiade 2020. Kita jangan dulu berbicara target, tetapi melihat progres latihan dulu seperti apa," pungkas Richard.
ADVERTISEMENT