Pesan Christian Hadinata untuk Fajar/Rian: Tirulah Marcus/Kevin

26 November 2018 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamujo juara di Fuzhou China Terbuka 2018 BWF Super 750. (Foto: Dok. PBSI)
zoom-in-whitePerbesar
Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamujo juara di Fuzhou China Terbuka 2018 BWF Super 750. (Foto: Dok. PBSI)
ADVERTISEMENT
Pada 1972, jauh sebelum Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo juara All England 2017, Christian Hadinata bersama Ade Chandra sudah merasakan kemenangan itu sekaligus mencatatkan sejarah sebagai ganda putra pertama Indonesia yang juara di All England.
ADVERTISEMENT
Kini, tongkat estafet kejayaan sektor ganda putra Tanah Air memang telah diterima Marcus/Kevin, tetapi Koh Chris —panggilan akrab Christian Hadinata— tetap setia mengawal perkembangan sektor yang dulu membuat namanya dipuja. Komentar pun diberikannya untuk 'Minions' —julukan Marcus/Kevin— yang baru mencetak rekor gelar.
Musim 2018, ganda putra terbaik Indonesia juga dunia ini telah menyegel delapan gelar turnamen BWF dan satu gelar dari Asian Games nomor perorangan. Totalnya: sembilan gelar, rekor terbanyak yang pernah dibukukan sektor ganda putra. Marcus/Kevin memecahkan rekor mereka sendiri pada 2017 dengan tujuh gelar BWF.
"Sangat besar kemungkinan mereka menambah gelar di World Tour Finals Desember nanti. Saya melihat, sih, sejauh mereka dalam kondisi baik, dalam arti tidak cedera, rasanya sulit dikalahkan. Semoga gelar ke-10 segera didapat," kata Koh Chris kepada kumparanSPORT.
ADVERTISEMENT
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata. (Foto: kumparan/Karina Nur Shabrina)
zoom-in-whitePerbesar
Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata. (Foto: kumparan/Karina Nur Shabrina)
Optimisme sekaligus pujian tak langsung itu ditujukan Koh Chris kepada Marcus/Kevin yang bakal melakoni rangkaian pemungkas tur BWF bertajuk World Tour Finals di Guangzhou, China, pada 12-16 Desember 2018. Dengan pencapaian paripurnanya, 'Minions' bakal tampil sebagai unggulan pertama.
Bagi Koh Chris, satu kelebihan Marcus/Kevin yang tidak dimiliki rekan sesama atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) lain —terlepas dari ganda kawakan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang juga masih aktif saat ini— adalah kekuatan mental. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto sebagai ganda kedua belum memiliki hal itu.
"Mereka (Marcus/Kevin) ini memang unik karena menganggap setiap pertandingan bukan sebagai beban. Di lapangan tidak ada tekanan. Biasanya pemain ketika dapat gelar itu, tekanan untuk menambah gelar justru menjadi penghambat. Memang ada pemain diberi tekanan makin grogi," paparnya.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir Fajar/Rian harus tiru Marcus/Kevin, lebih cuek saja mainnya. Tapi dengan umur yang bertambah, kekurangan Fajar/Rian bisa dipoles dengan pengalaman. Melihat karakter mereka berdua, tinggal fokus dan menetralkan tekanan. Tinggal pola pikir harus seperti Marcus/Kevin, kalau bermain cuek aja," pesan Koh Chris.
Melihat pelatnas PBSI saat ini, legenda asal Purwokerto ini pun sangat yakin bahwa perkara teknis bukan lagi kendala bagi para pebulu tangkis andalan 'Merah-Putih', khususnya Marcus/Kevin yang dengan mudah memborong habis trofi di berbagai turnamen.
Penampilan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto di perempat final Hong Kong Terbuka 2018. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto di perempat final Hong Kong Terbuka 2018. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Kendala itu non-teknisnya, setiap atlet harus bisa mengatasi mentalnya. Paling susah itu begitu menjuarai satu turnamen besar, berikutnya ada ketakutan, ketegangan, karena dituntut juara lagi. Umumnya, cukup banyak pemain yang belum bisa mengatasi faktor mental," katanya.
ADVERTISEMENT
Maka, selain mental, ada satu tantangan lagi bagi pemain: fokus. Kali ini, Koh Chris mengambil contoh dari penampilan dua tunggal putra, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, yang pamornya sama-sama melejit lewat Asian Games 2018 di Indonesia. Agustus lalu, Jojo berhasil merengkuh emas, tapi Anthony pun mencuri hati publik dengan perjuangannya kala jatuh-bangun di nomor beregu.
Setelah pesta olahraga terbesar se-Asia itu, performa Jojo menurun. Malah, kurang dari satu bulan setelahnya, dia keok di babak pertama Jepang Terbuka. Cap spesialis multiajang semakin melekat kepada Jojo yang di SEA Games 2017 juga meraih emas. Sementara, Anthony bisa membuktikan diri setelah Asian Games dengan menjuarai China Terbuka, turnamen Super 1000 selevel All England dan Indonesia Open.
ADVERTISEMENT
"Pemain sekarang memang lebih berat dari segi fokus dan konsentrasi. Semakin top dan sering juara, tekanan makin besar. Latihan juga tidak boleh menurun. Kompetisi dengan negara lain juga semakin ketat seperti balapan lari, semua saling mengejar," jelas Koh Chris.
Penampilan Jonatan Christie di perempat final Hong Kong Terbuka 2018. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Jonatan Christie di perempat final Hong Kong Terbuka 2018. (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
"Jojo setelah emas Asian Games banyak kegiatan di luar bulu tangkis, jadi kuantitas dan kualitas latihan turun. Ginting kebalikan, hanya perunggu di Asian Games, lalu saya rasa motivasi dia meningkat. Ingin membuktikan dia juga bisa berprestasi. Dia juga tidak terganggu kegiatan, jadi bisa menjalankan program latihan dengan penuh," sambungnya.
Well, setelah euforia Asian Games, kedua tunggal bertemu satu sama lain di dua turnamen. Hasilnya, Anthony menang di Fuzhou China Terbuka, sementara Jojo gantian mengalahkan Anthony di Hong Kong Terbuka pertengahan November lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam perebutan tempat ke World Tour Finals, Anthony yang mengalahkan Jojo. Di Guangzhou, Anthony dan tunggal nonpelatnas, Tommy Sugiarto, mengisi dua tempat tersedia bagi Indonesia.
"Ginting peluangnya bagus, anaknya fokus, konsen, dan di zaman yang banyak godaan, dia disiplin dan tidak neko-neko. Karakternya baik, waktu main pun kelihatan," ujar Koh Chris mengakhiri.