Saat Para Legenda Bulu Tangkis Reuni Dadakan di Kudus

29 April 2019 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perayaan HUT PB Djarum ke-50 di GOR Djarum, Jati, Kudus, Minggu (28/4). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan HUT PB Djarum ke-50 di GOR Djarum, Jati, Kudus, Minggu (28/4). Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
ADVERTISEMENT
Kudus. Bagi dunia bulu tangkis, kabupaten yang terletak di tengah Jawa ini adalah wilayah yang sakral. Kecil, tapi punya sejuta sejarah.
ADVERTISEMENT
Ya, dari sebuah barak (tempat melinting rokok) di Jalan Bitingan Lama No. 35, lahirlah PB Djarum pada 1969 yang diprakarsai oleh Robert Budi Hartono. Pada 28 April 2019, PB Djarum genap berusia 50 tahun.
Selama hampir setengah abad itu, PB Djarum menjelma jadi klub dengan sistem terbaik di Tanah Air dan menjadi salah satu andalan Indonesia di pentas dunia.
Dari 1969, perjalanan emas PB Djarum dimulai oleh seorang Liem Swie King hingga pada 2019 semua mengenal nama Kevin Sanjaya Sukamuljo sebagai bintang klub. Selain King, PB Djarum juga menelurkan beberapa sosok legendaris seperti Christian Hadinata, Alan Budi Kusuma, Hariyanto Arbi, hingga Hendrawan.
Hall of Fame PB Djarum Kudus. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Momen HUT PB Djarum ke-50 di Kudus, Jawa Tengah, pun menjadi lebih manis karena mereka. Sosok-sosok legendaris itu hadir di Kudus untuk merayakan hari jadi klub yang membesarkan nama mereka sekaligus mencuri momen reuni dadakan.
ADVERTISEMENT
"Kenangannya banyak sama teman-teman seperjuangan, dulu waktu masih berjuang 'kan kami tidak mikir apa-apa, hanya bulu tangkis. Intinya sih senang," ucap Hariyanto Arbi yang juga merupakan putra Kudus.
"Kebetulan orang tua saya juga kerja di Djarum. Saya salutnya meski sudah 50 tahun, masih sama kekeluargaannya," imbuh pemain berjuluk 'Smash 100 Watt' ini.
Lain Arbi, lain Alan Budi Kusuma. Peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona ini bukan orang asli Kudus, tetapi selalu ada yang dirindukan tiap kali menjejak tanah Kudus, yakni asrama PB Djarum lama.
"Dulu belum ada bangunan yang sekarang. Asrama Djarum dulu di Kaliputu. Dan saya senang bisa ketemu teman-teman semua (di HUT PB Djarum), apalagi saya sudah berhenti dari 1998, lebih dari 20 tahun," kata Alan.
ADVERTISEMENT
"Nostalgia dengan teman (mengobrol) yang lucu lucu, ngomongin waktu di asrama dulu bagaimana. (Topik) yang ringan-ringan saja, karena ada yang sudah tidak (bergerak) di dunia bulu tangkis," ucap pemilik Alan Susy Technology (Astec) ini.
Alan sendiri hadir bersama sang istri, Susy Susanti, dan keduanya dikenal sebagai pasangan peraih emas Olimpiade 1992. Bagi Susy, yang merupakan binaan Jaya Raya Jakarta, kehadirannya adalah sebagai "menantu" PB Djarum juga sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI.
Alan Budi Kusuma, mantan atlet PB Djarum peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
"Djarum tidak asing bagi saya, dulu sempat ikut audisinya. Karena pertimbangan orang tua, jauh (di Kudus), jadi saya di jakarta. Tapi (sekarang) dalam setiap kegiatan Djarum saya ikut diundang, termasuk saat audisi, Alan tidak bisa, saya yang mewakili. Hubungan saya dan Djarum cukup baik, kekeluargaannya," kata Susy.
ADVERTISEMENT
Bagi Fung Permadi, keseruan rangkaian perayaan HUT PB Djarum ke-50 juga momen berkumpulnya mantan atlet dari berbagai generasi. Kalau Fung, topik obrolan yang tak boleh ditinggalkan adalah makanan khas Kudus.
"Untuk kami yang pernah di Kudus biasanya (bahas) makanan. Cukup khas, dulu saya sukanya sate kerbau, soto kerbau, pindang, opor, garang asem. Tapi, sekarang saya tidak boleh makan daging dan mengurangi karbohidrat," kata Fung.
"Seperti kembali ke masa lalu, ya. Tahun 1983 saya di asrama, keadaan sekarang berubah. Jarang ada kesempatan bisa berkumpul seperti ini. Dari dulu Djarum mengedepankan prinsip kekeluargaan. PB Djarum juga inisiatif mengumpulkan para legenda," tutupnya.
Hendrawan, mantan atlet tunggal putra PB Djarum, di acara HUT PB Djarum ke-50 di Kudus, Jawa Tengah. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Di antara kerumunan para legenda itu, ada juga 'tamu' dari Malaysia, Hendrawan, tunggal putra PB Djarum era 90-an yang kini menjabat pelatih Lee Chong Wei di skuat nasional Malaysia.
ADVERTISEMENT
"Pasti senang bisa berkumpul karena jarang ketemu. Acara seperti ini dulu pada 2006, saat GOR Djarum baru dibuka, sudah 13 tahun lalu. Saya harap nanti bisa bertemu lagi," kata Hendrawan.
"Ada juga sesi latihan bersama, kebetulan di GOR lama, itu memori terbawa. Bertemu pelatih saya yang lama juga membangkitkan kenangan, lalu bertemu mantan pemain, semua bikin senang," imbuhnya.
Pemain legendaris PB Djarum, Christian Hadinata, di acara HUT PB Djarum ke-50 di Kudus, Jawa Tengah. Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan
Terakhir, ada legenda dari para legenda yang bicara. Meski senang bisa berkumpul dengan para pemain PB Djarum, Christian Hadinata mengaku tidak punya teman seangkatan. "Saya yang paling senior, ya," kata pria yang akrab disapa Koh Chris itu terkekeh.
"Kalau momen berkumpul dengan para mantan atlet begini kadang sampai pangling karena lama tidak bertemu. Kali ini hampir seluruhnya bisa datang kecuali yang sakit. Jadi ini momen luar biasa, kami bisa berkumpul di hari yang istimewa," ujar sosok kelahiran 11 Desember 1949 ini.
ADVERTISEMENT
"Paling utama bagi saya faktor kekeluargaannya yang luar biasa. Ambil contoh, Hendrawan dari Malaysia datang sama keluarganya. PB Djarum memang sangat erat dan kental, meski bukan jadi anggota PB Djarum, para alumni tetap kompak," kata Koh Chris mengakhiri.