Afishetu Yakubu, Perempuan Inspiratif Pembuat Shea Butter di Ghana

8 Maret 2019 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Afishetu Yakubu, pembuat shea butter di Tamale, Ghana yang bekerjasama dalam program Community Trade dengan The Body Shop. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International
zoom-in-whitePerbesar
Afishetu Yakubu, pembuat shea butter di Tamale, Ghana yang bekerjasama dalam program Community Trade dengan The Body Shop. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International
“Saya ingin jadi ahli nutrisi karena saya sangat peduli dan sangat senang dengan anak-anak. Jika saya melihat seorang anak kecil sakit, saya akan merasa sangat sedih. Karena jika ia sakit dan kemudian meninggal, kita akan kehilangan masa depan, mungkin saja anak tersebut bisa tumbuh menjadi seorang presiden.”
ADVERTISEMENT
Dengan suara mantan dan keyakinan yang tinggi, Afishetu Yakubu mengungkapkan keinginan dan alasannya mengapa ia ingin menjadi seorang ahli nutrisi.
Afishetu Yakubu, 48, adalah salah satu perempuan pembuat shea butter, bahan dari Afrika yang digunakan dalam banyak produk kecantikan dan makanan.
kumparan bertemu Afishetu di desanya, Desa Mbanayili yang terletak di daerah Tamale, 1 jam perjalanan pesawat terbang dari Accra, ibukota Ghana, Afrika Barat.
Di usianya yang menjelang kepala lima, Afishetu tampak masih muda dan kuat. Padahal ia sudah pernah melahirkan 9 anak dan bahkan sudah memiliki dua orang cucu dari putri pertamanya yang berusia 31 tahun.
Jika dihitung dari usia anaknya, maka Afishetu pertama kali melahirkan di usia 17 tahun. Ia bercerita pernah kehilangan salah satu bayinya karena pendarahan. Waktu itu, belum ada pusat kesehatan yang bisa menangani perempuan yang melahirkan dengan kondisi komplikasi. Jauhnya rumah sakit dari desanya membuat penanganan terhadap bayi Afishetu terlambat sehingga akhirnya meninggal.
ADVERTISEMENT
Inilah yang membuat Afishetu dan banyak perempuan lain di desanya merasakan pentingnya memiliki klinik kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Dan sekarang hal itu telah terwujud, berkat kerja keras Afishetu dan perempuan-perempuan di desa mereka.
Bersama sekitar 640 perempuan lainnya dari Mbanayili dan sekitarnya, Afishetu tergabung dalam perkumpulan Tungteiya Womens' Association. Tungteiya Womens' Association yang didirikan Madam Fati Paul, tokoh pemimpin perempuan berusia 70an dari Tamale, Ghana ini merupakan koperasi yang membantu perempuan anggota untuk menjalankan bisnis mereka membuat shea butter.
Perempuan anggota Tungteiya Women's Shea Butter Association di Tamale, Ghana-Afrika Barat. Foto: Dok. Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Shea butter adalah sejenis lemak dengan tekstur seperti mentega yang diekstrak dari kacang shea yang tumbuh di banyak daerah Afrika. Shea butter diproses dan digunakan dalam industri makanan dan industri kecantikan dan banyak di ekspor ke negara Eropa dan korporasi besar, salah satunya The Body Shop.
ADVERTISEMENT
Shea butter bisa dibilang sebagai mata pencaharian utama jutaan perempuan di bagian barat Afrika. Tidak hanya di Ghana, namun juga di 20 negara Afrika lainnya seperti Burkina Faso, Kamerun, Ethiopia, Kenya, Nigeria, Sudan dan Mali.
Tetapi dibanding jutaan perempuan Afrika lainnya, Afishetu dan rekan-rekannnya dapat menikmati hasil yang lebih baik dari shea butter mereka. Berkat kerjasama community trade dengan The Body Shop sebagai pembeli utama mereka, Afishetu mendapat pemasukan yang pasti dari setiap kilogram shea butter yang mereka buat.
“Dulu mereka harus membawa 25 kilogram shea butter di atas kepala mereka sambil berjalan ke pasar. Sekarang, mereka sudah bisa menjualnya, langsung dari pintu rumah mereka,” ujar Madam Fati Paul yang sudah mendedikasikan hidupnya selama puluhan tahun untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan di bagian barat Ghana. kumparan juga bertemu Madam Fati Paul dalam kesempatan yang sama, ketika kami berkunjung ke Tamale January lalu atas undangan The Body Shop.
Seorang anak perempuan sedang berjalan di Desa Mbanayili, Tamale, Ghana. Foto: Fitria Sofyani/ kumparan
Community Trade antara The Body Shop dengan Tungteiya Women’s Association di Ghana dimulai pada 1994. Dua tahun sebelumnya, pendiri The Body Shop, Dame Anita Roddick sedang melakukan perjalanan ke Ghana untuk sebuah film dokumenter. Di sana ia bertemu dengan Madam Fati Paul yang mengenalkannya kepada perempuan pembuat shea butter. Anita, yang telah berkomitmen terhadap bisnis yang memberdayakan komunitas sejak ia mendirikan The Body Shop, langsung melihat potensi dalam apa yang dikerjakan para perempuan tersebut. Tidak hanya potensi terhadap sebuah produk kecantikan, namun juga potensi besar untuk memperbaiki kehidupan perempuan dan komunitas di desa mereka.
ADVERTISEMENT
Community trade antara The Body Shop dengan Tungteiya Womens' Association dimulai dengan pesanan 5 ton shea butter yang dibuat dengan proses tradisional menggunakan tangan oleh setiap perempuan anggota asosiasi.
Selang 25 tahun hingga tahun 2019 ini, jumlah anggota asosiasi telah bertambah lebih dari 10 kali lipat, dan pesanan shea butter dari The Body Shop meningkat 100 kali lipat menjadi sekitar 450 ton per tahun.
Proses pembuatan Shea Butter di pusat pengolahan Tungteiya Women's Association di Tamale, Ghana. Foto: Fitria Sofyani/kumparan
Meski sudah ada mesin yang dapat membantu proses pengolahan shea butter, para perempuan pembuat shea butter di Ghana lebih memilih mengerjakannya dengan tangan.
Menurut mereka, proses pembuatan shea butter dengan tangan akan menghasilkan kualitas yang lebih baik. Agar dapat memenuhi standar kualitas internasional dan bersaing dengan shea butter lainnya, The Body Shop juga melatih para perempuan Tungteiya mulai dari memilih kacang shea yang berkualitas hingga teknik lainnya yang memungkinkan mereka menghasilkan shea butter dengan kualitas terbaik.
ADVERTISEMENT
Shea butter buatan Afishetu dan rekan-rekannya ini dapat ditemukan dalam sekitar 19 jenis produk The Body Shop dalam kategori shea range, mulai dari body butter, shower gel, sabun batang, lip balm, sampo, kondisioner dan masker rambut, dan juga terdapat dalam puluhan produk The Body Shop lainnya.
Rangkaian produk Shea Butter dari The Body Shop. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Shea butter bermakna kehidupan bagi perempuan Afrika
Seperti perempuan lain di desanya, membuat shea butter sudah menjadi bagian penting kehidupan Afishetu. Perempuan Afrika menurunkan ilmu mereka dalam membuat shea butter kepada putri-putri mereka. “Saya mulai membuat shea butter dari muda, dan ketika berusia 22 tahun saya bergabung dengan Tungteiya,” cerita Afishetu.
Kami duduk di sebuah pohon yang rindang di tengah alun-alun desa mereka. Puluhan perempuan lainnya sedang sibuk berdansa dan menari untuk merayakan kunjungan kami ke desa mereka, tapi Afishetu sangat bersemangat untuk menceritakan perjalanan hidup dan aspirasinya, sehingga tari dan dansa untuk sementara terlupakan olehnya.
Afishetu Yakubu, pembuat Shea Butter anggota Tungteiya Women's Association di Tamale, Ghana. Foto: Dok. Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Untuk membuat shea butter, biasanya Afishetu membutuhkan waktu 2 hari, dengan menjalani 18 proses yang hampir semuanya dikerjakan dengan tangan. Ia biasa membeli stok kacang shea dari perempuan pengumpul. Ada sekitar 11.000 perempuan di Ghana yang bekerja mengumpulkan buah shea.
ADVERTISEMENT
Setelah membeli kacang shea, Afishetu akan memulai rutinitasnya mengolah kacang shea. “Pada hari untuk produksi shea, saya akan bangun lebih pagi. Saya membersihkan rumah, menyiapkan makanan, bekerja di pusat kesehatan dan kemudian baru pergi ke pusat pembuatan shea. Saya akan mencuci kacang saya, lalu mengeringkannya, memanggangnya, dan kemudian pulang ke rumah,” ceritanya
Di hari kedua, kacang shea yang sudah dipanggang mulai digiling menggunakan alat yang tersedia di pusat. Menurut Madam Fati, dulu sebelum ada mesin penghancur dan penggiling, mereka harus memecahkan kacang shea satu persatu. Proses ini terus berlanjut sampai proses mengaduk shea yang membutuhkan kekuatan tangan, hingga lemak yang diharapkan dapat terbentuk.
Perempuan pembuat shea butter di komunitas Tungteiya Women's Association, Tamale, Ghana. Foto: Dok. Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Seperti tangan-tangan perempuan Tungteiya yang sangat kuat dalam membuat shea butter, bagi Afishetu, shea butter adalah sumber kekuatan yang mengangkat kehidupannya hingga jauh lebih baik dari dulu.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat senag menjawab pertanyaan Anda,” ujar Afishetu ketika saya bertanya apa dampak yang ia rasakan dari bisnis yang ia lakukan dengan The Body Shop.
“Dulu saya tak bisa bahasa Inggris. Saya tidak berani bicara di depan orang banyak, dan bahkan untuk mengirim anak saya ke sekolah, sangatlah sulit. Untuk punya baju bagus seperti ini sangat lah sulit dan saya bahkan harus kehilangan satu orang bayi saya sebelum bergabung dengan Tungteiya,” ujarnya. “Sekarang semua anak saya memiliki asuransi kesehatan. Hanya dua dari mereka yang tidak bersekolah karena tradisi kami. Sisanya semuanya sekolah.”
Afishetu sekarang juga dapat membeli baju dan perhiasan bagus yang membuatnya lebih bahagia lagi.
ADVERTISEMENT
Ketika kami berkumpul bersama perempuan lain, Safoura Idris, salah satu pemimpin di Tungteiya Association bercerita bahwa dulu Afishetu hanya punya dua stel pakaian yang ia kenakan secara bergantian terus menerus. “Sekarang lihat dia, bajunya bagus sekali, dan selalu berganti-ganti,” cerita Safoura sambil menggoda Afishetu yang tertawa bangga.
Perempuan anggota Tungteiya Women's Shea Butter Association di Tamale, Ghana-Afrika Barat. Foto: Dok. Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Bersama dengan suaminya yang seorang petani, Afishetu berbagi tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.“Jika dia punya uang, kami akan berbagi biaya untuk anak-anak. Jika dia tidak punya uang, maka saya yang akan membayarnya,”
Afishetu tertawa keras ketika saya tanya siapa yang menghasilkan lebih banyak uang; ia atau suaminya. “Kami sama-sama menghasilkan uang untuk keluarga,” jawabnya diplomatis. “Dia bekerja di ladang, jadi dia membawa makanan untuk seluruh keluarga sehingga kami bisa makan. Sedangkan saya membantu kebutuhan lain dan sekolah anak-anak kami.”
ADVERTISEMENT
Sekarang Afishetu menjabat sebagai sekretaris untuk komunitas Tungteiya. Meski kadang masih terbata, ia berbicara bahasa Inggris dengan percaya diri. “Saya latihan setiap hari dengan para perawat,” ujarnya.
Afishetu Yakubu, pembuat shea butter di Tamale, Ghana yang bekerjasama dalam program Community Trade dengan The Body Shop. Foto: Jessica Sarkodie for The Body Shop International
Sementara teman-temannya masih malu dan tidak bisa bicara dengan penjungung dari luar, Afishetu bertindak sebagai spokeperson bagi rekan-rekan perempuan. Ia selalu tampak paling bersemangat dan memiliki inisiatif untuk segala hal.
Di usia hampir 50 tahun, Afishetu dan puluhan perempuan di desanya terus bekerja setiap hari membuat shea butter, mengirimkan rahasia kecantikan mereka untuk perempuan di seluruh dunia.
Sambil berharap bahwa harga shea terus meningkat, Afishetu juga punya banyak harapan lain.
Murid-murid di sekolah menengah di Desa Mbanayili, Tamale, Ghana. Sekolah mereka dibangun dengan dana premium yang dibayar The Body Shop kepada Tungteiya Womens Association. Foto: Fitria Sofyani/ kumaparan
“Saya dan semua perempuan di sini ingin agar anak-anak kami semuanya bisa sekolah, bisa memiliki pekerjaan. Jadi apa yang sudah saya keluarkan untuk biaya pendidikan mereka bisa kembali untuk membangun keluarga kami. Kami tidak ingin anak-anak kami berkeliaran tanpa sekolah. Kami tidak ingin mereka pergi ke hutan atau pergi ke kota besar tanpa pekerjaan yang tidak jelas. Kami ingin ada lebih banyak klinik kesehatan dan sekolah. Kami ingin membangun sekolah menengah atas di sini. Jadi semua anak-anak kami bisa melanjutkan sekolah di sini dan tidak perlu ke tempat lain.”
ADVERTISEMENT