Bangun Tidur Lebih Pagi Berpotensi Terhindar dari Depresi

19 Juni 2018 12:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bangun tidur (Foto: dok.Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangun tidur (Foto: dok.Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, bangung pagi bukanlah hal yang mudah. Tetapi beruntunglah jika Anda termasuk orang-orang yang rajin bangun pagi dan memulai hari lebih pagi.
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Journal of Psychiatric Research menerbitkan hasil penelitian yang dilakukan selama empat tahun terhadap 32 ribu perempuan. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa mereka yang secara alami bangun lebih pagi memiliki potensi risiko terkena depresi lebih rendah karena menerima asupan sinar matahari di siang hari yang lebih besar.
Ilustrasi Depresi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Depresi (Foto: Thinkstock)
Para peneliti di Universitas Colorado di Boulder dan Brigham and Women's Hospital di Boston memeriksa hubungan antara gangguan suasana hati dan chronotype, yakni waktu 'aktif' manusia baik pagi ataupun malam dalam 24 jam sehari.
Chronotype sendiri terdiri dari empat jenis. Yang pertama adalah tipe burung hantu, yakni mereka yang paling nyaman terjaga dan waspada di malam hari. Tipe kedua adalah tipe burung "Larks" atau dikenal sebagai orang-orang pagi. Masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang aktif di pagi hari dan malam adalah waktu untuk tidur.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dua kelompok lainnya adalah mereka yang memiliki jadwal di antara dua tipe ini. Kelompok ketiga adalah mereka yang ingin tidur sedikit tapi terasa lamban baik pagi dan sore hari dan energi mereka memuncak di siang hari.
Sedangkan kelompok keempat adalah mereka pergi tidur lebih cepat dari tipe burung hantu, tapi memiliki tingkat energi yang tinggi baik pada pagi maupun sore hari.
Penelitian yang dilakukan terhadap peserta yang berusia rata-rata 55 tahun ini dimulai pada 2009 dan tidak seorang pun dari peserta yang didiagnosis depresi.
Pada saat itu, 37 persen peserta perempuan menggambarkan diri mereka sebagai orang yang bangun pagi, 53 persen mengatakan mereka adalah tipe menengah - yang berarti mereka kadang bangun pagi kadang tidak, dan 10 persen lainnya menggambarkan diri mereka sebagai tipe yang tidur saat larut malam (burung hantu).
ADVERTISEMENT
Setelah penelitian selesai, Vetter dan timnya mengamati setidaknya ada 2.581 kasus depresi telah berkembang, 290 di antaranya merupakan perempuan yang memiliki tipe tidur jika hari sudah larut.
Ilustrasi Tidur yang Cukup (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tidur yang Cukup (Foto: Thinkstock)
Studi ini juga menemukan bahwa mereka yang bangun siang memiliki potensi lebih besar terkena depresi. Bahkan, hal tersebut dapat diperparah dengan kondisi seperti hidup sendirian di rumah, kebiasaan merokok dan hidup sendiri tanpa pasangan.
"Hal ini menjadi pertanda bahwa mungkin ada efek chronotype pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup," tutur Céline Vetter, penulis utama dalam penelitian ini.
Ia juga menambahkan, kapan dan seberapa banyak cahaya yang Anda terima, dapat memengaruhi chronotype Anda. Untuk itu, tak ada salahnya bangun dan memulai aktitfitas lebih pagi agar terhindar dari depresi.
ADVERTISEMENT