Benarkah Perempuan Segan Menunjukkan Performa dalam Bekerja?

21 September 2018 16:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Di dunia kerja, perempuan seringkali merasa takut untuk menunjukkan kemampuan diri dan takut dinilai terlalu tegas oleh rekan-rekan kerjanya.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari situs Girlboss, sebuah penelitian baru yang dirilis oleh tiga sosiolog dari Stanford University dengan judul Perspektif Sosiologis, menyatakan bahwa dua hal tersebut menjadi alasan terbesar mengapa perempuan lebih memilih untuk tidak memperlihatkan kemampuan dirinya atau yang sering dikenal dengan istilah intentional invisibility.
Devon Magliozzi, Priya Fielding-Singh, dan Swethaa Ballakrishnen, sosiolog dari Stanford University menemukan bahwa, meski visibilitas di tempat kerja merupakan hal penting untuk perkembangan karier, ternyata hal itu tidak selalu berlaku untuk perempuan.
Untuk melakukan penelitian ini, para peneliti mengikuti sebuah program pengembangan perempuan secara profesional pada sebuah organisasi nirlaba yang cukup besar. Mereka melakukan wawancara dengan 86 peserta program dan mengamati 36 kelompok diskusi dan 15 pertemuan di seluruh program di mana banyak perempuan berbagi hambatan dan bias yang mereka hadapi di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari perempuan yang hadir merasa terjebak dalam dua situasi, yaitu mereka tidak ingin bersikap terlalu menunjukkan otoritas, tetapi mereka juga tidak ingin terlalu pasif karena itu akan menghambat kesempatan mereka dalam berkarier.
Sebagai solusinya, para perempuan profesional memakai strategi yang tidak berisiko dan tidak menimbulkan konflik yang disebut dengan istilah intentional invisibility oleh para peneliti.
“Perempuan dalam penelitian kami memilih strategi tersebut (Intentional invisibility) dari opsi-opsi yang terbatas. Karena belum ada cara yang tepat untuk bisa meraih segalanya. Banyak dari mereka yang memilih mengurangi konflik di tempat kerja atau di rumah,” tulis co-author Priya Fielding-Singh.
Para peneliti menambahkan, bahwa untuk menciptakan karier yang baik, perempuan cenderung berusaha mengurangi peluang konflik antarpribadi dan meningkatkan peluang untuk menjalin hubungan pertemanan dengan tim kerjanya.
Ilustrasi perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan karier. (Foto: Thinkstock)
Seorang insinyur perangkat lunak dalam studi tersebut menjelaskan bahwa dia sangat khawatir tentang memiliki konflik di tempat kerja yang dapat merusak hubungannya dengan rekan kerja, bahwa bahkan ketika rekan-rekan pria akan menganggapnya sebagai sekretaris, dia akan mengabaikannya daripada mengoreksi mereka.
ADVERTISEMENT
Saat penelitian, ada seorang teknisi software yang bercerita bahwa ia sangat khawatir akan terlibat dalam sebuah konflik di tempat kerja yang bisa merusak hubungan baik dengan rekan kerjanya. Jadi ketika ada rekan kerja laki-laki yang salah menafsirkan pekerjaannya sebagai seorang sekretaris, maka ia hanya akan melupakannya begitu saja dan tidak berusaha mengoreksi.
Begitu juga dengan beberapa perempuan lain yang mengatakan mereka sering berperang dengan perasaan mereka sendiri ketika mengajukan berpendapat. Maka dari itu mereka lebih memilih untuk tetap low profile, karena mereka sering beranggapan bahwa menunjukkan kemampuan itu sama saja dengan mencari perhatian dan mereka menganggap itu merupakan sebuah perilaku yang mencerminkan kesombongan.
Dalam salah satu kelompok diskusi yang diamati, seorang perempuan berkata, “Maksud saya, saya tidak akan pernah menjadi sukses; Saya tidak akan pernah.” Dan ketika ia memiliki rekan laki-laki yang menonjol dalam berkarier, ia merasa tidak dapat bersaing dan memang tidak memiliki keinginan untuk bersaing.
ADVERTISEMENT
Kemudian perempuan lain menambahkan, “Pemimpin sejati tidak benar-benar harus mengatakan apa gelar mereka, atau harus menyombongkan pujian mereka atau apa pun — pekerjaan Anda harus berbicara sendiri.”
Para peneliti memberikan saran kepada semua perusahaan bahwa mereka harus memastikan perempuan tidak akan mendapatkan perlawanan ketika mereka berusaha untuk mengembangkan diri dalam berkarier.
“Untuk menjadi tempat kerja yang benar-benar setara, perusahaan perlu memikirkan kembali cara mereka menetapkan dan memberi penghargaan terhadap sebuah visibilitas,” ungkap co-author Swethaa Ballakrishnen.