Bersikap Bodo Amat, Cara Intan Kemala Sari Atasi Body Shaming

3 Agustus 2018 12:21 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Body shaming atau mengolok-olok fisik seseorang seringkali menjadi hal yang sering dilakukan di masyarakat. Mulai dari mengomentari warna kulit, berat badan hingga bentuk tubuh kerap menjadi topik yang dibicarakan untuk mencairkan suasana.
ADVERTISEMENT
Inilah yang sering dialami oleh plus size influencer Intan Kemala Sari saat mengunggah fotonya di akun media sosial Instagram. Intan sering mendapatkan komentar-komentar yang kurang menyenangkan terhadap bentuk tubuhnya yang besar.
Body shaming tersebut sempat membuat perempuan 27 tahun itu sedih dan kecewa dengan komentar orang-orang yang hanya melihat dirinya dari fisiknya saja. Namun ia berusaha untuk tidak ambil pusing.
Pembawaannya yang percaya diri, ceria dan cuek jadi senjata ampuh untuk membuatnya menjalani hari-hari. Ada satu mantra yang tertanam dalam dirinya untuk menghadapi para predator bullying dan body shaming, 'bodo amat'.
Intan pun belajar menerima dan mencintai diri dengan mengacuhkan berbagai suara sumbang terkait dirinya.
Dalam isu Body Positivity yang diusung kumparanSTYLE, kami berbincang dengan Intan seputar pengalamannya terkait body shaming dan isu body diversity di Indonesia. Mari simak kisah menariknya di bawah ini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana perasaan Anda tentang diri Anda sendiri dan tubuh Anda?
Meski dari luar orang lain melihat saya sebagai pribadi yang percaya diri, tapi masih ada rasa insecure dalam diri saya. Saya sempat merasa, tubuh saya jauh dari kata menarik dibanding perempuan lainnya, terutama di mata pria.
Sebagai manusia, perasaan hatinya pasti berbeda-beda setiap harinya. At the lowest point of my life, ada masa di mana saya merasa kurang menarik. Ada pula masa di mana saya merasa percaya diri maksimal.
Tapi di samping itu semua, saya tetap harus mensyukuri apa yang ada di dalam tubuh saya. Saya harus bersyukur karena masih punya anggota tubuh lengkap dan tidak kurang satu apapun. Saya juga harus bersyukur karena semua anggota tubuh saya masih berfungsi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Bagian tubuh mana yang paling Anda cintai? dan bagian mana yang tidak Anda sukai? Alasannya?
Bagian tubuh yang paling saya sukai, hmmm… mungkin ada di bagian wajah. Banyak orang yang menyangka saya lebih muda dari usia saya.
Dan bagian tubuh yang kurang saya suka, mungkin lengan saya. Karena dulu saya sering di-bully, lengan saya dibilang mirip buah pepaya. Dulu sewaktu SMA sering juga dipegang, ditonjok-tonjok seperti samsak, dicubit sampai dijadikan sandaran.
Jujur sampai sekarang saya risih kalau ada orang (yang tidak terlalu akrab) menyentuh saya, terutama di bagian lengan. Just stay away from me, haha.
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
Pernahkah Anda mengalami kesulitan untuk menerima tubuh yang Anda miliki? Jika, ya Bagaimana cara Anda mengatasinya?
ADVERTISEMENT
Saya pernah melewati masa-masa itu, sewaktu masih SMP dan sedang puber-pubernya. Dulu saya merasa sama sekali tidak menarik, tidak berguna, selalu jadi bahan ejekan karena saya berbeda dari yang lainnya. Apalagi SMP masih zamannya geng-gengan. Ada geng populer, geng cantik, geng pintar, dll. Dan sepertinya saya hampir tidak punya banyak teman dulu.
Tapi pikiran tersebut berubah ketika saya masuk SMA. Saya banyak ikut kegiatan ekstrakurikuler, termasuk english club dan mandarin club. Dari situ saya mulai belajar bagaimana caranya berinteraksi dan berorganisasi. Semuanya sibuk dengan pembahasan organisasi dan tidak ada satupun yang mengomentari fisik saya. Dari situ juga saya berpikir, kalau kita bergaul dengan orang-orang yang tepat, perbedaan masalah fisik pun bukan jadi halangan.
ADVERTISEMENT
Apa yang Anda lakukan saat teman, keluarga, atau orang lain membicarakan tubuh Anda?
Kalau dulu saya baper. Sampai nangis atau marah gara-gara bete banget diomongin.
Kalau sekarang, jarang saya tanggapi atau paling cuma ngomong "oh, gitu. terus kenapa? ada masalah sama lo? ngerugiin lo?" dengan nada bercanda hahaha.
Adakah pengalaman saat Anda merasa benar-benar tidak percaya diri?
Ada banget. Dari SMP saya sering minder, masuk SMA minder agak berkurang. Tapi begitu kuliah, baru menjajaki dunia mahasiswa, jadi mulai minder lagi gara-gara teman-teman di sekeliling saya semuanya cantik, bisa dandan, they know how to dress up dan terlihat menarik.
Tapi rasa tidak percaya diri paling besar datang ketika saya baru saja diterima kerja sebagai jurnalis gaya hidup yang pastinya sangat mementingkan penampilan. Saya tidak percaya diri, meragukan diri saya, apakah mampu bekerja di bidang seperti ini dengan tampilan yang biasa-biasa saja. Tapi ya sudah, begitu saya jalani ternyata saya bisa beradaptasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Secara psikologis, bagaimana efek pengalaman tersebut ke diri Anda?
Pengalaman itu membuat saya banyak belajar tentang penerimaan diri dan kontrol terhadap pemikiran saya. Saya belajar banyak bagaimana caranya bisa menerima diri sendiri apapun kondisinya, yaitu belajar mencintai diri sendiri.
Sayangi diri sendiri dan jujur dengan diri sendiri. Treat yourself even better than anybody treats you. Dari segi pemikiran, jujur saya sering banget menanamkan kata-kata 'bodo amat'. Maksudnya, bodo amat terhadap komentar negatif tentang diri saya, bodo amat terhadap perkataan orang-orang tentang saya, dan bodo amat terhadap orang-orang yang mau menjatuhkan saya. Dengan 'bodo amat' itu, saya bisa menempa mental saya untuk lebih tangguh menghadapi apapun.
ADVERTISEMENT
Siapa support system Anda jika sedang mengalami krisis percaya diri?
Orang tua saya pastinya. Terutama ibu saya, ia selalu support apapun yang saya lakukan. Teman-teman dekat saya juga. Dan terakhir para followers saya di Instagram yang sering kasih support melalui komentar atau DM. Meski saya gak pernah ketemu dengan mereka secara langsung, saya berterima kasih banyak karena mereka selalu kasih dukungan ke saya, buat saya itu berarti banget.
Pernahkah Anda merasa kesulitan dalam menemukan pasangan?
Alhamdulillah tidak pernah, karena saya juga orangnya tidak terlalu memaksakan diri untuk harus menjalin hubungan.
Apa makna body positivity bagi Anda?
Body positivity bagi saya adalah ketika orang-orang sudah sadar dan paham bahwa tubuh itu beraneka ragam. Tidak hanya satu ukuran, tidak hanya satu warna kulit dan tidak hanya ada satu standar kecantikan saja.Jika mereka sudah sadar, tentu seharusnya mereka tidak akan mengolok-olok lagi.
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Body Issue: Intan Kemala Sari (Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan)
Menurut Anda apakah orang-orang di sekitar Anda sudah paham mengenai konsep body positivity?
ADVERTISEMENT
Sayangnya, masih banyak orang yang belum paham dan sadar tentang body positivity ini. Instead of embrace it, mereka jadikan itu sebagai bahan ejekan dan bullying, which is not cool at all. Saya juga bingung bagaimana caranya bisa mengedukasi mereka.
So sad knowing that Indonesian people are so ignorant about body diversity. Di Indonesia tuh, gendut sedikit dibully, terlalu kurus dibully, pendek sedikit dibully, terlalu tinggi dibully, rambut keriting dibully, jerawatan dikit dibully, hidung pesek dibully, kulitnya hitam sedikit juga dibully. Kalau yang saya amati, standar kecantikan di Indonesia tuh ya masih sama dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang sama Korea: putih, tinggi semampai, langsing, rambut lurus panjang, mata besar, dagu lancip, hidung mancung, dll. Ya, pokoknya yang kalian lihat di majalah atau TV, tampaknya begitulah standar dan definisi kecantikan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Melihat tren kecantikan yang beragam, bagaimana pendapat Anda tentang standar kecantikan saat ini?
Meski belum terlalu banyak, saya senang sudah banyak brand fashion dan makeup yang menerapkan standar kecantikan sendiri tanpa berpatok pada standar kecantikan yang ada. Sayangnya hal ini baru terjadi di luar negeri dan belum banyak di Indonesia. Saya harap, brand kecantikan dan fashion di Indonesia lebih peka akan hal ini dan mulai menganggap kami yang bertubuh besar itu eksis. Coba Anda main ke mal dan mencari baju ukuran besar di toko baju, saya yakin pasti hampir jarang brand busana yang menyediakan baju ukuran besar. Jika adapun, mungkin pilihan busananya sangat sedikit. Makanya saya senang sekali, mulai banyak online shop atau e-commerce fashion yang menyediakan busana ukuran besar.
ADVERTISEMENT
Apa pesan yang ingin Anda sampaikan kepada perempuan lain agar lebih percaya diri dengan tubuh atau penampilan yang mereka miliki?
Just be yourself. Jangan mau menjadi orang lain, jangan mau mengikuti orang lain ,jangan mau juga disuruh menjadi orang lain to please everybody. Just be you.
Percaya diri itu datangnya dari dalam hati dan pikiran, bukan karena paksaan apalagi karena kecemburuan sosial. Percaya diri tidak bisa dipaksakan karena sejauh apapun Anda berusaha untuk percaya diri, kalau memang tidak bisa menjadi diri sendiri pasti hasilnya tidak akan maksimal.