Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Christin Djuarto, Duduki Jabatan Direktur Shopee di Usia 29 Tahun
16 Agustus 2018 14:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Menduduki posisi strategis di salah satu e-commerce yang tengah berkembang pesat di region Asia Tenggara dalam usia yang tergolong muda bukanlah hal yang mudah. Inilah yang dirasakan oleh Christin Djuarto yang kini menjabat Director Shopee Indonesia di usia 29 tahun.
ADVERTISEMENT
Setelah menamatkan jenjang kuliah di Nanyang Technological University Singapura, ia memilih bergumul dalam ranah internet industry sebagai jalan karier nya. Selepas kuliah, Christine menduduki posisi Regional Marketing Lead di Garena (SEA Group) Singapore selama tiga tahun.
Tak lama berselang, memasuki tahun 2015 SEA Group melebarkan sayapnya untuk memasuki ranah e-commerce. Alhasil berdirilah Shopee di beberapa negara di Asia Tenggara. Christin Djuarto pun didapuk menjadi salah satu lead Shopee Indonesia yang sedang merintis tindak-tanduk marketplace di wilayah Asia Tenggara.
Kariernya di dunia e-commerce dimulai sebagai Head of Operations Shopee, kemudian Head of Business Development selama tiga tahun dan kemudian berhasil menduduki posisi Director Shopee Indonesia pada Februari 2018. Di usianya yang ke 29, Christin pun menjadi pemimpin yang menaungi 1.600 karyawan Shopee Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di sela-sela kesibukannya, Christin pun menyempatkan diri untuk berbagi seputar pengalamannya bersama kumparanSTYLE. Kami berbincang mengenai bagaimana dirinya berproses hingga tindak tanduk karier dan perjalanan hidupnya.
Awal Mula Karier dan Perannya sebagai Leader Milenial
Saat lulus dari Nanyang Technological University jurusan Ekonomi dengan spesialis Bisnis, Christin mencoba peruntungan untuk bekerja di Singapura. Bak gayung bersambut, ia mendaftar pekerjaan di bidang internet industry yang bergerak pada ranah gaming, yakni Garena Singapore.
Saat berkarier di Garena selama tiga tahun, Christin pun berhasil menjabat sebagai Regional Marketing Lead. Dari situlah, salah satu rekan kerjanya di Garena yang kini menjadi CEO Shopee mengajak Christine untuk turut merintis Shopee .
Berkarier di bidang e-commerce memang bukan menjadi hal yang Christine duga begitu saja.
ADVERTISEMENT
"Saat itu, di Singapura apa lagi Indonesia e-commerce belum sebooming seperti saat ini. Saat itu tidak pernah terlintas di benak saya jika akan bergabung dengan e-commerce. Lalu karena beberapa tahun di ranah gaming, dan perusahaan tempat saya bekerja ingin melebarkan sayap di ranah e-commerce. Alhasil mendirikan Shopee," ceritanya pada kumparanSTYLE.
Masa-masa awal merintis Shopee diakui terasa sulit. Saat itu, konsep marketplace masih sesuatu yang baru dan belum umum.
"Jadi menjadi pekerjaan rumah besar untuk mengajak dan meyakinkan orang-orang bergabung dan menjual barangnya melalui kami. Bahkan pada saat itu, Shopee belum ada bentuk fisiknya. Namun dengan kerja keras seluruh tim, kami bisa berkembang hingga saat ini," katanya.
Dalam meniti kariernya, Christine selalu menekankan untuk memiliki target, apa saja yang menjadi goalsnya dan apa yang harus diraih. Contohnya saat menyelami dunia e-commerce , meskipun sebelumnya bergerak di bidang gaming, secara umum ia masih dapat menggunakan kemampuannya di ranah e-commerce yang sama-sama berbasis internet industry.
ADVERTISEMENT
"Di tahun pertama saya masuk e-commerce, saya benar-benar belajar bagaimana saya bisa jadi lebih expert dibanding yang lainnya. Saya belajar banyak dari head of Shopee lainnya. Intinya dari dalam diri harus punya target sendiri yang mau di achieved itu apa, dan harus realistis goalnya," ujar Christine.
Di usianya yang ke-29, sosok Christin tergolong sebagai leader milenial yang juga membawahi banyak kaum milenial lainnya. Rupanya, ia juga memiliki kiat dan cara kepemimpinan tersendiri dalam hal ini. Kolaboratif menjadi kunci utama gaya kepemimpinannya.
“Konsep leadership itu adalah bagaimana caranya mengumpulkan semua orang dari berbagai kalangan dan membuat mereka berkontribusi,” jelasnya.
Sedangkan untuk milenial yang terkenal dinamis, Christin juga memiliki gaya kepemimpinannya sendiri. Seolah mengerti dengan sifat para milenial yang tidak mau cepat bosan dan ingin belajar hal baru dengan cepat, ia selalu mengusahakan bagaimana karyawannya yang mayoritas milenial selalu mendapatkan pelajaran baru.
ADVERTISEMENT
“Saya punya policy sendiri begini, jika anak buah saya ada yang mau pindah ke tim lain karena ingin belajar hal yang baru. Kami akan usahakan memberi posisi yang cocok intinya kita mengencourage mereka untuk terus berproses," katanya lagi.
Mendapat beasiswa ke Singapura jadi turning point dalam meniti karier (Pencapaian terbesar dalam hidup)
Saat menginjak usia 15 tahun, Christine yang akan memasuki bangku Sekolah Menengah Atas di Medan, Sumatera Utara merasa kebutuhannya akan pendidikan tak dapat terpenuhi seutuhnya jika hanya berdiam diri di Medan.
"Saat itu saya merasa, tidak semua guru bisa mengguide kita dengan tepat," jelasnya.
Tanpa diketahui kedua orang tua, Christine remaja pun mendaftar program beasiswa untuk tingkat Sekolah Menengah Atas di Singapura. Dayung bersambut, Christine pun mendapatkan beasiswa yang diimpikannya. Berhasil menempuh pendidikan menengah atas dengan prestasi cemerlang membuat Christin mendapat tawaran untuk melanjutkan studi di Singapura.
ADVERTISEMENT
"Saat menempuh pendidikan di Singapura bukan semata-mata karena negara Singapura yang disiplin dan serba teratur yang dapat membentuk saya. Jutsru saat kuliah di sana, saya bertemu banyak pelajar dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya yang juga menginspirasi saya. Mereka amat rajin, pintar dan karakternya juga bagus. Ini merupakan titik perubahan dalam hidup saya, saat bisa bertemu dengan anak-anak Indonesia yang almost the best ya. Jadi membuat saya makin terpacu," papar Christin.
Pesan untuk perempuan muda yang ingin berkarier
Sebagai perempuan yang masih muda dan menduduki posisi strategis di perusahaan yang menjanjikan tentu menjadi dambaan setiap perempuan karier . Christin berpesan kepada setiap perempuan untuk bisa mendorong dirinya sendiri, tidak boleh menunggu orang lain yang mendorongnya.
ADVERTISEMENT
Untuk benar-benar sukses, diperlukan kerja keras dan harus memperhatikan hal-hal lain di luar pekerjaan seperti keluarga, kesehatan, berinteraksi dengan komunitas atau hal-hal lain tergantung pilihan dan prioritas.
Christin mengungkapkan keprihatinannya terhadap perempuan yang kadang kerap mendiskriminasi dirinya sendiri.
"Pernah pada satu kali waktu, saya mendatangi suatu acara yang tiap pesertanya dibagi ke dalam beberapa grup. Setiap grup dibagi dengan kombinasi perempuan dan laki-laki yang seimbang di tiap kelompoknya. Saat pembawa acara meminta untuk masing-masing perwakilan kelompok untuk maju mengambil kartu undian. Dari grup yang ada, kebanyakan perwakilan yang maju ke depan adalah laki-laki. Itu terlihat sebegitu sensitif bagi saya, mungkin orang lain tidak notice, tapi menurut saya itu salah satu bentuk diskriminasi diri sendiri," ceritanya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Christin berpesan untuk jangan membatasi apalagi mendiskriminasi diri sendiri. Menjadi ambisius itu perlu untuk mencapai tujuan yang diincar.
"Jika disebut sebagai orang yang ambisius, benar itu saya. Namun soal kesuksesan, itu merupakan state dalam roda kehidupan. Saya secara pribadi merasa belum sukses karena masih mencari keseimbangan untuk menghadapi tantangan yang ada di luar kerjaan. Masih banyak juga yang masih bisa saya kerjakan lebih bagus lagi, jadi jangan takut dibilang ambisius, cukup berikan senyum and say thank you!,” tutup Christin.
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya di topik sheinspiresme .