Curahan Hati Meghan Markle Tentang Kenangan Masa Remaja yang Pahit

28 Januari 2019 15:05 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Meghan Markle (Foto: Chris Jackson/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Meghan Markle (Foto: Chris Jackson/Reuters)
ADVERTISEMENT
Setelah resmi menjadi anggota Kerajaan Inggris, sosok Meghan Markle semakin menjadi sorotan publik. Segala sesuatu tentang istri Pangeran Harry tersebut pun menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan. Tak terkecuali soal latar belakang dan kisah hidupnya semasa remaja.
ADVERTISEMENT
Terlahir dari keluarga campuran, kaukasia dan Afrika-Amerika, rupanya membuat masa kecil Meghan tak terlalu mudah untuk dilalui. Bahkan dalam sebuah wawancara, Meghan mengaku sempat mengalami krisis identitas diri sewaktu remaja.
Semua karena rambut keriting dan kulit cokelatnya yang membuatnya seolah berada di dalam situasi yang tak pasti. Beruntung, sang ayah selalu membantunya melewati masa sulitnya tersebut. Meski Thomas Markle dan Doria bercerai saat Meghan masih berusia dua tahun, Meghan mengaku tak pernah kekurangan kasih sayang. Kedua orangtuanya tetap akur dan sering menghabiskan waktu untuk menonton bersama.
Meghan Markle kecil (Foto: @allthingsmeghanmarkle & @love_the_royals - Instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Meghan Markle kecil (Foto: @allthingsmeghanmarkle & @love_the_royals - Instagram)
Baru-baru ini, beredar tulisan curahan hati Meghan dalam blog pribadinya, The Tig, yang kini sudah tidak bisa diakses lagi. Dalam tulisan tersebut, Meghan bercerita tentang betapa sulitnya melalui usia 20-an.
ADVERTISEMENT
"Masa remaja saya bahkan lebih buruk (dari pada usia 20-an saya), bergulat dengan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Saat duduk di bangku SMA, kelompok pertemanan perempuan pun terbagi-bagi menjadi; gadis-gadis kulit hitam, gadis kulit putih, gadis Filipina dan gadis-gadis latina. Sedangkan sebagai seorang biracial, seolah saya tidak memiliki tempat yang pasti di antara kelompok gadis-gadis tersebut. Jadi setiap hari selama jam makan siang, saya menyibukkan diri dengan rapat organisasi, berbagai pertemuan, mengikuti klub bahasa Prancis, pokoknya apa pun kegiatan yang bisa dilakukan di jam-jam kosong istirahat sekitar pukul 1 siang. Hal ini terus saya lakukan bukan agar saya lebih aktif di organisasi dan semacamnya, tetapi agar saya tidak harus makan siang sendirian," tulis Meghan dalam blog nya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman tersebut tentu menjadi tahapan hidup yang begitu berharga bagi Meghan Markle. Pada akhirnya, ia pun menyadari bahwa menjadi dirinya sendiri saja sudah cukup dan ia tak perlu khawatir untuk selalu diterima oleh masyarakat dan sekitarnya.
Sedangkan di tulisan lain dalam blognya, Meghan menulis sebuah curahan hati untuk menyambut ulang tahunnya yang ke 33 pada Agustus 2014 silam. Ia mengakui butuh waktu untuk bahagia.
Prince Harry bersama Meghan Markle (Foto: Reuters/Toby Melville)
zoom-in-whitePerbesar
Prince Harry bersama Meghan Markle (Foto: Reuters/Toby Melville)
"Hari ini usia saya 33 tahun, dan saya bahagia. Saya katakan itu dengan sangat jelas karena, ya....itu butuh waktu untuk menjadi bahagia. Untuk mencari tahu bagaimana bersikap baik kepada diri sendiri. Untuk tidak hanya memilih kebahagiaan itu, tetapi juga untuk merasakannya. Usia 20 tahun adalah momen yang amat brutal bagi saya, di sana selalu ada pergulatan terus-menerus dengan diri saya, mulai dari menghakimi berat badan saya, gaya berpakaian saya, keinginan saya untuk menjadi orang yang keren, pintar, atau apapun yang pokoknya terlihat seperti orang lain kebanyakan," tulisnya lagi.
ADVERTISEMENT
Meghan Markle juga menulis bahwa seiring bertambahnya usia, ia belajar bahwa menjadi dirinya sendiri saja sudahlah cukup. Ia juga memberi pesan kepada pembaca blognya untuk menemukan kebahagiaan mereka sendiri.