Eksistensi Model Hijab di Ranah Industri Mode dan Kecantikan Dunia

22 Januari 2019 20:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eksistensi Model Hijab di Ranah Fashion dan Beauty Dunia (Foto: dok. Dolce & Gabbana)
zoom-in-whitePerbesar
Eksistensi Model Hijab di Ranah Fashion dan Beauty Dunia (Foto: dok. Dolce & Gabbana)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa tahun ke belakang, model hijab semakin menunjukkan eksistensi mereka di industri fashion dan kecantikan.
ADVERTISEMENT
Isu keberagaman yang sedang banyak diperbincangkan jelas menjadi salah satu faktor atas terjadinya perubahan pada dua industri besar tersebut.
Muncul berbagai gerakan baru dari organisasi-organisasi yang peduli akan isu sosial untuk menuntut kesetaraan dan non-diskriminasi. Dan seiring berjalannya waktu, masyarakat dari berbagai kalangan di dunia mulai sadar dan turut terlibat. Salah satu di antaranya adalah orang-orang yang bergerak di bidang kreatif seperti fashion dan beauty.
Berbagai brand dan desainer yang peduli terhadap isu keberagaman mulai menyuarakan aspirasi mereka lewat karya dan melibatkan model serta desainer yang beragam.
Mereka mulai menggandeng berbagai model dari latar belakang yang berbeda. Mulai dari model kulit hitam, berdarah Asia, berambut keriting, model plus-size, model disabilitas, dan tak ketinggalan model-model yang mengenakan hijab.
ADVERTISEMENT
Salah satu model berhijab yang namanya mulai meroket di ranah fashion adalah Halima Aden. Ia menjadi pelopor model hijab yang berhasil masuk ke ranah fashion internasional.
Awalnya, ia mencetak sejarah sebagai kontestan pertama yang mengenakan hijab dan burkini dalam kontes kecantikan Miss Minnesota USA di tahun 2016.
Kemudian di tahun 2017, Halima tampil di runway Yeezy Season 5 saat New York Fashion Week dan panggung Max Mara di Milan Fashion Week. Setelah itu, model hijab 21 tahun ini terlibat dalam kampanye perdana produk kecantikan milik Rihanna, Fenty Beauty.
Halima Aden di pergelaran busana Max Mara. (Foto: AFP/ Miguel Medina)
zoom-in-whitePerbesar
Halima Aden di pergelaran busana Max Mara. (Foto: AFP/ Miguel Medina)
Keputusan Halima untuk tetap mempertahankan hijabnya dalam menjalankan karier menuai banyak pujian dan membawa perubahan signifikan dalam dunia mode. Halima pun merasa bangga karena merasa bisa membuka kesempatan bagi perempuan muslim berhijab yang ingin berkarier di industri fashion dan kecantikan.
ADVERTISEMENT
“Tujuan saya adalah untuk menyampaikan pesan kepada perempuan Muslim dan perempuan muda dimanapun bahwa bukanlah sebuah masalah besar jika kita mematahkan stereotip dan jadilah diri Anda sendiri. Tetap menjadi diri Anda sendiri, batasan bisa dan akan runtuh!,” tutur Halima kepada Vogue.
Namun sebelum itu, di tahun 2015 dan 2016, brand besar seperti H&M dan Dolce & Gabbana sudah lebih dulu memilih perempuan berhijab sebagai wajah kampanye dari brand mereka. Dolce & Gabbana menggandeng Ruba Zai untuk merepresentasikan koleksi abaya dan scarf mereka di tahun 2016.
Sedangkan H&M dalam kampanyenya menyuarakan konsep keberagaman yang begitu kuat. Mereka menyampaikan pesan bahwa fashion tidak memiliki batasan. Siapa saja bisa tampil chic dalam busana koleksi H&M, termasuk perempuan berhijab.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dunia fashion, industri kecantikan pun turut serta mengangkat isu yang sama dan merekrut model-model hijab sebagai wajah brand mereka. Jika Fenty Beauty memilih Halima Aden, L’Oreal menggandeng beauty blogger Amena Khan, sebagai model untuk produk perawatan rambut seri Elvive.
Ada juga CoverGirl yang memilih Nura Afia, seorang ibu asal Amerika yang menjadi beauty vlogger sebagai ambassador mereka. Di tahun 2016, ia menjadi brand ambassador dan model kampanye pertama Covergirl yang mengenakan hijab. Tak hanya mengikuti isu yang sedang berkembang, CoverGirl menyatakan bahwa mereka memilih model berhijab karena mereka memiliki komitmen untuk memperjuangkan kesetaraan sebagai salah satu nilai penting dari brand-nya.
Nura Afia dalam brand campaign CoverGirl. (Foto: dok, CoverGirl)
zoom-in-whitePerbesar
Nura Afia dalam brand campaign CoverGirl. (Foto: dok, CoverGirl)
Tentu faktor bisnis juga tak bisa dilepaskan dari trend ini. Keinginan perempuan Muslim pencinta fashion untuk bisa tampil stylish membuat angka penjualan busana modest terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Mariah Idrissi, model hijab yang tampil di kampanye H&M mengatakan jika ia sangat senang melihat brand-brand besar mulai merilis koleksi-koleksi modest.
“Sangat sulit menjadi seroang Muslim yang ingin tampil sopan tetapi juga mencintai dunia mode pada saat bersamaan. Baju sopan untuk hangout cukup sulit dicari. Semuanya cenderung berlebihan atau malah terlalu kasual. Melihat Dolce & Gabbana ikut terjun ke bisnis modest adalah suatu hal yang sangat positif,” ungkapnya kepada Telegraph UK.
Hasil studi dari State of the Global Islamic Economy mengatakan nilai pasar busana Muslim bisa mencapai angka 226 miliar poundsterling atau sekitar Rp 4 trilunan lebih di tahun 2020 nanti.
Brand sport seperti Adidas dan Nike menanggapi potensi pasar muslim yang besar ini dengan mulai memproduksi produk untuk perempuan berhijab. Kedua brand ini sudah memproduksi hijab yang didesain khusus untuk memudahkan dan memberi kenyamanan bagi perempuan yang berkarier di bidang olahraga. Seperti biasa, Nike langsung menggandeng atlet sebagai wajah kampanye brand. Mereka memilih atlet ice skate berhijab Amna Al Haddad untuk merepresentasikan produk hijab mereka.
ADVERTISEMENT
Peran model-model berhijab dalam industri fashion dan beauty tentu telah mengubah stigma bahwa hijab tidak menjadi batasan bagi mereka yang ingin berkarya. Mereka berhasil membuktikan bahwa perempuan berhijab juga bisa meraih apapun yang mereka inginkan tanpa ada batasan.